Entri Populer

Minggu, 11 Desember 2011

DKI Siapkan Perda Persampahan, Buang Sampah Sembarangan Didenda Rp 2 Juta Oleh Bani Saksono | Jumat, 11 November 2011 | 8:09

JAKARTA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang menyiapkan peraturan daerah (perda) tentang persampahan untuk menumbuhkan efek jera bagi warga yang suka membuang sampah sembarangan. Sebab, sanksinya cukup berat, denda Rp 2 juta dan atau kurungan enam hari. Saat ini, draf rancangan perda tersebut sudah selesai dan akan diajukan ke Badan Legislasi Daerah (Balegda) DPRD DKI pada masa persidangan 2012. Sanksi denda Rp 2 juta atau kurungan maksimal 60 hari akan diberlakukan bagi warga yang membuang sampah sembarangan di jalan, sungai, jalur hijau, atau di sarana umum lainnya. “Draft raperdanya sudah ada dan akan kita ajukan pada tahun depan. Isi raperda tersebut lebih difokuskan masyarakat dan pengembang harus diberdayakan dalam pengolahan sampah dalam kota dan penggunaan plastik daur ulang,” tutur Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna di Jakarta, Kamis (10/11). Dia menjelaskan, selama ini Pemprov DKI belum memiliki perda tentang pengolahan sampah secara khusus. Masalah sampah secara umum diatur dalam Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. “Dalam perda ini, aturan soal sampah di DKI Jakarta diatur secara umum saja, tidak secara khusus,” kata Eko.

DKI Berikan Insentif dan Disinsentif Pengelolaan Sampah

Jum'at, 18/11/2011, 08:41 WIB Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah di kawasan pemukiman, Pemprov DKI Jakarta akan memberikan insentif dan disinsentif dalam pengelolaan sampah. Rencananya, hal itu akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pengelolaan Sampah. Pemberian insentif dan disinsentif diberikan untuk meningkatkan upaya pengendalian sampah melalui pengolahan sampah. Lalu, memfasilitasi kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan masyarakat dan meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan. Nantinya, insentif dan pengenaan disinsentif akan diberikan Gubernur DKI kepada masyarakat baik perorangan atau lembaga. “Nanti ada insentif dan disinsentif. Masyarakat yang mengolah sampahnya dengan baik akan diberi insentif oleh Pemprov DKI. Bentuk insentifnya belum tahu seperti apa, kami sedang rumuskan dalam Raperda. Apakah itu berbentuk fiskal dari anggaran pemerintah atau dari CSR produsen produk,” ujat Eko Bharuna, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, usai kegiatan Konsultasi Publik Penyusunan Raperda Tentang Pengelolaan Sampah di Jakarta, Kamis (17/11). Insentif yang akan diatur dalam Raperda Pengelolaan Sampah, dikatakan Eko, berupa insentif fiskal dan non fiskal. Insentif fiskal dapat berupa keringanan pajak daerah atau pengurangan retribusi. Sedangkan insentif non fiskal bisa berupa pemberian kompensasi subsidi silang, kemudahan perizinan, imbalan, penghargaan, publikasi atau promosi. “Raperda juga mengatur, insentif dapat juga diberikan kepada pemerintah daerah lain berupa pemberian kompensasi, publikasi atau promosi daerah. Pemberian insentif itu harus sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kesepakatan bersama antar pemerintah daerah yang bersangkutan,” katanya. Sementara itu, disinsentif yang diatur dalam raperda, lanjutnya, akan diarahkan pada kegiatan pengelolaan sampah yang berdampak negatif pada lingkungan atau tidak sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan. Disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. “Ada dua jenis disinsentif yang akan diberikan yaitu fiskal dan non fiskal. Untuk fiskal berupa pengenaan pajak daerah dan retribusi daerah yang tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lalu non fiskal berupa kewajiban memberikan kompensasi, persyaratan khusus dalam perizinan, kewajiban memberi imbalan atau pembatasan penyediaan prasarana dan sarana,” kata Eko. Selain dikenakan disinsentif, Raperda tentang Pengelolaan Sampah yang merupakan turunan dari UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah juga diatur sanksi dan denda administratif bagi warga yang tidak mengelola sampah dan menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan. Sanksi administratif berupa peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan, penutupan lokasi, pencabutan izin dan denda administrasi. Sedangkan denda administrasi diberikan kepada setiap orang yang sengaja dan terbukti membuang sampah, membakar sampah, dan mengais sampah di sembarang tempat. Besaran denda mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 50 juta. “Besaran sanksi mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 50 juta ditujukan untuk industri kecil hingga besar yang membuang sampah atau limbahnya sembarangan. Kami juga sedang mengusulkan dimasukkannya sanksi sosial kepada masyarakat yang membuang sampah sembarangan,” tuturnya. Sanksi sosial itu berupa menjadi tukang sapu sampah di jalan selama beberapa hari, sehingga pelanggar peraturan merasakan beratnya tugas penyapu jalan yang berjuang untuk membersihkan jalan dari sampah-sampah yang berserakan. Anggota Komisi D DPRD DKI, M Sanusi, mendukung pengolahan sampah yang dilakukan dalam pemukiman masyarakat. Namun, dikatakannya, langkah itu bisa berhasil, jika Dinas Kebersihan DKI melakukan pembinaan untuk memberikan pemahaman mengenai sampah yang memiliki nilai dan sangat berharga. “Caranya bikin binaan pengelolaan sampah. Kemudian Pemprov membeli hasil olahan sampah masyarakat sebagai bentuk insentif pemerintah kepada warganya,” katanya.(bj)

TPST Bantargebang Langgar Kontrak Pengelolaan Sampah Rabu, 7 Desember 2011

JAKARTA (Suara Karya): Mengelola sampah warga DKI Jakarta saja sudah kewalahan, tetapi anehnya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, kini diduga telah menampung sampah dari masyarakat Kota Tangerang Selatan (Tamgsel) dan Kota Bogor. Tak pelak, pengelola TPST Bantargebang, yakni PT Godang Tua Jaya, telah melanggar surat perjanjian kontrak dengan Dinas Kebersihan DKI. Dalam surat perjanjian kontrak No. 5028/1.799.21 Tahun 2008 disebutkan, area seluas kurang lebih 110 hektare itu hanya diperbolehkan untuk menampung sampah dari DKI. Lemahnya pengawasan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Regional Dinas Kebersihan DKI terhadap dugaan "kongkalikong" menyebabkan pelanggaran itu terjadi. Praktik itu tentu berdampak buruk terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Direktur Eksekutif Lembaga Swadaya Masyarakat Independen Pemantau Aset (Inpas) Boris Korius Malau, yang pertama kali menemukan adanya pelanggaran itu, mengatakan bahwa pelanggaran itu diduga melibatkan oknum pengelola TPST Bantargebang. Terkait pelanggaran kontrak kerja sama itu, ia mendesak Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo untuk menindak tegas aparatnya yang bermain curang dan berpotensi merugikan keuangan negara yang mencapai miliaran rupiah. "Itu kesalahan besar dan merupakan kelalaian Dinas Kebersihan DKI sebagai dinas teknis yang mengelola sampah di Jakarta," kata Boris, Selasa (6/12). Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Pemerintah Kota Tangerang Selatan Nur Slamet mengakui bahwa Pemkot Tangsel telah melakukan kerja sama dengan pengelola TPST Bantargebang. Pengakuan itu adalah salah satu bukti bahwa sampah Pemkot Tangsel banyak yang dibuang ke TPST Bantargebang. Hal yang sama juga diakui Direktur Operasional PT GTJ, Linggom Lumban Toruan, bahwa TPST Bantargebang telah menampung sampah dari Pemkot Tangsel dan Pemkot Bogor. Menurutnya, hal itu dilakukan dengan alasan sosial. Tindakan penampungan sampah dari luar wilayah DKI merupakan potret buruknya pengelolaan sampah di DKI dan menimbulkan sejumlah permasalahan serius. Perlu diketahui, untuk setiap satu ton sampah yang masuk ke TPST Bantargebang, DKI harus membayar tipping fee Rp 105 ribu. Dengan demikian, kalau ada sampah dari luar DKI masuk ke tempat tersebut, maka DKI harus turut menanggung akibatnya, yaitu membayar tipping fee. Kepala UPT Regional Dinas Kebersihan DKI Jakarta Zainuri mengatakan, kasus masuknya sampah dari Tangerang Selatan dan Bogor di luar pengetahuan pihaknya. (Yon Parjiyono)

Pembangunan ITF Tak Akan Bebankan APBD DKI

INILAH.COM, Jakarta - Pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter, Jakarta Utara yang akan dilakukan Dinas Kebersihan DKI Jakarta, dipastikan tidak akan membebankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2012. Hal tersebut karena biaya pembangunan ITF Sunter akan ditanggung sepenuhnya oleh investor. Pengurus Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia DKI Jakarta, Mohammad Zulfikar, mengatakan pembangunan ITF dalam Kota Jakarta merupakan terobosan berani yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk mengatasi persoalan sampah di Ibukota. "Sudah saatnya, Pemprov DKI, melalui Dinas Kebersihan DKI melakukan terobosan untuk melakukan lelang investasi dalam peningkatan program pembangunan kota Jakarta. Setidak-tidaknya beban anggaran dalam APBD DKI untuk pengelolaan sampah bisa dicicil selama puluhan tahun," kata Zulfikar, Jakarta, Selasa (6/12/2011). Langkah melakukan lelang investasi, lanjutnya, lebih efektif dan efisien daripada melakukan pinjaman ke luar negeri, karena pengembalian dana tidak akan menambah alokasi anggaran dalam APBD DKI. Selain itu, dalam lelang ini akan melibatkan investor yang merupakan gabungan perusahaan lokal dan asing, dapat menambah tenaga kerja serta menguntungkan warga Jakarta. Ia melanjutkan,proses pengumuman lelang dan persiapan lelang, sudah sesuai dengan aturan hukum tentang lelang. Yaitu Perpres No. 56 tahun 2011 tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Tidak hanya itu, sudah ada surat persetujuan dari Ketua DPRD DKI Jakarta yang menyatakan persetujuan pelaksanaan lelang dilakukan terlebih dahulu, baru akan dibentuk panitia khusus (Pansus) ITF Sunter.[bay]

Walhi Minta DKI Rampungkan Intermediate Treatment Fasility

OKEZONE-JAKARTA - Pembangunan tiga tempat pengolahan sampah terpadu atau Intermediate Treatment Fasility (ITF) mendapatkan dukungan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan termasuk Wahana Lingkngan Hidup (WALHI). Direktur Eksekutif WALHI DKI Jakarta, Ubaidillah mengatakan, sudah saatnya pengolahan sampah di Jakarta tidak lagi dilimpahkan ke daerah penyangga yang ada di sekitarnya. "Bagaimanapun juga, Pemprov DKI harus mengurus persoalan sampahnya sendiri. Perhitungan kami, dari efisiensi dan efektifitas, pengolahan sampah dalam kota lebih baik daripada membangun di luar kota Jakarta," ujar Ubaidillah dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (7/12/2011). Menurut Ubaidillah, sistem yang ada dalam ITF menggunakan pendekatan 3 R (recycle, reduce dan reuse) tersebut dapat meminimalisir pencemaran dan mengganggu kesehatan masyarakat. Pasalnya, dengan teknologi tsrebut seluruh sampah bisa diurai hingga tidak tersisa atau zero to waste. "Teknologi ini juga digunakan sejumlah negara maju yang mempunyai persoalan sama dengan Jakarta. Dengan Teknologi ini masyarakat akan diuntungkan karena tidak ada lagi sampah yang tidak bisa diuraikan. KMita ingin dalam melakukan pengolahan sampah Pemprov juga memperhatikan kesehatan masyarakat," ungkapnya. Sedangkan dari konsep pembangunan ITF Sunter, Ubaidillah menilai, teknologi incenarator yang digunakan sudah lebih baik dan mendukung teknologi ramah lingkungan. Lebih baik dari teknologi yang digunakan di TPST Bantargebang yaitu open dumping dan sanitary landfill. Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna membenarkan, pihaknya telah menerima surat dukungan dari WALHI terhadap pembangunan ITF Cakung Cilincing, ITF Sunter dan ITF Marunda. Pembangunan ITF Marunda, lanjutnya, dilaksanakan berdasarkan Pergub DKI Jakarta No.77/2009 tentang Penetapan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di KEK Marunda, dan Keputusan Gubernur No.1851/2009 tentang Pembentukan tim kerja program pembangunan ITF. Menurut Eko nantinya ITF Marunda akan dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) milik Pemprov DKI a bekerja sama dengan pihak investor selaku pemilik lahan dan penyedia teknologi. "Kedua pihak tersebut bersama-sama membangun fasilitas pengolahan sampah di atas lahan seluas 12 hektar pada tahun 2012. Pola pengelolaannya sama dengan ITF Cakung Cilincing yaitu pihak swasta bekerja sama dengan BUMD yang akan mengelola KEK Marunda," tandasnya.

DKI dinilai perlu dorong industri pengelola limbah Oleh Nurudin Abdullah September 27, 2011 18:30

BISNIS INDONESIA-JAKARTA: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu mendorong pengembangan industri jasa pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun yang membutuhkan penanganan khusus karena sangat berbahaya jika menyebar ke lingkungan. Direktur Eksekutif The Indonesia Solid Waste Association Sri Bebassari mengatakan cukup besar jumlah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) padat mencapai 2% atau sekitar 130 ton per hari dari total sampah yang diproduksi Ibu Kota sebesar 6.500 ton per hari. “Kalau pemprov belum bisa sendiri mengelola limbah B3 padat, maka kami minta agar dapat memotivasi dan memfasilitasi siapa pun yang bersedia bergerak di bidang jasa pengolahan limbah tersebut,” katanya di Jakarta hari ini. Dia mengatakan hal itu seusai acara Penyerahan penghargaan pengelolaan lingkungan kategori baik dan sosialisasi program extended producer responsibility dalam pengendalian pencemaran limbah B3 yang digelar Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI. Menurut Bebasari kegiatan industri jasa pengelola limbah B3 seperti PT Arah Environmental Indonesia dan Pusat Pengolahan Limbah Industri B3, tidak hanya mengelola tetapi juga memberikan konsultasi tentang analisa mengenai dampak lingkungan. Dengan demikian, lanjutnya, keberadaan usaha jasa tersebut dapat membantu industri, farmasi dan gedung komersial dalam mengelola limbah yang bersifat berbahaya dan beracun yang diproduksi sehingga tidak membahakan lingkungan. “Sekarang pembakaran limbah B3 farmasi di lokasi klinik atau puskesmas masih ditolelir, tetapi harus benar-benar dikontrol, terutama emisi sisa pembakarannya. Lebih baik kalau diserahkan penanganannya kepada pihak yang lebih professional,” ujarnya. Sementara itu Business and Development Director PT Arah Environmental Indonesia Ahmad Liu mengatakan tengah mempersiapkan pengembangan usaha pengelolaan limbah B3 untuk memaksimal kapastias unit pengolahan sebesar 12 ton per hari yang kini baru terpakai 2 ton per hari. “Kapasitas unit pengolahan limbah B3 padat kami mencapai 12 ton per hari, tetapi sampai sekarang baru terpakai sekitar 2 ton per hari untuk limbah B3 farmasi dari 200 client kami di wilayah Jakarta dan daerah sekitar,” katanya. Ahmad mengatakan potensi bisnis jasa pengolahan limbah B3 padat di Ibu Kota cukup prospektif mengingat dari total produksi sampahnya 6.500 ton per hari sekitar 2% diantaranya mencapai 130 ton per hari merupakan limbah bersifat bahaya dan beracun tersebut. Apalagi, lanjutnya, di Jakarta masih banyak kegiatan usaha di Jakarta yang menghasilkan limbah B3 padat, yang menangani limbahnya sendiri dengan cara di bakar tanpa memperhatikan dampak emisi hasil pembakaran yang dapat mencemari lingkungan. “Seharunya pemerintah mendorong mereka agar tidak membakar sendiri limbahnya yang bersifat berbahaya dan beracun itu jika tidak mampu mengontrol tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh emisi hasil pembakaran itu,” katanya.(api)

Upaya Bandung lepas dari timbunan sampah Oleh Dinda Wulandari & Irvan Christianto October 01, 2011 09:19

RAKYAT MERDEKA ONLINE: Sampah menjadi masalah yang tak habis untuk dikupas bagi sebuah kota. Setiap hari kita, warga Kota Bandung menghasilkan sampah dari kegiatan yang kita jalani. Perjalanan sampah-sampah itu tentu saja tidak berakhir di tong sampah yang ada di tempat kerja atau rumahmu. Mereka akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) yang letaknya jauh dari pusat kota. Setiap orang di Kota Bandung berkontribusi menghasilkan sampah sebanyak 3 liter per hari. Angka ini didapat dari hasil penelitian PD Kebersihan Kota Bandung dengan LIPPI tahun 1994. Jika dikalikan jumlah penduduk Kota Bandung yang saat ini berjumlah kurang lebih 2,5 juta jiwa. Maka, diprediksi setiap harinya penduduk kota kembang ini memiliki sampah sebesar 7.500 meter kubik per hari atau sekitar 1.800 ton. "Dari 6 kelompok sumber sampah yang paling banyak itu adalah rumah tinggal/pemukiman. Setiap hari volume sampahnya mencapai 4.951 meter kubik," kata Cece H Iskandar, Kepala PD Kebersihan Kota Bandung. Untuk mengangkut sampah di 30 kecamatan yang ada di Kota Bandung, PD Kebersihan mengerahkan 106 armada truk sampah setiap harinya. Namun, jumlah ini dinilai kurang maksimal untuk mengantar perjalanan sampah dari TPS (tempat pembuangan sementara) ke tempat terakhirnya. "Bayangkan saja, jarak tempuh dari Bandung ke TPA Sarimukti itu bisa mencapai 45 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam. Rata-rata,satu truk hanya melakukan satu kali perjalanan dalam sehari," ungkap Cece. Kota Bandung, sebenarnya, tidak memiliki lahan TPA. Sampai hari ini, pemerintah kota Bandung masih menumpang menimbun sampah di TPA Sarimukti yang lahannya dikelola Pemerintah Provinsi Jabar. Di lahan seluas sekitar 25 hektare itu, sampah asal kota Bandung harus berbagi tempat dengan sampah asal dua daerah lainnya, yaitu Kab. Bandung Barat dan Kab.Cimahi. "Dari 1.800 ton sampah asal Bandung per hari nya, paling Cuma 1.000-1.500 yang berakhir di TPA. Sisanya, bisa dibuang penduduk ke sungai, dibakar, atau mereka kelola sendiri," katanya. Selain terkendala jumlah armada pengangkutan sampah yang terbatas dan minimnya lahan TPA, pengelolaan sampah di kota ini masih menyimpan banyak lagi masalah. Cece mengaku besaran tarif yang dikenakan kepada masyarakat dan pengelola bangunan komersil masih terlalu rendah. Dia mencontohkan untuk kategori komersial, pelaku usaha hanya dikenakan Rp15.000 per meter kubik. "Idealnya biaya pengangkutan itu Rp40.000 per meter kubik. Pendapatan PD.Kebersihan dari jasa kebersihan ini hanya Rp14 miliar per tahun," ujarnya. Kesadaran masyarakat untuk memilah sampah ke dalam kategori organik dan anorganik pun dinilai masih rendah. Padahal, sikap ini sangat membantu proses pengolahan sampah di Kota Bandung agar lebih efektif dan efisien. Pengolahan sampah yang selalu menjadi masalah yang terus bergulir di Kota Bandung, bahkan ancamannya semakin nyata dengan produksi sampah yang terus meningkat. Sadar akan persoalan itu, pemda setempat menggagas pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage dengan nilai proyek sekitar Rp600 miliar. Namun permasalahan baru yang timbul adalah pembangunan hingga saat ini proyek pembangunan PLTSa Gedebage itu belum juga menemui titik terang sejak rencananya digulirkan pada 2007. Padahal diperkirakan, umur pakai TPA Sarimukti yang menjadi satu-satunya tempat terakhir sampah Kota Bandung, hanya bertahan sampai 2012. Pemrov Jabar rencananya akan membangun TPA Regional baru di Legok Nangka, Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung, dan TPA Leuwi Gajah. "Pemerintah sudah melakukan pembebasan lahan seluas 63 Ha. TPA ini juga akan dipakai bersama daerah lainnya, tidak hanya Bandung," katanya. Mengutip data dari Pemkot Bandung, nantinya jika PLTSa Gedebage sudah dirampungkan dan beroperasi akan mengolah sampah dengan beberapa mekanisme kerja a.l. pemilahan sampah, pembakaran sampah, pemanfaatan panas, dan pemanfaatan abu sisa pembakaran. (faa)

3 Proyek Olah Sampah Di DKI Perlu Diawasi Jika Gagal, Jakarta Terancam Banjir Besar Senin, 21 November 2011 , 08:55:00 WIB

Permasalahan sampah, merupakan salah satu persoalan yang masih melilit Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Banyak sungai yang berubah jadi tempat sampah raksasa. Kondisi ini makin diperparah dengan kebijakan pengadaan barang pengolahan sampah yang tidak transparan. Termasuk pada proses lelang kegiatan Jasa Pengolahan Sam­pah ITF Cakung Cilincing yang menelan biaya sebesar Rp 34 miliar. Anggaran ini, diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2011. Dana tersebut dialokasikan di Dinas Kebersihan Jakarta. Demikian penilaian yang diemukakan Ketua LSM Per­gerakan Transformasi (Patra), Prans Shaleh Gultom. Dia kha­watir, jika pe­ngelolaan sampah di Jakarta sudah bermasalah sejak dari awal. “Pelelangan yang dibuka Dinas Kebersihan DKI Jakarta jangan akal-akalan,” pinta Prans. Dia menyebut, aksi akal-akalan tender ini melanggar Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Seperti diketahui, Pemprov DKI mengembangkan program regionalisasi persampahan yang melibatkan daerah penyangga. Berkaitan hal ini, pemprov akan membangun pengolahan sampah dalam kota melalui tiga unit inter­mediate treatment facilities (ITF), atau tempat pengelolaan dalam kota. Yakni ITF Cakung Cilin­cing, ITF Marunda, dan ITF Sun­ter. Program ini amanat ren­cana pembangunan jangka me­nengah daerah (RPJMD) 2007-2012. Informasi yang diterima Rakyat Merdeka menyebutkan, ITF Cakung Cilincing diper­luas dari 4,5 hek­tare menjadi 7,5 hektar. Di­harapkan, ketika beroperasi pe­nuh pada 2012, ITF ini mampu me­ngolah sampah sebanyak 1.300 ton per hari. Sampah yang diolah menjadi kompos, bahan bakar pembangkit listrik berkapasitas 4,95 mega watt (MW) atau menghasilkan bahan bakar gas (BBG) sebesar 445.699 MMBTU. ITF Cakung Cilincing mene­rapkan teknologi mechanical biological treatment (MBT). Namun, proses pemba­ngunan­nya dilakukan secara bertahap. Per 1 Agustus 2011 sudah beroperasi mengolah sampah 450 ton per hari menjadi kompos. Per 1 Januari 2012 beroperasi me­ngolah sampah 600 ton per hari dengan teknologi MBT. Sampah tersebut diolah menjadi BBG per listrik, produk daur ulang dan kompos. Pada masa yang sama akan beroperasi pengolahan sampah 1.300 ton per hari dengan teknologi MBT. Sampah tersebut diolah menjadi BBG per listrik, produk daur ulang dan kompos. Sedangkan ITF Sunter yang berdiri di atas lahan 3,5 hektare, direncanakan mampu mengolah sampah sebanyak 1.200 ton per hari dengan teknologi waste to energy. Saat ini, ITF Sunter ber­operasi sebagai fasilitas pema­datan sampah stasiun peralihan antara Sunter (SPA Sunter). SPA Sunter berfungsi meng­efi­sienkan rotasi kendaraan angkut sampah, sehingga proses pengi­riman sampah ke Bantar Gebang, Bekasi tidak menambah macet jalanan Ibu Kota. Saat ini akan dilaksanakan tender yang lebih kurang me­makan waktu tiga bulan dengan skema Kerja sama pemerintah dan swasta (KPS) dalam penga­daan infrastruktur. Pola kerja samanya adalah build, operate, and transfer (BOT). Penan­datanganan kontrak direncanakan pada awal Januari 2012. [Harian Rayat Merdeka]

Perda Sampah Dianggap Kedaluwarsa

Senin, 21 November 2011 , 08:30:00 WIB Demi mengatasi permasalahan sampah di ibukota, Dinas Ke­ber­­­sihan DKI Jakarta saat ini si­buk me­nyusunan rancangan pe­raturan daerah (Raperda) DKI Jakarta. Kepala Dinas Ke­ber­sihan DKI Jakarta, Eko Bharuna me­minta masya­ra­kat serta pakar per­sampahan tu­rut serta me­nyem­purnakan Ra­per­da ter­sebut. Terutama sebelum di­se­rahkan ke Badan Legislasi Daerah (Ba­legda) pada 2012. “Raperda juga mengatur mas­terplan pengelolaan sampah Ja­karta 2012-2032. Karena mas­terplan yang dimiliki Dinas Ke­bersihan sudah kedaluwarsa dan perlu disinkronkan dengan RTRW(Rencana Tata Ruang dan Wilayah) DKI Jakarta 2011-2030,” katanya. Dari data Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Perda tentang Pe­ngelolaan Sampah DKI Jakarta ter­sebut merupakan turunan dari Un­dang-Undang 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dan Permedagri 33 tahun 2010 ten­tang pedoman pengelolaan sam­pah. Substansinya, merinci pera­turan yang hierarkinya lebih tinggi dengan menjabarkan lebih detail. Termasuk juga bab-bab da­lam UU 18/2008, yang akan men­jadi acuan Raperda penge­lolaan sampah. Perda ini juga akan menga­ko­modir ketentuan Permendagri 33 / 2010 BAB II Pasal 2 ayat (1), yang menyatakan, Pemerintah daerah menyusun rencana pe­ngu­rangan dan penanganan sampah yang dituangkan dalam rencana strategis (Renstra) dan rencana jangka (Renja) tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Lalu ayat (2) menyatakan, ren­cana pengurangan dan pena­nga­nan sampah, target pengu­rangan sam­pah meliputi target penye­diaan sarana dan prasarana. Mu­lai dari sampah hingga ke tempat pembuangan akhir (TPA). Aturan ini juga mengatur pola pengem­bangan kerja sama daerah, ke­mitraan par­tisipasi ma­syarakat, ke­butuhan penyediaan pem­biayaan yang ditanggung Pemda dan ma­syarakat. Termasuk pula, pe­ngem­bangan dan pe­man­faatan tek­­no­­logi yang ramah ling­kungan. [Harian Rayat Merdeka]

Sabtu, 26 November 2011

EFEKTIFITAS EFFECTIVE MICROORGANISME (EM) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK

by industri18jeny Judul: EFEKTIFITAS EFFECTIVE MICROORGANISME (EM) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK (October 7, 2011) Filed under: Kesehatan — Urip Santoso @ 1:06 am Tags: EM4, kompos, pupuk, sampah Oleh: ETMON JULIANSYAH ABSTRAK Etmon Juliansyah, 2011 “ Effektifitas Effective Microorganisme (EM) dalam Mempercepat Proses Pengomposan Sampah Organik”. Sebuah tulisan ilmiah yang diberikan berbentuk tugas dalam mata kuliah penyajian ilmiah. Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas dari sampah salah satu solusinya mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengolah sampah menjadi kompos. Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-sanyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dan lain-lain (umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme. Kompos adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktifitas mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah, Effektive microorganisme (EM) merupakan sumber bakteri yang banyak digunakan di dalam proses pembuatan kompos. Media ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih baik. Kandungan C/N bahan dengan C/N tanah harus seimbang . Selain itu kesetabilan suhu harus dijaga, suhu ideal 30 45⁰ C begitu juga dengan PH, dan kelembaban.Untuk mengolah sampah menjadi organic menjadi kompos diperlukan alat yang disebut komposter. Kompos sangat bermanfaat sebagai pupuk organic bagi tanaman. Kata Kunci : Sampah Organik, Kompos, Effektive Microorganisme (EM) PENDAHULUAN Latar belakang Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan prilaku gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya volume timbulan sampah menimbulkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam menangani masalah sampah. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/ atau volume memerlukan pengelolaan khusus. Sampah bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan permasalahan dan bila dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis. Melihat permasalah sampah, sebenarnya sampah bisa dijadikan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomis, dapat memberikan keuntungan nyata bagi masyarakat dan dapat meminimalisasi dampak negative lingkungan. Kompos merupakan pupuk organik yang penting dan banyak dibutuhkan tanaman. Kompos terbuat dari bagian-bagian tanaman dan sampah-sampah organic yang telah mengalami penguraian mikroorganisme. (Bagus, 2007). Untuk meningkatkan efektifitas dan kecepatan pembuatan kompos sering kali menggunakan inokulen bahan tambahan berupa sampah sisa makanan sebagai sumber bakteri. Sumber bakteri dapat dibuat dengan beberapa campuran dan sering disebut sebagai Efective Microorganisme yang berasal dari air susu sapi dan isi usus hewan ternak sebagai sumber bakteri. EM merupakan sumber bakteri yang banyak digunakan di dalam proses pembuatan kompos, media ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih baik. EM yang sangat banyak, diantaranya yang sering digunakan untuk fermentasi bahan-bahan organik adalah bakteri streptomyces, ragi, lactobacillus dan bakteri fotosintetik. (Bagus, 2007). Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengertian sampah menurut (Slamet, 2000) lebih jauh mengatakan bahwa sampah adalah berbagai jenis barang buangan yang diakibatkan oleh kegiatan kehidupan sehari-hari, pristiwa-pristiwa tertentu, dari kelebihan proses terhadap keperluan baik untuk penggunaan sendiri maupun untuk menghasilkan barang dan bahan lain, sehingga barang buanganiti dianggap tidak bernilai lagi. Pendapat lain yang dikemukakan oleh (Saeni, 2003) yaitu bahwa sampah bersumber dari kegiatan domestic, pertanian dan industry. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikemukkan bahwa sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon,kertas/karton, plstik, kain bekas,kaleng-kaleng,debu sisa penyapuan, dan lain-lain. Jenis sampah Sampah yang ada di lingkungan umumnya dapat dibedakan menurut jenisnya. Menurut (Hadiwiyoto, 1990) sampah dapat digolongkan menurut jenisnya menjadi : Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-sanyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dan lain-lain (umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, kotoran, kain, karet, kulit dan sampah halaman). Sampah anorganik : sampah yang bahan kandungannya non organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium, debu, logam dan lain-lain. Karakteristik sampah Sampah yang ada di lingkungan umumnya dapat dibedakan menurut karakteristiknya. Menurut (Aini, 1985) sampah dapat digolongkan menurut karakteristiknya menjadi : a.Garbage, yakni jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran hasil pengolahan dari dapur rumah tangga, hotel,restoran,semuanya mudah membusuk. b. Rubbish, yakni sampah yang tidak membusuk. Pertama yang mudah terbakar, seperti kertas, kayu dan sobekan kain. Kedua yang tidak mudah terbakar, minsanya kaleng,kaca dan lain-lain. c. Ashes, yakni semua jenis abu dari hasil pembakaran baik dari rumah maupun industry. d. Street sweeping, yakni sampah dari hasil pembersihan jalanan, contohnya kertas,kotoran, daun-daunan dan lain-lain. e. Dead animal, yakni bangkai binatang yang mati karena alam, kecelakaan, maupun penyakit. f. Abandoned vehice, yakini bangkai kendaraan, seperti sepeda, motor,becak, dan lain-lain. g. Sampah khusus, yakni sampah yang memerlukan penanganan khusus, misalnya kaleng-kaleng cat, zat radioaktif, sampah pembasmi serangga, obat-obatan dan lain-lain. Adapun dampak sampah bagi manusia dan lingkungan menurut (Mochtar, 1997), diantaranya adalah sebagai berikut, menjadi sumber penyakit atau hama penyakit, dapat menimbulkan pengotoran udara, dapat menimbulkan bahaya banjir, dapat menimbulkan pengotoran air dan tanah, dapat merusak keindahan kota, dapat menimbulkan bahaya kebakaran, dan dapat mengotori air laut Pengelolaan sampah Menurut (Undng-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah) kegiatan penangan sampah sebagaimana di maksud dalam pasal 19 huruf b meliputi : a. Pemilihan dlam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah. b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber ke tempat penampuangan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemprosesan akhir. d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karaktristik, komposisi dan jumlah sampah e. Pemprosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkugan secara aman. Manfaat sampah yang mudah membusuk : a. Untuk pupuk/kompos yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah dengan adanya proses dekomposisi sampah menjadi humus. b. Memanfaatkan untuk makanan ternak melalui proses pengolahan dan pemilihan sampah sebelum diberikan kepada ternak, guna mencegah pengaruh buruk dari sampah. c. Sampah hasil buangan kotoran hewan dan garbage yang mudah membusuk dimanfaatkan untuk pembuatan gas bio. Kompos Kompos adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktifitas mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah, (Hadiwiyoto, 1983). Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah. Namun, proses tersebut berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun, bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bias diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono, 2000). Hindari juga kontaminasi bahan-bahan pembuatan kompos dari zat anorganik seperti pestisida, minyak tanah, parfum, dan detergent atau sabun mandi. Bahan-bahan tersebut dapat menghambat proses pembentukan kompos oleh mikroorganisme dan backteri (Bagus, 2007). Menurut (Murbandono, 2000) penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan manfaat sebagai berikut, menyediakan unsur hara mikro bagi tumbuhan, mengemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menjadi salah satu alternative pengganti (subsitusi) pupuk kimia karena harganya murah,berkualitas dan akrab lingkungan, mengurangi pencemaran lingkungan, murah dan mudah didapat, bahan bisa dibuat sendiri. Peran bahan organic terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat bilologis tanah adalah meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N,P dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengarui serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980). Faktor yang mempengaruhi pembuatan kompos Menurut (Djuarnani, Dkk, 2005) agar dapat memperoleh hasil pengomposan yang optimal perlu memperhatikan beberapa factor lingkungan yang berpengaruh karena proses ini merupakan proses biologi. Faktor yang memperngarui laju pengomposan antara lain : Ukuran bahan Proses pengomposan akan lebih cepat jika bahan mentahnya memiliki ukuran bahan yang lebih kecil. Karena itu bahan yang berukuran perlu dicincang atau digiling terlebih dahulu sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Rasio C/N Rasio C / N merupakan factor paling penting dalam proses pengomposan. Hal ini disebabkan proses pengomposan tergantung dari kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan pembentukan sel. Besarnya nilai rasio C/N tergantung dari jenis sampah. (Murbandono, 2000) Kelembaban Idealnya, kadar air bahan mentah 50 – 70 %. Jika tumpukan kompos kurang mengandung air, bahan akan bercendawan atau berjamur. Hal ini akan merugikan, karena proses penguraian bahan berlangsung lambat dan tidak sempurna. Suhu Proses pengomposan berlangsung optimum pada suhu 30 45⁰ C PH Derajat keasaman (PH) bahan baku kompos di harapkan berkisar 6,8 – 8⁰ C. Agar proses penguraian berlangsung cepat, PH dalam tumpukan kompos tidak boleh terlalu rendah (asam). Effektive microorganism (EM) Effektive microorganism (EM) merupakan sumber bakteri yang banyak digunakan di dalam proses pembuatan kompos. Media ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih baik. Pengertian effektive mikroorganisme Dalam proses bahan produksi bahan pangan organic, diperlukan pupuk organic dan pestisida organic yang keberadaanya sangat dipengarui oleh ilmuwan asal jepang berna Teuro Higa. Teuro Higa menemukan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas tanah dan pertumbuhan tanaman dengan menggunakan campuran berbagai mikroorganisme yang umumnya terdiri dari bakteri asam laktat (lactic acid bacteria), purple bacteria dan ragi (yeast). Teuro Higa menambakan metodenya dengan teknologi effective microorganism (EM) sekaligus menjadi hak paten atas penemuannya itu. Indonesia juga mampu memanfaatkan teknologi EM dengan cara yang unik yaitu dengan mengintergrasikan aspek lingkungan dengan parawisata. Sebagian besar penduduk menggunakan EM dalam produksi tanaman pangan, buah-buahan dan ternak kultur EM tidak mengandung suatu mikroorganisme asing. EM terbuat dari kultur campuran spesies mikroorganisme alami yang terdapat dalam lingkungan alam dimanapun. EM bukan hasil rekayasa genetic. Mikroorganisme yang terdapat di EM yang dipasarkan di Indonesia, adalah jenis mikroorganisme alami yang ada dan hidup di Indonesia. Cara kerja effective mikroorganisme (EM) Cara kerja EM telah dipublikasikan secara ilmiah yang menunjukan bahwa EM dapat : Menekan pertumbuhan pathogen tanah, mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman, meningkatkan aktivitas mikroorganisme indegenus yang menguntungkan seperti ; Mycorhiza, Rgizobium, bakteri pelarut, fosfat, dll, memfiksasi nitrogen, dan mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia Dengan cara tersebut EM dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang selalu merupakan masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman sejenis secara terus menerus (continuous cropping). EM mempermentasikan sisa-sisa makanan dan kulit udang dan ikan pada tanah dasar tambak, sehingga gas beracun (metan, dan H2S, Mercaptan, dll) dan panas pada tanah dasar tambak menjadi hilang, untuk selanjutnya udang/ikan dapat hidup dengan baik. Dengan cara yang sama EM juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak, hingga lingkungan kandang menjadi tidak bau, ternak tidak mengalami stress sehingga nafsu makannya meningkat. EM yang diminumkan dengan dosis 1 : 1000 pada minuman ternak, hidup dalam usus ternak, berfungsi untuk menekan populasi mikroorganisme pathogen di dalam usus sehingga ternak menjadi sehat. EM juga dapat diaplikasikan pada seluruh permukaan tubuh tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyemprotan EM pada permukaan daun dapat meningkatkan aktivitas fotosintesa tanaman dan menekan pertumbuhan pathogen yang terdapat pada permukaan tanaman. EM tidak merusak lingkungan walaupun diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu, karena EM bukan merupakan mikroorganisme asing dan secara alamiah sudah terdapat di dalam tanah. Seperti yang diterangkan sebelumnya, EM merupakan larutan yang berisi beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat. Untuk memproses bahan limbah menjadi kompos dengan proses yang lebih cepat dibandingkan dengn pengolahan limbah secara tradisional. (Djuarnini,dkk, 2005). Sifat pupuk anorganik a. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak b. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi justru penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras. c. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit. Bahan organik yang masuk ke dalam pembuatan kompos adalah sisa-sisa bahan makanana yang mengandung lemak, antara lain sisa-sisa daging, tulang, dan duri ikan. Lemak dapat mengganggu proses fermentasi oleh bakteri, sedangkan sisa daging dan duri ikan akan menimbulkan aroma yang lebih menyengat dibandingkan dengan bahan lainnya. (Bagus, 2007). Ciri-ciri kompos yang sudah matang a. Bewarna coklat kehitaman b. Jika dicium tidak berbau c. Struktur remah d. Kandungana bahan yang halus tinggi Komposter Komposter merupakan tempat untuk pengolahan kompos. Untuk pengolahan skala rumah tangga, komposter dapat dibuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar rumah, minsalnya, dibuat di drum,tong,ember, atau kaleng cat yang dimodifikasi dan diberi putaran sebagai alat pengaduknya. Lubang-lubang udara di komposter membantu proses pengomposan aerob dengan baik dan mempercepat proses penguraian sampah. Selain itu komposter juga mampu menjaga kelembaban dan temperature, sehingga bakteri dan mikroorganisme dapat bekerja mengurai bahan organik secara optimal. ISI DAN PEMBAHASAN Mengolah sampah menjadi kompos Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini : Komposter berdiamter 0,5 m 5 buah Pipa paralon ½ inci dengan panjang 30 cm sebanyak 10 buah Baskom Kompor Blender atau parutan Kawat kasa Besi batangan ukuran 8 ml sebnayk 5 buah Bahan EM yang digunakan : Susu sapi murni 2 liter Isi perut (lambung) sapi 0,5 kg Gula pasir satu kilogram Bakatul satu kilogram Nanas satu buah Terasi ½ kilogram Air bersih 10 liter Cara membuat EM Haluskan buah nanas menggunakan parutan atau blender, campurkan dengan gula pasir, bekatul, terasi dan air bersih di dalam panci, masak hingga mendidih, lalu dinginkan. Tambakan susu sapi murni dan isi lambung sapi, aduk hingga tercampur rata. Tutup panci rapat-rapat selama dua belas jam atau satu hari Pembuatan EM dianggap berhasil apabila muncul gelembung di permukaan bahan Komposter Komposter yang digunakan adalah model tungku. Cara membuatnya : Kawat kasa di potong berbentuk lingkaran Kawat kasa yang telah dibentuk dietakkan di dalam tong di ikat dengan kawat Besi batangan dibentuk seperti spiral Kemudian diletakkan di tengah tong, kemudian bagian pinggir tong dilubangi untuk mengaitkan besi yang telah berbentuk spiral Lubangi bagian bawah tong dengan ukuran 10 x 10 cm Lubangi bagian penutup huna meletakkan pipa yang telah di potong Komposter siap digunakan Langkah-langka pengomposan Persiapan alat dan bahan Pisahkan sampah rumah tangga yang organik dan nonorganik Masukkan sampah organik ke dalam masing-masing komposter sebanyak 10 kilogram Masukan larutan EM kedalam masing-masing komposter Pada komposter pertama tidak ada penambahan EM Pada komposter kedua tambahkan EM sebnyak 12,5 ml Pada komposter ketiga tambahan EM sebanyak 25 ml Pada komposter keempat tambahkan EM sebanyak 37,5 ml Pada komposter kelima tambahkan EM sebanyak 50 ml Kemudian tutup kompster yang sudah deberi larutan EM dan yang tidak diberi laruran EM Lakukan pengamatan pada saat kompos matang Selama pengamatan untuk mencegah kekeringan sampah harus diaduk atau dibolak-balik secara berkala setiap sehari selama dua minggu Catat hasil pengamatan, hasil pengamatan adalah mana yang lebih cepat terbentuknya kompos setelah diberi larutan EM dengan yang tidak diberi larutan EM. Ciri-ciri kompos yang sudah matang Bewarna coklat kehitaman Jika dicium tidak berbau Strukturnya remah Kandungan bahan yang halus tingi Untuk memproleh hasil pengomposan yang optimal perlu memperhatikan beberapa factor lingkungan yang berpengaruh karena proses ini merupakan proses biologi. Faktor yang mempengarui laju pengomposan antara lain , ukuran bahan, rasio C/N, kelembaban, suhu, PH KESIMPULAN Setelah dilakukan kajian tiori terhadap pokok permasalahan sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dapat dimabil suatu kesimpulan : Untuk menjaga kelestarian lingkungan agar tetap sehat dan bebas dari masalah sampah, dimulai dengan menerapkan sanitasi yang baik diantaranya membuang sampah menjadi mengolah sampah menjadi kompos. Mengolah sampah organik komos merupakan proses alami yang disebabkan oleh mikroorganisme yang ada didalam sampah . Kompos adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktifitas mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah dengan Effektive Microorganisme (EM) sebagai sumber bakteri yang banyak digunakan di dalam proses pembuatan kompos. Media ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih baik. Pentingnya memperhatikan faktor-faktor yang mempengarui pembentukan kompos seperti bahan baku, rasio C/N, Kelembaban, Suhu, dan Efektif Mikroorganisme. Proses pembuatan kompos diperlukan alat yang biasanya disebut komposter. Hasil olahan kompos dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman. Pembuatan kompos dengan penambahan EM lebih cepat dalam proses pembentukan kompos dibandingkan tanpa penambahan EM. DAFTAR PUSTAKA Abdurohim, Oim.2008. Pengaruh kompos terhadap ketersediaan hara dan produksi tanaman caisin pada tanah latosol dari gunung sindur, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository (http://repository.ipb.ac.id), diunduh 13 Juni 2010. Djuarnani,dkk, 2005. Cara cepat membuat kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan Gaur,D.C.1980. Present status of composting and agricultural aspect, in : Hesse, P.R (ed). Improving soil fertility through recycling, compost technology. FAO of united nation. New Delhi. Harianto, Bagus, 2007. Cara praktis membuat kompos. Agromedia. Jakarta Selatan. Hadiwijoto,S, 1999. Penanganan dan pemanfaatan sam,pah. Yayasan Iadayu. Jakarta Hadiwijoto,S, 1990. Penanganan dan pemanfaatan sampah. Yayasan Idayu. Jakarta Jehansyah, 1999. Peduli lingkungan dengan daur ulang. Seminar Nasional Teknik Kesehatan Lingkungan. Laboratorium Higine Industri dan Toksikolgi. Jurusan Teknik Lingkungan ITB. Bandung. Kastaman, R. 2007. Sistem Pengelolaan raktor sampah terpadu. Humaniora. Bandung. Mochtar, 1997. Petunjuk pelaksanaan pengawasan pengendalian dampak sampah (Aspek kesehatan lingkungan). Jakarta. Murbandono, 2000. Membuat kompos. Penebar Swadaya. Jakarta Mukono, 2002. Efidemiologi lingkungan, Airlangga University Press. Surabaya.

Minggu, 09 Oktober 2011

DKI Percepat Pengolahan Sampah di Dalam Kota Ari Saputra - detikNews

Jakarta 07/10/2011: - Guna mengurangi beban kerja TPST Bantar Gebang, Bekasi, akibat volume sampah yang semakin meningkat tiap hari, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mempercepat pengolahan sampah di dalam kota Jakarta. Tempat yang akan digenjot targetnya adalah ITF Cakung Cilincing, ITF Marunda, dan ITF Sunter sebelum sisanya dibuang ke Bantar Gebang. "Sehingga, diharapkan iring-iringan mobil sampah yang dapat berpotensi membuat macet dapat berkurang. Kita mulai memfokuskan pengolahan sampah di dalam kota untuk mempercepat pengolahan sampah dan mengurangi volume sampah ke TPST Bantar Gebang," kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna saat dihubungi wartawan, Jumat (7/10/2011). Menurut catatan Dinas Kebersihan, sampah yang ada di DKI setiap tahunnya mengalami peningkatan 5 persen. Dari banyaknya sampah tersebut, jumlah sampah terangkut baru sekitar 85-90 persen sehingga masih ada 15 persen yang belum teratasi. "Untuk menutupi kekurangannya, kita sangat berharap peran serta swasta dan masyarakat seperti yang telah terjalin dalam pola kerja sama Build, Operate, and Transfer (BOT)," imbuh Eko Bharuna. Sejauh ini, Eko Bharuna menjelaskan, ITF Cakung Cilincing telah diperluas dari 4,5 hektar menjadi 7,5 hektar. pada tahun depan, ITF ini ditargetkan dapat mengolah sampah hingga 1.300 ton per hari. "Sampah itu diolah menjadi kompos, bahan bakar pembangkit listrik berkapasitas 4,95 MW atau menghasilkan bahan bakar gas (BBG) sebesar 445.699 MMBTU," tegas Eko. Sedangkan, ITF Sunter yang berdiri di atas lahan 3,5 hektar direncanakan mampu mengolah sampah sebanyak 1.200 ton per hari dengan teknologi waste to energy. Saat ini, ITF Sunter beroperasi sebagai fasilitas pemadatan sampah Stasiun Peralihan Antara Sunter (SPA Sunter). "SPA Sunter berfungsi untuk mengefisienkan rotasi kendaraan angkut sampah sehingga proses pengiriman sampah ke TPST Bantar Gebang. Sehingga tidak menambah potensi kemacetan di jalanan Ibu Kota," tukasnya. Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyatakan sedang menjalankan Program Regionalisasi Persampahan yang melibatkan daerah penyangga yakni Tangerang, Bogor dan Bekasi. Sehingga, masalah sampah dapat terselesaikan secara regional dan tidak saling lepas tanggungjawab. "Pengolahan sampah secara terintegrasi tersebut akan bisa menyelesaikan masalah persampahan di Jakarta hingga ke Cianjur," kata Foke.

Selasa, 20 September 2011

LINGKUNGAN HIDUP

Dewasa ini, bersamaan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin global, kondisi lingkungan hidup juga semakin berubah. Lingkungan hidup sebagai tempat melaksanakan segala aktifitas kehidupan, kini menunjukan perkembangan menuju ke arah yang memprihatinkan. Semakin maraknya kebutuhan manusia yang harus mutlak dipenuhi tanpa memandang dampak terhadap kondisi lingkungan hidup hayati itulah salah satu penyebab semakin kritisnya kondisi lingkungan hidup tersebut. Khususnya di Negara Indonesia ini, padahal Negara Indonesia adalah negara yang agraris. Sebuah kebanggaan bagi yang merasa sebagai warga negara Indonesia karena mempunyai kekayaan baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia begitu melimpah dari tanah Indonesia ini. Dan juga semakin dibanggakan karena kekayaan Indonesia bukan hanya dapat digunakan sebagai mata pencaharian atau sumber kehidupan dan penghasilan, namun juga menjadi tempat tinggal yang nyaman dan aman secara ekologis. Akan tetapi itu semua merupakan kondisi terdahulu, eksploitasi yang berlebihan, pembabatan hutan liar, budaya membuang sampah sembarangan, dan hal-hal lainnya yang berjalan tanpa memperhatikan keberlanjutan sebuah sistem yang utuh dan menyeluruh dan akhirnya merusak bahkan bisa dibilang menghancurkan alam. Secara menyeluruh, hal ini dapat menimbulkan penderitaan, penyakit, bencana, hingga akhirnya kemiskinan masyarakat. Banyak sekali hal ataupun kejadian yang dapat dilihat dan akhirnya jelas dirasakan akan adanya sebuah kerugian. Hutan Kalimantan yang rusak sehingga mengganggu siklus maupun habitat dari beberapa spesies dan keanekaragama hayati, eksploitasi tambang yang berlebihan yang hanya menghasilkan rusaknya struktur tanah juga polusi, eksploitasi “air”.Belum lagi sampah yang membludak di tiap sungai, pemakaian AC, dan asap kendaraan. Akibat yang kemudian muncul, bukan hanya menjadi keprihatinan bersama yang cukup untuk direnungkan saja, namun juga menyangkut mentalitas masing-masing individu atau pribadi yang menunjukkan rendahnya kesadaran akan “Peduli Lingkungan Hidup”. Untuk itu perlu digerakkan upaya pemberdayaan lingkungan hidup dan pemantapan atau perubahan mentalitas tiap individu secara mendasar. Karena perlu disadari bahwa “Semua makhluk dan ciptaanNya merupakan sebuah proses hidup yang saling berkesinambungan. A. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP Lingkungan hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Kebutuhan masyarakat ⇨ meningkat Berdampak pada terwujudnya perilaku masyarakat yang eksploitatif terhadap Sumber Daya Alam (SDA) yang ada sehingga berakibat pada menurunnya tingkat maupun kualitas SDA di Indonesia secara cepat. B. PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global, penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan apabila : 1. Jumlahnya melebihi jumlah normal. 2. Berada pada waktu yang tidak tepat. 3. Berada di tempat yang tidak tepat. Sifat polutan adalah : Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi. Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak. C. SUMBER PENCEMARAN a. Pencemaran Air Pencemaran air adalah masuknya atau di masukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkanya. Pencemaran air dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu: Sumber Sumber Langsung Tidak Langsung Pencemaaran Air # Sumber – sumber langsung adalah buangan (effluent) yang berasal dari sumber pencemarnya yaitu limbah hasil pabrik atau suatu kegiatan dan limbah domestik berupa buangan tinja dan buangan air bekas cucian,serta sampah. Pencemaran terjadi karena buangan ini langsung di buang ke dalam badan air, (system) seperti sungai , kanal, parit atau selokan. # Sumber Tidak Langsung adalah kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat adanya pencemaran pada air permukaan baik dari limbah industri maupun dari limbah domestik... Sumber & Karakteristik Limbah Cair # Sumber Limbah Cair ∙ Limbah cair domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat perdagangan maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat” umum, lalu lintas, dll. BOD5 (biological oxygen dmand) ∙ Limbah Cair Industri adalah limbah yang berasal dari industri. Sifat-sifat air limbah industri relative bervariasi tergantung dari bahan baku yang di gunakan, pemakaian air dalam proses, dan bahan aditif yang digunakan selama proses produksi. ∙ Limbah Cair Pertanian berasal dari buangan air irigasi yg disalurkan kembali ke saluran drainase atau meresap ke dalam tanah. Limbah ini akan mempengruhi tingkat kekeruhan BOD5, COD ,pH . tetapi juga kadar unsure N, P, dan pestisida, insektisida ∙ Limbah Pertambangan berasal dari buangan pemrosesan yang terjadi diarea pertambangan misalnya tambang emas. Limbah ini akan mempengaruhi tingkat kekeruhan BOD5,COD,pH, tetapi juga kadar kimia yg digunakan dalam proses penambangan # Karakteristik Limbah Cair Karakteristik limbah cair dinyatakan dalam bentuk kualitas limbah cair dan jumlah aliran limbah cair yang dihasilkan. ∙ Kualitas limbah cair diukur terhadap kadar fisik, kimiawi dan biologis. ∙ Parameter yang diukur antara lain sebagai berikut: ▷ Parameter fisik berupa padatan (partikel padat) yang ada dalam air (padatan total,padatan tersuspensi dan padatan terlarut) ;warna;bau dan temperature ▷ Parameter kimia selain berupa kadar BOD5,COD, dan TOC yang menggambarkan kadar bahan organik dalam limbah, juga senyawa yg terkait dengan anomia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor anorganik,sulfat,klorida,belerang,logam berat (Fe,Al,Mn dan Pb), dan gas (H2O,CO2,O2, dan CH4) ▷ Parameter biologis merupakan hal penting karena ada beribu-ribu bakteri per millimeter dalam air limbah yang belum diolah. Jenis bakteri yang diukur adalah bakteri golongan Coli. b. Pencemaran Udara Pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari 6 (enam) sumber utama, yaitu: 1. pengangkutan dan transportasi 2. kegiatan rumah tangga 3. pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar fosil 4. pembakaran sampah 5. pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan 6. pembakaran bahan bakar dan emisi proses Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok 1. CO2 Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca. 2. Karbon monoksida (CO) yaitu Gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mudah larut dalam air beracun dan berbahaya..Dapat bertahan lama di muka bumi karena kemampuan atmosfer untuk menyerapnya adalah antara 1 dan 5 tahun. Di kota-kota besar, sumber utama penghasil CO adalah kendaraan bermotor seperti mobil, truck, bus, dan sepeda motor karena pembakaran BBM yang tidak sempurna . CO dapat terbentuk secara alamiah maupun sebagai hasil sampingan kegiatan manusia. Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya, menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di mesin tidak sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kematian 3. Timbal (Pb) 4. NO 5. Ozon 6. dll c. Pencemaran Tanah Pencemaran tanah saling terkait dengan pencemaran udara. Sampah-sampah yang tak bisa terurai ditimbun langsung ditanah menyebabkan rusaknya tanah bagi terutama bagi kegiatan pertanian. Belum lagi pencemaran udara yang mengkontaminasi udara dan dibawa air hujan ke tanah. Sehingga tanah menyerap bahan-bahan pencemar tersebut. Jika tumbuh-tumbuhan menyerap bahan pencemar tersebut maka akan terjadi akumulasi pada tubuh tanaman dan seterusnya dikonsumsi manusia. Kebanyakan sampah buangan rumah tangga juga sering ditimbun pada tanah, seperti yang terjadi di seluruh kota di Indonesia di TPA (tempat pembuangan akhir) sampah. Padahal tanah tidak bisa merubah segala bahan pencemar tersebut secara alami karena kemampuan tanah terbatas. Tanah yang manusia butuhkan untuk tanaman bagi kebutuhan makanan adalah sangatlah vital. Kegiatan pertanian dewasa ini juga umumnya menggunakan bahan-bahan kimia untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Di sisi lain suatu saat pertanian secara intensif akan berakhir karena tanah tidak berdaya lagi mendukung tanaman tumbuh. Seperti pestisida dapat memproteksi tanaman dari hama dan penyakit. Di pabrik-pabrik, kantor, hotel, restoran, juga di rumah, manusia memproduksi berton-ton sampah. Selama bertahun-tahun hak ini menjadi masalah yang masih belum terpecahkan. Sampah dapat dibakar, tetapi dapat mengakibatkan pencemaran udara. Juga dapat dibuang di sungai atau di laut, namun dapat mengakibatkan pencemaran air dan laut. Namun, sampah harus diletakkan di suatu tempat. Kebanyakan sampah tanpa dipilah langsung ditimbun dalam tanah (landfill). Tanah digali kemudian sampah diletakkan, ketika suatu tempat telah penuh ditimbun kembali dan lokasi ini tentunya tidak bisa dijadikan lahan pertanian. Di dalam tanah terjadi proses dimana terjadi pembusukan kotoran yang memproduksi gas beracun methane yang bisa terlepas ke permukaan tanah. Bahan-bahan kimia lainnya dalam sampah tersebut larut dalam lapisan air tanah dan lewat jalur air (drainase) bawah tanah akan tersebar ke tempat lain. Aliran air dalam tanah yang telah terkontaminasi ini akan terbawa dan mencemari sumber-sumber mata air, sungai dan laut sehingga air tidak bisa diminum. Hal inilah yang secara tidak langsung menjadi sumber bagi pencemaran di sungai dan laut. Pada tanah tumbuhan yang hidup tak bisa dimakan, demikian pula halnya pada organisme di sungai dan di laut, begitu seterusnya. Biasanya bersumber dari : ◈ Aktivitas Rumah Tangga/Pribadi 1. Sampah Dapur 2. Tas Belanjaan 3. Limbah cucian 4. Sampah kosmetik 5. Pembalut ◈ Aktivitas di tempat kerja/sekolah 1. Kertas 2. Karbon 3. Pita Mesin Ketik 4. Wadah bekas tinta/printer/tip ex 5. Plastik d. Pencemaran Suara : Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan emosional, ada kasus-kasus di mana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara atau karena lamanya telinga terpasang terhadap kebisingan tersebut. Sangat penting mengetahui tingkatan intensitas suara yang dapat menimbulkan pencemaran suara. Unit yang digunakan untuk menguku intensitas suara dalam lingkungan disebut decibel (dBA). Skala decibel dimulai dari 0 yaitu kurang lebih suara terhalus yang dapat didengar manusia. Skala ini meningkat secara logaritmik setiap 10 desibel. Contohnya suara mesin blender 90 desibel, mesin pabrik 100 desibel, konser rock dan subway 120 desibel, suara pesawat jet 150 desibel dan suara peluncuran roket 190 desibel. Standar yang dikeluarkan OHSA (Occupational Safety and Health Administration) mengindikasikan bahwa mendengarkan terus suara lebih dari 85 dBA dapat merusak sistem pendengaran. Jika frekwensi suara 95 dBA didengarkan terus selama lebih dari 4 jam maka akan mengakibatkan pendengaran hilang. Pada frekwensi 115 dbA yang didengarkan hanya 15 menit setiap hari dapat pula menghilangkan pendengaran. Demikian pula orang yang mendengarkan musik setiap hari, walaupun hanya beberapa jam lambat laun sisem pendengaran akan berkurang. Pada komunitas kita, setiap saat kita dibombardir oleh suara. Suara mobil, kemacetan lalu lintas, mesin, alarm, suara kendaran dan pesawat dan lain-lain. Bahkan pada suasana rekreasi seperti mendengarkan konser musik dan mendengarkan stereo dari radio dan tape. Tidak hanya itu transportasi umum juga selain menghasilkan pencemaran udara juga menghasilkan pencemaran suara dari suara mesin sampai suara tape stereo di dalam mobil yang sering terdengar keras. Dan ironisnya sopir tidak menghiraukan pencemaran yang ditimbulkannya bagi penumpang dan orang sekitarnya Berbagai penelitian menunjukan bahwa kebisingan menjadi penyebab utama kehilangan pendengaran 28 juta orang di Amerika Serikat. Karena kehilangan pendengaran berdampak pada komunikasi maka hal ini menimbulkan efek bergelombang. Dengan dampak negative pada keberadaan emosional dan sosial seseorang. Kebisingan akan menghilangkan pendengaran secara permanent. Bahkan pada hewan, kebisingan dapat mempengaruhi tingkah lakunya dan pada akhirnya berdampak pada ekosistem. Penelitian lanjut yang berhubungan juga mengindikasikan bahwa kebisingan mempengaruhi perkembangan kognitif, tingkah laku sosial dan juga pembelajaran. Dan ini mempengaruhi perubahan fisiologi waktu tidur, darah tinggi dan pencernaan. Seperti kita ketahui, stress terjadi juga akibat dari kebisingan. Bahkan kebisingan kurang dari 85 dBA selama 8 jam perhari yang menjadi standar kebisingan dapat membuat kita marah dan naik darah. Sebagai suatu isu lingkungan bagi kesehatan manusia, kebisingan di berbagai tempat tidak diberi prioritas status oleh pemerintah namun teramat penting. Kebisingan sebenarnya dapat dicegah dan dikurangi, dengan mengenal sumber-sumber kebisingan di dalam lingkungan dan memproteksi diri kita dari dampak sumber ini. Sumber-sumber kebisingan sebenarnya dapat dikontrol manusia relatif mudah dan hal ini tergantung pada penguasaan dan perkembangan teknologi yang telah ada. Ternyata tidak ada cara yang benar-benar dipakai untuk tidak merusak lingkungan. Pencemaran telah merambah dalam semua aspek kehidupan manusia lewat udara, tanah, air bahkan suara. Segala aktifitas manusia berdampak pada kerusakan lingkungan dan manusia akhirnya menuai akibat tersebut. F. PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP Pengendalian pencemaran adalah upaya dalam mencapai produksi bersih. Dalam konsep ini limbah didefinisikan sebagai sumber daya yang tidak pada tempatnya. Upaya/kegiatan pencegahan dan atau pemulihan terhadap pencemaran dan atau penanggulangan dan atau pemulihan terhadap pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup, meliputi perencanaan, penataan, pemanfaatan, pengembanagn, pemeliharaan, pemulihan, monitoring, evaluasi, dan pengawasan serta penataan. # Skema Penanganan Limbah Di Kawasan Industri Sistem Terpusat. 1. Daerah Pemukiman 2. Daerah Instalasi Industri Bak Jaringan Rlool Pengelolaan Badan Air 3. Daerah Kontrol Kota Limbah Cair Penerima Perdagangan 4. Daerah Perkantoran Pencemaaran Air # Pengendalian Lingkungan Hidup dapat dilakukan dengan kita lebih peduli terhadap Lingkungan Hidup sekitar kita masing-masing. Dengan cara sebagai berikut: 1. Mulailah dari diri sendiri - Peduli hidup dan masa depan lingkungan - Selalu menambahkan dan mencari tahu pengetahuan tantang perubahan iklim dan cara pencegahannya. - Sebarkan dan tularkan kepada orang dimana dan kapan saja 2. Hemat energi listrik - Segera padamkan lampu bila sudah tidak dipakai - Gunakan lampu yang hemat energi - Gunakan pangkal listrik yang memiliki tombol On dan Off - Matikan alat elektronik kita walau dalam kondisi “ Stand By” - Buat penerangan alami di rumah 3. Habis manis, sepah di daur ulang - Pilih sampah organic dan non organic - Jangan bakar sampah - Galakan “garage sale” jika bosan dengan barang-barang lama 4. Hemat BBM dan bijak gunakan moda transportasi - Jangan ngebut di jalan raya - Gunakan Transport ramah lingkungan, emeisi rendah dan hemat BBM - Berangkat dengan keluarga/teman dalam jalur searah 5. Hemat air - Mandi sesuai kebutuhan - Saat gosok gigi atau sedang menggosok badan dengan sabun, matikan air terlebih dahulu. - Siram tanaman pada waktu malam hari sehingga air tidak menguap banyak. - Buat sumur resapan di rumah untuk menampung air hujan, yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. 6. Hindari plastik. - Plastik terbuat dari Polyethylene yang sulit terurai. - Saat berbalanja, bawa dan gunakanlah tas atau keranjang belanja sendiri yang terbuat dari bahan ramah lingkungan, misalnya eceng gondok atau serat tebu. - Jika ada mintalah bungkus atau kantong yang terbuat dari bahan kertas kepada toko tempat berbelanja - Minimalkan penggunaan barang-barang dari plastik. 7. Daur ulang # Bahan-bahan yang bisa didaur ulang : - kardus - koran,majalah, buku telepon, kertas-kertas bekas pekerjaan kantor dan sekolah, brosur-brosur iklan. - Karton bekas susu dan jus - Botol kaca dan toples - Wadah plastik dengan kode PETE (1), HDPE (2) dan V (3). Kode lain dianggap kurang berkualitas dan harus ditaruh di tempat sampah biasa. - Kaleng aerosol, aluminium foil yang bersih. # Tips Untuk Sampah Daur Ulang - bersihkan toples dan kaleng dari sisa makanan yang menempel - penyokkan botol plastik dan kaleng untuk menghemat tempat - gunting boks kardus yang besar sehingga dapat keluar dari tempat sampah dengan mudah - pisahkan tutup botol plastik dan tutup botol kaca, keduanya harus masuk ke tempat sampah biasa # Bahan yang tidak bisa didaur ulang: - kantong plastic, jangan membungkus sampah daur ulang dengan kantong plastik - pecahan kaca jendela, gelas, atau peralatan makan lainnya - kardus mengandung lapisan lilin - kardus atau karton bekas pizza atau makanan lainnya yang menempel - polystyrene (wadah foam putih). - wadah bekas minyak untuk mesin atau bahan kimia - sampah hijau (dari pohon) - wadah plastik yang tidak bisa didaur ulang seperti wadah es krim, margarin dan pot tanaman. 8. Kembali ke alam 9. Ayo tanam pohon dan berkebun Hutan merupakan potensi yang sangat besar untuk mendukung pembangunan; dan di lain pihak, hutan mempunyai fungsi yang sangat vital bagi kehidupan kita. Dengan memanfaatkan hasil hutan, tidak sedikit lapangan kerja yang dapat kita buka dan tidak sedikit pula devisa yang dapat kita hasilkan. Perlindungan hutan dan pelestariannya diarahkan untuk memberikan perlindungan terhadap proses ekologi yang dapat menunjang dan memelihara sistem penyangga kehidupan umat manusia.Hal itu merupakan tanggung jawab bersama dalam menjaga keberadaan dn menjamin pemanfaatan dan kelestarian plasma nutfah keanekaragaman sumber daya alam beserta ekosistemnya, dari kemungkinan terjadinya penurunan kuantitas maupun kualitasnya dan dalam pengendalian semua bentuk gangguan,ancaman, hambatan , dan tantangan terhadap kelestarian sumber daya hutan. Akibat rusaknya hutan: - akan mengakibatkan bertambah luasnya tanah gundul, tandus dan tidak produktip. - tidak akan mampu lagi menjalankan berbagai fungsi yang sangat vital bagi kehidupan kita tadi - mengakibatkan cepatnya kedangkalan sungai sehingga menimbulkan ancaman banjir di musim hujan dan ancaman kekeringan di musim kemarau. Upaya pemeliharaan, pengamanan, perlindungan, dan pengawetansumber daya alam, baik yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan, dilakukan antara lain melalui pembinaan hutan lindung dan suaka alam, pembangunan hutan wisata, taman hutan raya dan taman nasional, rehabilitasi flora dan fauna, pemantauan dmpak lingkungan, pembinaan cinta alam, serta kegiatan pengamanan dan perlindungan hutan. Upaya pelestarian hutan: 1. Upaya Pengamanan hutan 2. Reboisasi Hutan Contohnya; Penanaman hutan kembali dengan tanaman Mindi di Perhutani KPH Purwodadi tahun 2007 menjadi seluas 1.930,7 ha. Merupakan salah satu sumber daya alam yang harus dikelola secara lestari untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Dampak yang luar biasa terhadap kerusakan hutan akibat penjarahan menyisakan derita 3. Produksi Tanaman pangan dalam Kawasan Hutan Manfaat langsung lainnya yang dihasilkan dari kawasan hutan adalah produksi tanaman pangan yang terdiri dari jagung, padi, ketela pohon, kacang-kacangan dll, yang ditanam dengan pola tumpangsari. Produksi tanaman pangan ini dipengaruhi oleh keluasan hutan yang direboisasi setiap tahunnya. Kontribusi Perhutani kepada Kab. Grobogan yang notabene adalah lumbung pangannya Propinsi Jawa Tengah berupa Hasil panen Padi, Jagung, Kacang, Ketela pohon, Kedelai dll nilainya cukup tinggi. Tahun 2003 kontribusi yang diberikan sebesar Rp. 133,5 milyar, Th. 2004 sebesar Rp. 109,09 milayar dan Tahun 2005 sebesar Rp. 99,5 milyar. Tahun 2006 kontribusinya mencapai senilai Rp. 213,3 milyar. 5. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK) Guna mendukung implementasi Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)dalam pemberdayaan masyarakat desa hutan, Perhutani KPH Purwodadi secara simultan telah melaksanakan program kerja yaitu pemberian bantuan modal Pemberdayaan Usaha Kecil dan Koperasi secara langsung dengan maksud memacu perputaran roda perekonomian di desa hutan agar pendapatan mereka meningkat dan terjadi perguliran modal. 10. Makan makanan yang sehat - Konsumsi makanan sehat dengan memperbanyak asupan makanan yang berasal dari nabati. Sehingga manusia mendapatkan tujuh kali lipat nutrisi daripada bahan nabati diberikan sebagai pakan ternak yang dikonsumsi dagingnya. - Kurangi konsumsi makanan kemasan, selain mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh, tetapi juga bungkus atau kemasan yang digunakan dapat menjadi sumber sampah yang tidak ramah lingkungan. - Mengembangkan bioteknologi yang sangat diharapkan membantu menemukan bibit unggul tahan hama dan kekeringan yang pada lahan yang sama dapat menghasilkan pangan lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif penghematan air dan lahan. Namun berbagai manipulasi transgenik membuat ketakutan tersendiri akan munculnya spesies baru yang justru dalam jangka panjang tidak ramah lingkungan. 11. Berlibur dengan berpiknik. 12. Gunakan produk lokal ramah lingkungan. 13. Jadilah pejuang lingkungan. # Tujuannya : - untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam, - mencegah terjadinya prncemaran lingkungan - mengurangi terbentuknya limbah mulai dari sumbernya sehingga dapat memperkecil resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan. # Manfaat Produksi Bersih - Penggunaan sumberdaya alam lebih efisien. - Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar. - Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lainnya. - Terhindar dari biaya pemulihan lingkungan. - Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional. - Mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. - Mendorong dikembangkannya teknologi pengurangan limbah pada sumbernya dan produk akrab lingkungan. Label: Kuliah Lingkungan, Pencemaran Lingkungan By Akhriwal Yulandra

Rabu, 07 September 2011

INSTALASI BIOGAS

Spesifikasi : -BAK INLET : FRP 500 liter lengkap dengan penyaring dan pipa outlet PVC 3 -DIGESTER : FRP 3600 liter lengkap dengan instalasi pipa dan selang -RESERVOIR GAS : PE 2000 liter lengkap dengan regulator/pengaman -KOMPOR BIOGAS : single burner -BAK PELIMPAH : FRP 500 liter lengkap dengan perpipaan -GENSET BIOGAS : Daya 700 Watt penggunaan 5 jam/hari (Engine Type : Single Cylinder, 4-stroke, OHV, Forced air cooled) lengkap dengan pipa saluran gas Keuntungan : -Untuk memasak -Untuk pembangkit listrik -Untuk penghasil pupuk cair Juga melayani : -Instalasi Biogas dari Plastik PE -Instalasi Biogas paket besar Kontak : CV. TAQINDO KARYA Total Solution for Environmental Engineering Jl. Sarono Jiwo I No. 33 Surabaya 031-71162909 www.taqindo.com Joko Nugroho Email : jokongh@gmail.com 081357404469

DIGESTER (REAKTOR) BIOGAS

Energi Listrik dari Biogas Dalam Era yang penuh krisis energi terutama yang terkait masalah krisis energi Listrik dimana akibat dampak krisis tsb sangat dirasakan memberatkan bagi sebagian golongan masyarakat terutama yang berada di daerah daerah yang sangat minim akan pasokan listrik tersebut ,akibatnya sangat berdampak sekali terhadap pertumbuhan dan kehidupan ekonomi masyarakat di daerah daerah tsb. Untuk mengatasi hal tersebut kini telah lakukan berbagai cara untuk dapat mengatasi krisis energi listrik tersebut salah satunya caranya adalah dengan mencari Energi Alternatif yg ramah Lingkungan. Dari hasil kajian & penelitian diciptakan sebuah REAKTOR yang dapat mengubah kotoran ternak tsb menjadi sebuah energi yg bermanfaat. Selain gas metan yg dihasilkan untuk keperluan KOMPOR dan Limbahnya menjadi PUPUK yg siap pakai juga dapat dipergunakan menjadi sebuah energi listrik yang lebih dikenal dengan nama BIOELEKTRIK Pemanfaatan Bioelektrik dalam skala kecil telah diujicobakan di beberapa daerah, seperti Papua, Jambi, Kalimantan,Sumatera,Sulawesi dan Bali terutama di daerah yang masih belum terjangkau jaringan listrik dan memiliki potensi biogas (kawasan peternakan) Tujuannya, agar warga yang masih belum terjangkau listrik memiliki alternatif, sekaligus mendapatkan energi ramah lingkungan. Genset dimodifikasi agar dapat menggunakan bahan bakar biogas dengan dan dapat menghasilkan listrik dari 1000 Watt hingga 5000 Watt ( Untuk yg skala kecil ).yg dapat dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Biogas yang digunakan berasal dari kotoran sapi peternakan warga. Setiap ekor sapi bisa menghasilkan sekitar 2 m3 biogas per hari. Kotoran sapi dari kandang langsung dialirkan ke penampung kotoran dan dicampurkan dengan air dengan komposisi 1:2. Selanjutnya, bahan baku biogas itu dimasukkan ke dalam digester atau reaktor fiber. Selain menghasilkan gas, hasil sampingannya adalah pupuk KOMPOS yang dapat diperjual belikan ataupun dimanfaatkan bagi pertanian dan perkebunan. Biogas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa plastik ke plastik penampung gas, dimurnikan, dan hanya CH4 atau gas metan yang masuk ke dalam tabung gas. Kemudian, tabung gas tersebut dihubungkan dengan genset untuk menghasilkan listrik atau bisa juga dipergunakan langsung untuk keperluan kompor gas. Jika ANDA tertarik, untuk pengadaan REAKTOR BIOGAS tsb,bisa langsung menghubungi kami (022 ) 7214415 - HP 08122228883 atau EMAIL : ridha@ristinet.com - ridharasid@yahoo.co.id . PIC : Bp.RIDHA

MENGOLAH SAMPAH DAPUR & SAMPAH HALAMAN MENJADI KOMPOS

Sabtu, 03 September 2011 11:38 Sampah di perumahan, dapat dikelompokkan menjadi sampah rumah tangga dan sampah yang terserak di jalan-jalan. Daun-daun yang luruh dari pohon pelindung, jika setiap hari tidak disapu tentu mengotori jalan. Langkah pertama sebelum mengolah sampah adalah memilah sampah organik (sisa makanan, sayuran, kulit buah-buahan, daun dll.) dan anorganik (seperti kertas, plastik, kaca, logam dll.). Mengubah sampah organik menjadi kompos, adalah salah satu cara mengatasi masalah sampah di perumahan. BAGAIMANA KOMPOS TERJADI Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh ratusan jenis mikroba (bakteri, jamur, ragi) dan berbagai jenis binatang kecil yang hidup di tanah. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu yaitu suhu, kelembaban dan oksigen. Makin sesuai kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam waktu sekitar 6 minggu sudah matang. Apabila sampah ditimbun saja, akan terjadi pembusukan. PROSES PENGOMPOSAN Di tempat pengomposan, mula-mula sejumlah besar bakteri akan mengunyah serpihan sampah. Kemudian jamur dan protozoa (jazad renik bersel satu) akan menyerbu, terlihat adanya lapisan putih di permukaan kompos. Ini adalah jamur dan ragi. Selanjutnya kompos dapat dijadikan tempat berkembangnya serangga dan cacing karena banyak sumber makanannya. Mikroba Bahan organik + Oksigen ------------> Kompos + Gas CO2 + Air (H2O) + Panas Pada pembuatan kompos satu adonan sekaligus, minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja sehingga suhu dapat mencapai 60-70ºC. (Pada suhu sekitar 65ºC selama 3-4 hari, bakteri patogen seperti tifus akan mati. Begitu pula biji gulma yang terbawa dalam potongan rumput). Minggu ke-3 dan ke-4 suhu mulai menurun menjadi sekitar 40-50ºC. Minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal seperti suhu tanah yaitu 30-32ºC, kompos sudah matang. Bahan baku kompos Bahan yang kaya karbon (C) menjadi sumber energi makanan untuk mikroba. Tanda bahan ini adalah kering, kasar atau berserat, berwarna coklat (sampah coklat). Sedangkan nitrogen (N) diperlukan untuk tumbuh dan berkembang biak, umumnya berwarna hijau, mengandung air (sampah hijau). Sampah coklat (Karbon tinggi) Daun kering Rumput kering Serbuk gergaji serutan kayu Sekam padi Kertas Kulit jagung Jerami Tangkai sayuran Sampah hijau (Nitrogen tinggi) Sayuran Buah-buahan Potongan rumput segar Daun segar Sampah dapur Bubuk teh dan kopi Kulit telur Pupuk kandang (mis. ayam, itik, sapi, kambing) Perbandingan C dan N Perbandingan sampah coklat dan sampah hijau dapat bervariasi tergantung bahan yang tersedia. Perbandingan yang tepat, mempengaruhi kecepatan pengomposan. Dapat digunakan perbandingan sampah coklat 1 bagian, sampah hijau 2 bagian atau lebih. Jika terlalu banyak bahan hijau, akan keluar banyak air, becek dan berbau. terlalu banyak bahan coklat, pengomposan memakan waktu lama atau terhenti. Bahan yang sebaiknya tidak dibuat kompos Sampah dapur berupa daging, ikan, kulit udang, tulang, susu, keju, lemak atau minyak, karena akan bau dan mengundang serangga seperti lalat dan pada proses pengomposan timbul belatung. Sampah ini juga mengundang anjing dan kucing untuk mengaisnya. Kotoran anjing dan kucing, kemungkinan membawa penyakit. Tanaman yang berhama atau gulma, karena hama atau bijinya masih terkandung dalam kompos. Kelembaban Air sangat diperlukan bagi kehidupan mikroba yang bekerja dalam proses pengomposan. Terlalu banyak air akan mematikan mikroba aerob, sehingga yang bekerja adalah mikroba anaerob, terjadi proses pembusukan. Maka tempat pengomposan sebaiknya tidak langsung terkena air hujan. Terlalu kering akan menimbulkan dehidrasi bagi mikroba, pengomposan berjalan sangat lambat. Kelembapan yang optimal adalah sekitar 60%, yaitu bahan kompos terasa basah seperti busa spon yang habis diperas tetapi airnya tidak sampai menetes. Jika tumpukan kompos terlihat kering karena aimya menguap, periu diperciki air lagi. Oksigen Mikroba pembuat kompos perlu udara segar (oksigen) untuk tumbuh dan berkembang biak (mikroba aerob). Jika udara habis, mikroba anaerob akan mengambil alih. Mereka menguraikan secara lebih lambat, menghasilkan gas metan yang beracun dan gas H2S yang berbau seperti telur busuk. Keluar air lindi yang berwarna hitam dan berbau busuk. Pada lapisan sampah yang baru, masih terkandung cukup oksigen. Tetapi kalau mikroba sudah mulai tumbuh, dan kompos sudah mulai terbentuk, mikroba ini memerlukan banyak oksigen sehingga perlu sering diaduk atau dibalik untuk memasukkan udara segar. CARA PENGOMPOSAN SAMPAH DAPUR Wadah Pengomposan Drum plastik, bagian dasarnya dilubangi 5 buah. Diletakkan di atas bata agar aliran udara bisa masuk. Diberi tutup dari bantalan sabut/sekam (dari jaring plastik) untuk menjaga kelembaban dan suhu pengomposan. Gentong/tempayan dari tanah liat ukuran 50-100L. Bagian dasarnya dilubangi 5 buah. Diberi tutup bantalan sabut/sekam. Keranjang Takakura: Keranjang tempat cucian (laundry basket), bagian dasarnya dilubangi 6 buah, diberi alas bantalan sabut/sekam. Di dalamnya diberi lapisan kardus. Keuntungan tempat atau wadah pengomposan yang berukuran 200 L atau lebih adalah dapat menyimpan panas sehingga suhu pengomposan dapat mencapai optimal. Jika wadah pengomposan kurang dari 50L, suhu hanya mencapai sekitar 40ºC sehingga hasil kompos masih mengandung biji gulma atau biji buah-buahan yang dapat tumbuh jika kompos digunakan. Wadah pengomposan tidak diletakkan di tempat terbuka, kena air hujan atau sinar matahari langsung. Pelaksanaan pengomposan a. Pemilahan sampah • Sampah organik yang berupa sisa makanan, kulit buah, sisa sayuran dicacah 2x2 cm. • Sisa sayur yang mengandung santan dibilas dulu, ditiriskan. Tulang, daging, lemak, minyak, disisihkan karena mengganggu proses pengomposan. b. Pencampuran • Wadah pengomposan diisi dulu dengan kompos lama 1/3 wadah. • Masukkan sampah dapur setiap hari, diaduk sampai tertutup kompos. • Jika terlalu basah ditambah sampah coklat misalnya serbuk kayu gergajian atau sekam. • Proses pengomposan berjalan jika timbul panas. • Setelah wadah penuh, 1/3 bagian bawah bisa digunakan sebagai kompos. 2/3 Bagian atas dilanjutkan prosesnya. CARA PENGOMPOSAN SAMPAH HALAMAN Wadah pengomposan • Dapat dibuat di atas tanah, memakai batu bata atau paving block, papan atau bambu. Dipasang berseling-seling agar aliran udara bisa masuk. Ukurannya kira-kira 80x80cm, tinggi 1 meter atau lebih tergantung jumlah bahan. • Adonan kompos ditimbun di dalamnya, dan ditutup dengan kain terpal, karung goni atau sabut kelapa yang dimasukkan dalam kantung dari jaring plastik. Proses Pengomposan : a. Pemilahan Sampah • Sampah organik (daun, rumput) dipilah dari sampah anorganik (misalnya sampah plastik). • Jika daun-daun terlalu lebar, dicacah sehingga menjadi potongan kecil (sekitar 3x3 cm) untuk memudahkan mikroba memakannya. Makin kecil ukuran sampah, makin cepat menjadi kompos. b. Pencampuran Campur 1 bagian sampah coklat dengan 2 bagian atau lebih sampah hijau. Tambahkan 1 bagian kompos matang, campur. Jika sampah hijau kurang, dapat ditambah kotoran ternak (ayam, sapi atau kambing). Disiram air sampai lembap. Masukkan ke dalam wadah pengomposan. Proses pengomposan berjalan, jika hari kedua adonan kompos menjadi panas. c. Pembalikan • Untuk mengendalikan ketersediaan udara segar (oksigen) dan suhu dilakukan pembalikan setiap 7 hari sekali. • Jika adonan kompos kering perlu diperciki air. d. Pematangan • Setelah proses pengomposan berjalan 4 minggu, suhu menurun mendekati suhu tanah. Pembalikan tetap dilakukan selama 2 minggu. • Tanda-tanda kompos yang sudah matang a.l.: - Tidak terlihat bahan aslinya (daun), tetapi menjadi butiran seperti tanah. - Tidak berbau sampah atau busuk, tetapi berbau tanah. - Wama kehitaman atau coklat kehitaman. - Suhu sama dengan suhu tanah. e. Pengayakan • Kompos yang sudah matang diayak untuk memisahkan dari bahan-bahan yang kasar misalnya ranting, potongan daun, biji-bijian atau kulit buah yang belum menjadi kompos karena terlalu besar atau keras. • Kompos kasar yang tertinggal di ayakan dapat digunakan sebagai aktivator karena mengandung mikroba pengurai sampah, dapat dicampurkan ke dalam tempat pengomposan yang baru. f. Pengemasan • Kompos yang siap pakai dimasukkan ke dalam kantung ptastik kedap air agar kelembaban terjaga. • Kompos yang terialu basah perlu diangin-anginkan teriebih dahulu di tempat teduh. Pemeriksaan mutu kompos Kompos yang baik : Tidak berbau busuk, tetapi berbau tanah. Warna kehitaman atau coklat kehitaman, berbentuk butiran seperti tanah. Suhu sama dengan suhu tanah. Jika dimasukkan ke dalam air seluruhnya tenggelam, warna air bening. Jika sebagian besar mengambang, berarti ada bahan yang tidak menjadi kompos (dari pembusukan atau pembakaran sampah). Jika airnya keruh, berarti mengandung air lindi dari pembusukan sampah. Jika digunakan untuk pupuk tidak tumbuh tanaman yang tidak dikehendaki (gulma), tanaman lebih subur. Mempercepat pengomposan Memperkecil ukuran bahan. Sampah dicacah dengan golok atau mesin pencacah. Menambahkan aktivator, yaitu campuran mikroba yang dapat dibeli di toko pertanian yaitu bioaktivator atau effective microorganism (EM), dengan berbagai merk. Mikroba ini sifatnya baik karena membantu kita membunuh bakteri patogen. Sumber: Kebun Karinda Djamaludin Suryohadikusumo & Sri Murniati Djamaludin Bumi Karang Indah Blok C-2 / 28, Lebak Bulus, Jakarta 12440 Telp. 021-75909167; Fax. 021-75909168 E-mail : djamaludinsuryo@yahoo.com

Selasa, 06 September 2011

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN USU

NURZAINAH GINTING NIP: 010228333 PENDAHULUAN Pengolahan limbah ternak merupakan salah satu upaya yang memberi manfaat banyak. Pada satu sisi, pengolahan limbah akan mengurangi dampak terhadap lingkungan. Disisi lain, pengolahan limbah memberikan keuntungan finansial karena pengolahannya menghasilkan produk yang mempunyai daya jual. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari kegiatan usaha pemeliharaan ternak, rumah pemotongan ternak, serta pengolahan produk ternak. Limbah terdiri dari bagian padat dan cair antara lain : feses, urin, sisa makanan, lemak, darah, kuku, bulu, tanduk, tulang, isi rumen, embrio, kulit telur. Dewasa ini, dengan meningkatnya populasi manusia, meningkatnya tingkat ekonomi serta kesadaran akan manfaat komoditi peternakan terhadap kesehatan maka skala usaha peternakan juga meningkat. Akibatnya limbah yang dihasilkan juga meningkat sehingga apabila tidak diambil tindakan untuk mengolah limbah, maka masalah yang dapat ditimbulkannya semakin besar. Berbagai jenis pengolahan limbah ternak antara lain dapat disebutkan bulu, wool, kulit, tulang, dan tanduk dapat dibuat barang kerajinan yang dapat menambah penghasilan para peternak. Bulu, tulang dan kerabang telur yang telah dikeringkan dan digiling menjadi tepung bisa digunakan sebagai sumber protein dan mineral pelengkap untuk ternak. Feses, urin, dan sisa pakan bisa diolah menjadi energi biogas, pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Buku penuntun praktikum ini dibuat dengan fokus kepada pengolahan limbah ternak untuk menjadi kompos dan biogas mengingat kedua produk ini mempunyai daya jual yang signifikan serta banyak dibutuhkan. PENGOLAHAN ENERGI BIOGAS LATAR BELAKANG Energi biogas mengandung nilai kalori lebih dari bahan bakar lainnya, artinya akan lebih banyak panas yang dihasilkan untuk memasak dan lebih cepat proses memasak tersebut. Dalam pemakaian biogas, bau kotoran ternak akan berkurang karena proses penguraian bahan organik yang berlangsung. Selain itu pencemaran karena asap seperti pada proses memasak dengan kayu sedikit saja terjadi. Tabel 1. Nilai kalori biogas Bahan Bakar Nilai Kalori (KJ/Kg) Bio Gas 15.000 Kayu 2.400 Arang 7.000 Minyak Tanah 8.000 Prinsip Pembuatan Biogas Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida. Gas yang terbentuk disebut gas rawa atau biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses fermentasi adalah 30 - 55?C. Pada suhu tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara optimal merombak bahan-bahan organik. Model Digester Secara alami, kotoran ternak yang ditumpuk akan mengeluarkan gas metan. Gas tersebut akan menguap habis, sehingga perlu suatu design untuk memanfaatkannya. Berdasarkan cara pengisian, terdapat dua jenis digester (pengolah gas) yaitu batch fedding dan continuous fedding. Tahapan Pembangunan Instalasi 1. Menentukan lokasi 2. Membuat sumur digester 3. Memasang Konstruksi Bangunan 4. Membuat Kubah Penampung Gas 5. Memasang Pipa Instalasi Gas Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Biogas 1. Kondisi Anaerob 2. Bahan baku isian Bahan baku isian antara lain feses, urin, sisa makanan. Bahan isian harus mengandung bahan kering sekitar 7-9 %. Keadaan ini dapat dicapai dengan melakukan pengenceran menggunakan air yang perbandingannya 1 : 1-2. 3. Imbangan C/N Imbangan Carbon dan Nitrogen dalam bahan baku sangat menentukan kehidupan mikroorganisma. Imbangan C/N yang optimum adalah 25 -30. Feses dan urin sapi perah mempunyai kandungan C/N 18, karena itu perlu ditambah dengan limbah pertanian yang mempunyai imbangan C/N yang tinggi ( lebih dari 30 ). 4. Derajat Keasaman ( pH ) PH sangat mempengaruhi kehidupan mikroorganisma, pH optimum adalah 6,8-7,8. Pada tahap awal fermentasi akan terbentuk asam sehingga pH turun. Oleh sebab itu perlu ditambah larutan kapur ( CaOH2 ) atau kapur ( CaCO3 ). 5. Temperatur Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang mendadak didalam reaktor. Upaya praktis untuk menstabilkan temperatur adalah dengan menempatkan reaktor didalam tanah. 6. Starter Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik menjadi biogas bisa digunakan lumpur aktif organik atau cairan isi rumen. TUJUAN Tujuan praktikum ini adalah pemanfaatan limbah peternakan menjadi energi gas MATERI DAN METODA A. Materi 1. Digester 2. Ember 3. Kayu Pengaduk 4. Gayung 5. Corong 6. pH meter 7. Termometer B. Bahan 1. Feses 2. Air 3. Kertas 4. Sisa Pakan/Sisa Pertanian Metode 1. Persiapan alat dan bahan 2. Bahan dicacah sampai berukuran kecil, kemudian diadakan pencampuran agar dicapai C/N 25 3. Campuran dimasukkan ke ember dan ditambah air dengan perbandingan 1:1 atau 1:2 4. Aduk merata kemudian dimasukkan ke digester PARAMETER YANG DIAMATI 1. Suhu 2. PH 3. Bila gas mulai menyala 4. Produksi gas Pengukuran parameter C/N ratio dilakukan di awal praktikum. pH, temperatur diukur setiap hari. PENGOLAHAN KOMPOS LATAR BELAKANG Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa kotoran ternak/feses, sisa pertanian, sisa makanan ternak dan sebagainya. Proses pelapukan dipercepat dengan merangsang perkembangan bakteri untuk menghancurkanmenguraikan bahan-bahan yang dikomposkan. Penguraian bahan dibantu dengan suhu 60? C. Proses penguraian mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa organik larut yang berguna bagi tanaman. Kompos/Pupuk Organik menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah. Selain itu kompos juga memperbaiki struktur tanah sehingga dikatakan manfaat kompos adalah perbaikan tanah yang berkekalan. Manfaat kompos: 1. memperbaiki struktur tanah 2. menaikkan daya serap tanah terhadap air 3. menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah 4. sebagai sumber zat makanan bagi tanaman TUJUAN Memanfaatkan limbah peternakan dan pertanian menjadi pupuk kompos MATERI DAN METODA Materi Ember, bak plastik, sekop, alat pengukur suhu, pH, kotoran ternak, sisa pertanian, sisa makanan ternakndan tanah lapisan olah. Metoda 1. Persiapan 2. Pencampuran semua bahan sehingga mendekati C/N 30 3. Campuran dimasukkan ke bak plastik per lapis, setiap lapis ditaburi tanah 4. Campuran diaduk setiap minggu PENGAMATAN 1. Bobot Awal dan Bobot Akhir kompos 2. Perubahan fisik (tekstur, warna, bau) 3. Perubahan temperatur, pH PENGINGKATAN MUTU KOMPOS LATAR BELAKANG Kandungan utama dengan kadar tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang bermanfaat memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain bervariasi dengan kadar rendah seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium. Dikarenakan unsur lain yang rendah, maka bila hendak dikomersilkan, maka pada kompos buatan perlu ditambahkan zat kimia seperti unsur N, P, K sehingga kadar NPK- nya lebih tinggi. TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah memperkaya pupuk kompos buatan dengan bahan kaya NPK dan makro mineral lain dengan harga murah MATERI DAN METODA MATERI Sekop, ayakan, plastik packing, sealer, kompos buatan yang telah matang, zeolit, tepung tulang, Kapur, Tepung Bulu, Tepung Darah, Abu Dapur METODA 1. Persiapan 2. Kompos buatan digiling, diayak agar diperoleh butiran halus 13 3. Campurkan zeolit, tepung tulang, kapur, tepung bulu, tepung darah dan abu dapur masing-masing sebanyak 2% dan diaduk rata 4. Setelah adukan rata, kompos dikemas dalam plastik dan siap untuk dipasarkan. PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DENGAN MENGGUNAKAN INOKULAN MIKROORGANISME (GREEN POSNKO) LATAR BELAKANG Pengomposan alami memerlukan masa penguraian yang lama yaitu sekitar 2 bulan. Proses penguraian ini dapat dipercepat dengan menggunkan aktifator pengomposan yang saat ini dijuak di pasaran dengan berbagai jenis, seperti EM4, stardex, green posnko, dll. TUJUAN Untuk mempercepat proses penguraian kompos dan mengurangi bau MATERI DAN METODA Materi Ember plastik, sekop, alat pengukur suhu, timbangan, kotoran ternak, sisa makanan ternak, sisa pertanian, tanah pelapis, green ponsko, gula merah Metoda 1. Persiapan 2. Bahan diperkecil ukurannya 5-10 cm 3. Larutkan green ponsko sebelumnya semalaman, tambahkan gula merah 4. Bahan yang sudah diaduk diciprati selapis dengan green ponsko, tutup dengan selapis tanah dan seterusnya sampai bahan habis 5. Tutup dengan goni 3-4 hari 6. Suhu dijaga antara 10 - 50?C, pemeriksaan suhu 2 hari sekali . Bila suhu naik, tutup goni dibuka dan gundukan diolak alik, kemudian ditutup kembali 7. Apabila telah matang maka telah menjadi pupuk organik PENGAMATAN 1. Diamati perubahan fisik dari bahan kompos: tekstur, warna, bau 2. Diamati perubahan temperatur, pH PEMBUATAN PUPUK CAIR LATAR BELAKANG Pupuk cair mulai sering diaplikasikan dewasa ini terutama sejak berkembangnya tanaman hidroponik. Sebenarnya, selain untuk hidroponik, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan untuk tanaman cara bertani non hidroponik/biasa. Pupuk cair lebih mudah diformulasi dan diracik sesuai dengan kebutuhan tanaman. TUJUAN Pembuatan pupuk cair yang dipercepat MATERI DAN METODA Materi Jerigen, alat pengaduk, alat pengukur suhu, alat pengukur pH, gelas ukur, timbangan, kotoran ternak, GreenPonsko, Dedak, Gula merah, urine ternak, kemasan botol, air. Metoda 1. Persiapan 2. Pencampuran kotoran ternak dan air dengan merata 3. Penyaringan 4. Penambahan greenponsko, gula merah dan dedak 5. Penyaringan kembali 6. Pengukuran pH dan temperatur 7. Campuran bahan ini dimasukkan ke dalam jerigen dan dibiarkan selama 6 minggu 8. Bila sudah 6 minggu, dilakukan pengamatan terhadap warna, bau, temperatur dan pH. Bila keadaannya baik, maka campuran bida dikemas ke dalam botol untuk diaplikasikan ke tanaman. PENGAMATAN 1. Lakukan pengamatan setiap minggu terhadap warna, bau, temperatur dan pH.

Rabu, 31 Agustus 2011

Sampah Organik sebagai Bahan Baku Biogas, Ditulis oleh Beni Hermawan pada 26-08-2007

Jika kita berjalan-jalan ke pasar tradisional, pastilah akan kita jumpai sampah sayur-sayuran dan buah-buahan yang berton-ton jumlahnya. Sebagaimana sampah-sampah organik lainnya seperti kotoran ternak, ampas tebu, dan lain-lain, umumnya sampah organik tersebut tidak banyak dimanfaatkan, tetapi dibiarkan menumpuk dan membusuk, sehingga dapat menggangu pemandangan dan mencemari lingkungan. Salah satu cara penanggulangan sampah organik yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah dengan menerapkan teknologi anerobik untuk menghasilkan biogas. Secara ilmiah, biogas yang dihasilkan dari sampah organik adalah gas yang mudah terbakar (flammable). Gas ini dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa udara). Umumnya, semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas. Tetapi hanya bahan organik homogen, baik padat maupun cair yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Bila sampah-sampah organik tersebut membusuk, akan dihasilkan gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Tapi, hanya CH4 yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Umumnya kandungan metana dalam reaktor sampah organik berbeda-beda. Zhang et al. 1997 dalam penelitiannya, menghasilkan metana sebesar 50-80% dan karbondioksida 20-50%. Sedangkan Hansen (2001) , dalam reaktor biogasnya mengandung sekitar 60-70% metana, 30-40% karbon dioksida, dan gas-gas lain, meliputi amonia, hidrogen sulfida, merkaptan (tio alkohol) dan gas lainnya. Tetapi secara umum rentang komposisi biogas adalah sebagai berikut : Tabel 1. Komposisi Biogas Komponen % Metana (CH4) 25-45 Karbon dioksida (CO2) 0-0.3 Nitrogen (N2) 1-5 Hidrogen (H2) 0-3 Hidrogen sulfida (H2S) 0.1-0.5 Oksigen (O2) 55-75 Dalam skala laboratorium, penelitian di bidang biogas tidak membutuhkan biaya yang besar tetapi harus ditunjang dengan peralatan yang memadai. Perangkat utama yang digunakan terutama adalah tabung digester, tabung penampung gas, pipa penyambung, katup, dan alat untuk identifikasi gas. Untuk mengetahui terbentuk atau tidaknya biogas dari reaktor, salah satu uji sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan uji nyala. Biogas dapat terbakar apabila mengandung kadar metana minimal 57% yang menghasilkan api biru (Hammad et al., 1999). Sedangkan menurut Hessami (1996), biogas dapat terbakar dengan baik jika kandungan metana telah mencapai minimal 60%. Pembakaran gas metana ini selanjutnya menghasilkan api biru dan tidak mengeluarkan asap. Mekanisme Pembentukan Biogas Sampah organik sayur-sayuran dan buah-buahan seperti layaknya kotoran ternak adalah substrat terbaik untuk menghasilkan biogas (Hammad et al, 1999). Proses pembentukan biogas melalui pencernaan anaerobik merupakan proses bertahap, dengan tiga tahap utama, yakni hidrolisis, asidogenesis, dan metanogenesis. Tahap pertama adalah hidrolisis, dimana pada tahap ini bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein didegradasi oleh mikroorganisme hidrolitik menjadi senyawa terlarut seperti asam karboksilat, asam keto, asam hidroksi, keton, alkohol, gula sederhana, asam-asam amino, H2 dan CO2. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap asidogenesis senyawa terlarut tersebut diubah menjadi asam-asam lemak rantai pendek, yang umumnya asam asetat dan asam format oleh mikroorganisme asidogenik. Tahap terakhir adalah metanogenesis, dimana pada tahap ini asam-asam lemak rantai pendek diubah menjadi H2, CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Pada dasarnya efisiensi produksi biogas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor meliputi : suhu, derajat keasaman (pH), konsentrasi asam-asam lemak volatil, nutrisi (terutama nisbah karbon dan nitrogen), zat racun, waktu retensi hidrolik, kecepatan bahan organik, dan konsentrasi amonia. Dari berbagai penelitian yang penulis peroleh, dapat dirangkum beberapa kondisi optimum proses produksi biogas yaitu : Tabel 2. Kondisi Optimum Produksi Biogas Parameter Kondisi Optimum Suhu 35oC Derajat Keasaman 7 – 7,2 Nutrien Utama Karbon dan Nitrogen Nisbah Karbon dan Nitrogen 20/1 sampai 30/1 Sulfida < 200 mg/L Logam-logam Berat Terlarut < 1 mg/L Sodium < 5000 mg/L Kalsium < 2000 mg/L Magnesium < 1200 mg/L Amonia < 1700 mg/L Parameter-parameter ini harus dikontrol dengan cermat supaya proses pencernaan anaerobik dapat berlangsung secara optimal. Sebagai contoh pada derajat keasaman (pH), pH harus dijaga pada kondisi optimum yaitu antara 7 – 7,2. Hal ini disebabkan apabila pH turun akan menyebabkan pengubahan substrat menjadi biogas terhambat sehingga mengakibatkan penurunan kuantitas biogas. Nilai pH yang terlalu tinggipun harus dihindari, karena akan menyebabkan produk akhir yang dihasilkan adalah CO2 sebagai produk utama. Begitupun dengan nutrien, apabila rasio C/N tidak dikontrol dengan cermat, maka terdapat kemungkinan adanya nitrogen berlebih (terutama dalam bentuk amonia) yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri. Nilai Potensial Biogas Biogas yang bebas pengotor (H2O, H2S, CO2, dan partikulat lainnya) dan telah mencapai kualitas pipeline adalah setara dengan gas alam. Dalam bentuk ini, gas tersebut dapat digunakan sama seperti penggunaan gas alam. Pemanfaatannya pun telah layak sebagai bahan baku pembangkit listrik, pemanas ruangan, dan pemanas air. Jika dikompresi, biogas dapat menggantikan gas alam terkompresi yang digunakan pada kendaraan. Di Indonesia nilai potensial pemanfaatan biogas ini akan terus meningkat karena adanya jumlah bahan baku biogas yang melimpah dan rasio antara energi biogas dan energi minyak bumi yang menjanjikan. Berdasarkan sumber Departemen Pertanian, nilai kesetaraan biogas dengan sumber energi lain adalah sebagai berikut : Tabel 3. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain Bahan Bakar Jumlah Biogas 1 m3 Elpiji 0,46 kg Minyak tanah 0,62 liter Minyak solar 0,52 liter Bensin 0,80 liter Gas kota 1,50 m3 Kayu bakar 1,50 m3 Penutup Meskipun penelitian di bidang biogas bukanlah aspek baru dalam riset kimia, tetapi tidak menutup kemungkinan akan adanya pengembangan dalam penyempurnaan teknologi anaerobik untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas biogas yang lebih baik. Setidaknya beberapa misteri dalam bidang penelitian ini masih memerlukan pemikiran yang mendalam untuk memperoleh jawabannya seperti penentuan bakteri anaerobik yang paling baik, penentuan starter, pencarian bahan baku dan waktu optimum proses anaerobik. Selain itu, penelitian dibidang ini termasuk gampang-gampang susah dalam artian, meskipun secara terori dapat dihasilkan gas metana, tetapi dalam prakteknya terkadang para peneliti hanya mendapatkan sedikit sekali gas metana bahkan tidak sama sekali. Sisi positif yang dapat kita ambil dari pengembangan teknologi anaerobik adalah bahwa tidak ada sesuatu pun yang tidak bermanfaat di bumi ini bahkan sebuah sampah sekalipun. Dengan teknologi anaerobik, selain memperoleh biogas, manfaat lainnya adalah akan diperoleh pupuk organik dengan kualitas yang tinggi, yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain yang tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Disarikan dari karya tulis ilmiah : Beni Hermawan, Lailatul Qodriyah, dan Candrarini Puspita. 2007. Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Sumber Biogas Untuk Mengatasi Krisis Energi Dalam Negeri. Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa. Universitas Lampung. Bandar Lampung