Entri Populer

Sabtu, 26 November 2011

EFEKTIFITAS EFFECTIVE MICROORGANISME (EM) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK

by industri18jeny Judul: EFEKTIFITAS EFFECTIVE MICROORGANISME (EM) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK (October 7, 2011) Filed under: Kesehatan — Urip Santoso @ 1:06 am Tags: EM4, kompos, pupuk, sampah Oleh: ETMON JULIANSYAH ABSTRAK Etmon Juliansyah, 2011 “ Effektifitas Effective Microorganisme (EM) dalam Mempercepat Proses Pengomposan Sampah Organik”. Sebuah tulisan ilmiah yang diberikan berbentuk tugas dalam mata kuliah penyajian ilmiah. Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas dari sampah salah satu solusinya mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengolah sampah menjadi kompos. Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-sanyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dan lain-lain (umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme. Kompos adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktifitas mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah, Effektive microorganisme (EM) merupakan sumber bakteri yang banyak digunakan di dalam proses pembuatan kompos. Media ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih baik. Kandungan C/N bahan dengan C/N tanah harus seimbang . Selain itu kesetabilan suhu harus dijaga, suhu ideal 30 45⁰ C begitu juga dengan PH, dan kelembaban.Untuk mengolah sampah menjadi organic menjadi kompos diperlukan alat yang disebut komposter. Kompos sangat bermanfaat sebagai pupuk organic bagi tanaman. Kata Kunci : Sampah Organik, Kompos, Effektive Microorganisme (EM) PENDAHULUAN Latar belakang Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi dan prilaku gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis dan keberagaman karakteristik sampah. Meningkatnya volume timbulan sampah menimbulkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam menangani masalah sampah. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/ atau volume memerlukan pengelolaan khusus. Sampah bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan permasalahan dan bila dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis. Melihat permasalah sampah, sebenarnya sampah bisa dijadikan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomis, dapat memberikan keuntungan nyata bagi masyarakat dan dapat meminimalisasi dampak negative lingkungan. Kompos merupakan pupuk organik yang penting dan banyak dibutuhkan tanaman. Kompos terbuat dari bagian-bagian tanaman dan sampah-sampah organic yang telah mengalami penguraian mikroorganisme. (Bagus, 2007). Untuk meningkatkan efektifitas dan kecepatan pembuatan kompos sering kali menggunakan inokulen bahan tambahan berupa sampah sisa makanan sebagai sumber bakteri. Sumber bakteri dapat dibuat dengan beberapa campuran dan sering disebut sebagai Efective Microorganisme yang berasal dari air susu sapi dan isi usus hewan ternak sebagai sumber bakteri. EM merupakan sumber bakteri yang banyak digunakan di dalam proses pembuatan kompos, media ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih baik. EM yang sangat banyak, diantaranya yang sering digunakan untuk fermentasi bahan-bahan organik adalah bakteri streptomyces, ragi, lactobacillus dan bakteri fotosintetik. (Bagus, 2007). Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengertian sampah menurut (Slamet, 2000) lebih jauh mengatakan bahwa sampah adalah berbagai jenis barang buangan yang diakibatkan oleh kegiatan kehidupan sehari-hari, pristiwa-pristiwa tertentu, dari kelebihan proses terhadap keperluan baik untuk penggunaan sendiri maupun untuk menghasilkan barang dan bahan lain, sehingga barang buanganiti dianggap tidak bernilai lagi. Pendapat lain yang dikemukakan oleh (Saeni, 2003) yaitu bahwa sampah bersumber dari kegiatan domestic, pertanian dan industry. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikemukkan bahwa sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon,kertas/karton, plstik, kain bekas,kaleng-kaleng,debu sisa penyapuan, dan lain-lain. Jenis sampah Sampah yang ada di lingkungan umumnya dapat dibedakan menurut jenisnya. Menurut (Hadiwiyoto, 1990) sampah dapat digolongkan menurut jenisnya menjadi : Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-sanyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dan lain-lain (umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan, kotoran, kain, karet, kulit dan sampah halaman). Sampah anorganik : sampah yang bahan kandungannya non organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium, debu, logam dan lain-lain. Karakteristik sampah Sampah yang ada di lingkungan umumnya dapat dibedakan menurut karakteristiknya. Menurut (Aini, 1985) sampah dapat digolongkan menurut karakteristiknya menjadi : a.Garbage, yakni jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran hasil pengolahan dari dapur rumah tangga, hotel,restoran,semuanya mudah membusuk. b. Rubbish, yakni sampah yang tidak membusuk. Pertama yang mudah terbakar, seperti kertas, kayu dan sobekan kain. Kedua yang tidak mudah terbakar, minsanya kaleng,kaca dan lain-lain. c. Ashes, yakni semua jenis abu dari hasil pembakaran baik dari rumah maupun industry. d. Street sweeping, yakni sampah dari hasil pembersihan jalanan, contohnya kertas,kotoran, daun-daunan dan lain-lain. e. Dead animal, yakni bangkai binatang yang mati karena alam, kecelakaan, maupun penyakit. f. Abandoned vehice, yakini bangkai kendaraan, seperti sepeda, motor,becak, dan lain-lain. g. Sampah khusus, yakni sampah yang memerlukan penanganan khusus, misalnya kaleng-kaleng cat, zat radioaktif, sampah pembasmi serangga, obat-obatan dan lain-lain. Adapun dampak sampah bagi manusia dan lingkungan menurut (Mochtar, 1997), diantaranya adalah sebagai berikut, menjadi sumber penyakit atau hama penyakit, dapat menimbulkan pengotoran udara, dapat menimbulkan bahaya banjir, dapat menimbulkan pengotoran air dan tanah, dapat merusak keindahan kota, dapat menimbulkan bahaya kebakaran, dan dapat mengotori air laut Pengelolaan sampah Menurut (Undng-Undang RI Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah) kegiatan penangan sampah sebagaimana di maksud dalam pasal 19 huruf b meliputi : a. Pemilihan dlam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah. b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber ke tempat penampuangan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemprosesan akhir. d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karaktristik, komposisi dan jumlah sampah e. Pemprosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkugan secara aman. Manfaat sampah yang mudah membusuk : a. Untuk pupuk/kompos yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah dengan adanya proses dekomposisi sampah menjadi humus. b. Memanfaatkan untuk makanan ternak melalui proses pengolahan dan pemilihan sampah sebelum diberikan kepada ternak, guna mencegah pengaruh buruk dari sampah. c. Sampah hasil buangan kotoran hewan dan garbage yang mudah membusuk dimanfaatkan untuk pembuatan gas bio. Kompos Kompos adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktifitas mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah, (Hadiwiyoto, 1983). Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah. Namun, proses tersebut berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun, bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bias diperoleh kompos yang berkualitas baik (Murbandono, 2000). Hindari juga kontaminasi bahan-bahan pembuatan kompos dari zat anorganik seperti pestisida, minyak tanah, parfum, dan detergent atau sabun mandi. Bahan-bahan tersebut dapat menghambat proses pembentukan kompos oleh mikroorganisme dan backteri (Bagus, 2007). Menurut (Murbandono, 2000) penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan manfaat sebagai berikut, menyediakan unsur hara mikro bagi tumbuhan, mengemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menjadi salah satu alternative pengganti (subsitusi) pupuk kimia karena harganya murah,berkualitas dan akrab lingkungan, mengurangi pencemaran lingkungan, murah dan mudah didapat, bahan bisa dibuat sendiri. Peran bahan organic terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat bilologis tanah adalah meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N,P dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengarui serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980). Faktor yang mempengaruhi pembuatan kompos Menurut (Djuarnani, Dkk, 2005) agar dapat memperoleh hasil pengomposan yang optimal perlu memperhatikan beberapa factor lingkungan yang berpengaruh karena proses ini merupakan proses biologi. Faktor yang memperngarui laju pengomposan antara lain : Ukuran bahan Proses pengomposan akan lebih cepat jika bahan mentahnya memiliki ukuran bahan yang lebih kecil. Karena itu bahan yang berukuran perlu dicincang atau digiling terlebih dahulu sehingga ukurannya menjadi lebih kecil. Rasio C/N Rasio C / N merupakan factor paling penting dalam proses pengomposan. Hal ini disebabkan proses pengomposan tergantung dari kegiatan mikroorganisme yang membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan pembentukan sel. Besarnya nilai rasio C/N tergantung dari jenis sampah. (Murbandono, 2000) Kelembaban Idealnya, kadar air bahan mentah 50 – 70 %. Jika tumpukan kompos kurang mengandung air, bahan akan bercendawan atau berjamur. Hal ini akan merugikan, karena proses penguraian bahan berlangsung lambat dan tidak sempurna. Suhu Proses pengomposan berlangsung optimum pada suhu 30 45⁰ C PH Derajat keasaman (PH) bahan baku kompos di harapkan berkisar 6,8 – 8⁰ C. Agar proses penguraian berlangsung cepat, PH dalam tumpukan kompos tidak boleh terlalu rendah (asam). Effektive microorganism (EM) Effektive microorganism (EM) merupakan sumber bakteri yang banyak digunakan di dalam proses pembuatan kompos. Media ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih baik. Pengertian effektive mikroorganisme Dalam proses bahan produksi bahan pangan organic, diperlukan pupuk organic dan pestisida organic yang keberadaanya sangat dipengarui oleh ilmuwan asal jepang berna Teuro Higa. Teuro Higa menemukan metode ilmiah untuk meningkatkan kualitas tanah dan pertumbuhan tanaman dengan menggunakan campuran berbagai mikroorganisme yang umumnya terdiri dari bakteri asam laktat (lactic acid bacteria), purple bacteria dan ragi (yeast). Teuro Higa menambakan metodenya dengan teknologi effective microorganism (EM) sekaligus menjadi hak paten atas penemuannya itu. Indonesia juga mampu memanfaatkan teknologi EM dengan cara yang unik yaitu dengan mengintergrasikan aspek lingkungan dengan parawisata. Sebagian besar penduduk menggunakan EM dalam produksi tanaman pangan, buah-buahan dan ternak kultur EM tidak mengandung suatu mikroorganisme asing. EM terbuat dari kultur campuran spesies mikroorganisme alami yang terdapat dalam lingkungan alam dimanapun. EM bukan hasil rekayasa genetic. Mikroorganisme yang terdapat di EM yang dipasarkan di Indonesia, adalah jenis mikroorganisme alami yang ada dan hidup di Indonesia. Cara kerja effective mikroorganisme (EM) Cara kerja EM telah dipublikasikan secara ilmiah yang menunjukan bahwa EM dapat : Menekan pertumbuhan pathogen tanah, mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman, meningkatkan aktivitas mikroorganisme indegenus yang menguntungkan seperti ; Mycorhiza, Rgizobium, bakteri pelarut, fosfat, dll, memfiksasi nitrogen, dan mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia Dengan cara tersebut EM dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen yang selalu merupakan masalah pada budidaya monokultur dan budidaya tanaman sejenis secara terus menerus (continuous cropping). EM mempermentasikan sisa-sisa makanan dan kulit udang dan ikan pada tanah dasar tambak, sehingga gas beracun (metan, dan H2S, Mercaptan, dll) dan panas pada tanah dasar tambak menjadi hilang, untuk selanjutnya udang/ikan dapat hidup dengan baik. Dengan cara yang sama EM juga memfermentasikan limbah dan kotoran ternak, hingga lingkungan kandang menjadi tidak bau, ternak tidak mengalami stress sehingga nafsu makannya meningkat. EM yang diminumkan dengan dosis 1 : 1000 pada minuman ternak, hidup dalam usus ternak, berfungsi untuk menekan populasi mikroorganisme pathogen di dalam usus sehingga ternak menjadi sehat. EM juga dapat diaplikasikan pada seluruh permukaan tubuh tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyemprotan EM pada permukaan daun dapat meningkatkan aktivitas fotosintesa tanaman dan menekan pertumbuhan pathogen yang terdapat pada permukaan tanaman. EM tidak merusak lingkungan walaupun diaplikasikan dalam dosis yang tinggi secara kontinyu, karena EM bukan merupakan mikroorganisme asing dan secara alamiah sudah terdapat di dalam tanah. Seperti yang diterangkan sebelumnya, EM merupakan larutan yang berisi beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat. Untuk memproses bahan limbah menjadi kompos dengan proses yang lebih cepat dibandingkan dengn pengolahan limbah secara tradisional. (Djuarnini,dkk, 2005). Sifat pupuk anorganik a. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi dalam jumlah banyak b. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi justru penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras. c. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap penyakit. Bahan organik yang masuk ke dalam pembuatan kompos adalah sisa-sisa bahan makanana yang mengandung lemak, antara lain sisa-sisa daging, tulang, dan duri ikan. Lemak dapat mengganggu proses fermentasi oleh bakteri, sedangkan sisa daging dan duri ikan akan menimbulkan aroma yang lebih menyengat dibandingkan dengan bahan lainnya. (Bagus, 2007). Ciri-ciri kompos yang sudah matang a. Bewarna coklat kehitaman b. Jika dicium tidak berbau c. Struktur remah d. Kandungana bahan yang halus tinggi Komposter Komposter merupakan tempat untuk pengolahan kompos. Untuk pengolahan skala rumah tangga, komposter dapat dibuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar rumah, minsalnya, dibuat di drum,tong,ember, atau kaleng cat yang dimodifikasi dan diberi putaran sebagai alat pengaduknya. Lubang-lubang udara di komposter membantu proses pengomposan aerob dengan baik dan mempercepat proses penguraian sampah. Selain itu komposter juga mampu menjaga kelembaban dan temperature, sehingga bakteri dan mikroorganisme dapat bekerja mengurai bahan organik secara optimal. ISI DAN PEMBAHASAN Mengolah sampah menjadi kompos Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini : Komposter berdiamter 0,5 m 5 buah Pipa paralon ½ inci dengan panjang 30 cm sebanyak 10 buah Baskom Kompor Blender atau parutan Kawat kasa Besi batangan ukuran 8 ml sebnayk 5 buah Bahan EM yang digunakan : Susu sapi murni 2 liter Isi perut (lambung) sapi 0,5 kg Gula pasir satu kilogram Bakatul satu kilogram Nanas satu buah Terasi ½ kilogram Air bersih 10 liter Cara membuat EM Haluskan buah nanas menggunakan parutan atau blender, campurkan dengan gula pasir, bekatul, terasi dan air bersih di dalam panci, masak hingga mendidih, lalu dinginkan. Tambakan susu sapi murni dan isi lambung sapi, aduk hingga tercampur rata. Tutup panci rapat-rapat selama dua belas jam atau satu hari Pembuatan EM dianggap berhasil apabila muncul gelembung di permukaan bahan Komposter Komposter yang digunakan adalah model tungku. Cara membuatnya : Kawat kasa di potong berbentuk lingkaran Kawat kasa yang telah dibentuk dietakkan di dalam tong di ikat dengan kawat Besi batangan dibentuk seperti spiral Kemudian diletakkan di tengah tong, kemudian bagian pinggir tong dilubangi untuk mengaitkan besi yang telah berbentuk spiral Lubangi bagian bawah tong dengan ukuran 10 x 10 cm Lubangi bagian penutup huna meletakkan pipa yang telah di potong Komposter siap digunakan Langkah-langka pengomposan Persiapan alat dan bahan Pisahkan sampah rumah tangga yang organik dan nonorganik Masukkan sampah organik ke dalam masing-masing komposter sebanyak 10 kilogram Masukan larutan EM kedalam masing-masing komposter Pada komposter pertama tidak ada penambahan EM Pada komposter kedua tambahkan EM sebnyak 12,5 ml Pada komposter ketiga tambahan EM sebanyak 25 ml Pada komposter keempat tambahkan EM sebanyak 37,5 ml Pada komposter kelima tambahkan EM sebanyak 50 ml Kemudian tutup kompster yang sudah deberi larutan EM dan yang tidak diberi laruran EM Lakukan pengamatan pada saat kompos matang Selama pengamatan untuk mencegah kekeringan sampah harus diaduk atau dibolak-balik secara berkala setiap sehari selama dua minggu Catat hasil pengamatan, hasil pengamatan adalah mana yang lebih cepat terbentuknya kompos setelah diberi larutan EM dengan yang tidak diberi larutan EM. Ciri-ciri kompos yang sudah matang Bewarna coklat kehitaman Jika dicium tidak berbau Strukturnya remah Kandungan bahan yang halus tingi Untuk memproleh hasil pengomposan yang optimal perlu memperhatikan beberapa factor lingkungan yang berpengaruh karena proses ini merupakan proses biologi. Faktor yang mempengarui laju pengomposan antara lain , ukuran bahan, rasio C/N, kelembaban, suhu, PH KESIMPULAN Setelah dilakukan kajian tiori terhadap pokok permasalahan sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dapat dimabil suatu kesimpulan : Untuk menjaga kelestarian lingkungan agar tetap sehat dan bebas dari masalah sampah, dimulai dengan menerapkan sanitasi yang baik diantaranya membuang sampah menjadi mengolah sampah menjadi kompos. Mengolah sampah organik komos merupakan proses alami yang disebabkan oleh mikroorganisme yang ada didalam sampah . Kompos adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktifitas mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteri tanah dengan Effektive Microorganisme (EM) sebagai sumber bakteri yang banyak digunakan di dalam proses pembuatan kompos. Media ini akan membantu pembuatan kompos menjadi lebih singkat, mudah dan berkualitas lebih baik. Pentingnya memperhatikan faktor-faktor yang mempengarui pembentukan kompos seperti bahan baku, rasio C/N, Kelembaban, Suhu, dan Efektif Mikroorganisme. Proses pembuatan kompos diperlukan alat yang biasanya disebut komposter. Hasil olahan kompos dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman. Pembuatan kompos dengan penambahan EM lebih cepat dalam proses pembentukan kompos dibandingkan tanpa penambahan EM. DAFTAR PUSTAKA Abdurohim, Oim.2008. Pengaruh kompos terhadap ketersediaan hara dan produksi tanaman caisin pada tanah latosol dari gunung sindur, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository (http://repository.ipb.ac.id), diunduh 13 Juni 2010. Djuarnani,dkk, 2005. Cara cepat membuat kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan Gaur,D.C.1980. Present status of composting and agricultural aspect, in : Hesse, P.R (ed). Improving soil fertility through recycling, compost technology. FAO of united nation. New Delhi. Harianto, Bagus, 2007. Cara praktis membuat kompos. Agromedia. Jakarta Selatan. Hadiwijoto,S, 1999. Penanganan dan pemanfaatan sam,pah. Yayasan Iadayu. Jakarta Hadiwijoto,S, 1990. Penanganan dan pemanfaatan sampah. Yayasan Idayu. Jakarta Jehansyah, 1999. Peduli lingkungan dengan daur ulang. Seminar Nasional Teknik Kesehatan Lingkungan. Laboratorium Higine Industri dan Toksikolgi. Jurusan Teknik Lingkungan ITB. Bandung. Kastaman, R. 2007. Sistem Pengelolaan raktor sampah terpadu. Humaniora. Bandung. Mochtar, 1997. Petunjuk pelaksanaan pengawasan pengendalian dampak sampah (Aspek kesehatan lingkungan). Jakarta. Murbandono, 2000. Membuat kompos. Penebar Swadaya. Jakarta Mukono, 2002. Efidemiologi lingkungan, Airlangga University Press. Surabaya.