Eksploitasi besar-besaran sumber daya alam (SDA) demi usaha mengejar pembangunan ekonomi negara merupakan salah satu kelemahan dari pengelolaan sumber daya alam di negara-negara berkembang. Buahnya mereka harus membayar mahal dengan semakin rusaknya lingkungan. Misalnya efek dari eksplorasi dan eksploitasi produksi minyak bumi yang beresiko menumpahkan minyak bumi ke dalam lapisan tanah. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas air tanah dan kesuburan tanah itu sendiri. Jelas pencemaran ekosistem di daerah tersebut tidak terhindarkan lagi.
Pencemaran ekosistem dapat didefinisikan dengan masuknya suatu zat, energi
atau mahluk hidup kedalam lingkungan secara sengaja atau alamiah yang
dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup.
Proses purifikasi
Pencemaran ekosistem terjadi di luar
kebiasaan, hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya cekaman bagi
ekosistem dan dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan. Pada
dasarnya eksosistem memiliki daya lenting lingkungan, artinya ekosistem
tersebut dapat mempertahankan keseimbangannya dengan menetralisir
pencemaran melalui mekanisme self-purification process. Kualitas dan kuantitas pencemar tersebut menjadi hal yang sangat mempengaruhi kemampuan ekosistem untuk melakukan self-purification itu sendiri.
Untuk
menanggulangi pencemaran tersebut dapat menggunakan beberapa macam
metode. Metoda penanggulangan pencemaran lingkungan dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu secara fisika, kimia dan biologi (Udiharto,
1992).
Metode penanggulangan secara fisika bisa dilakukan dengan penyaringan, penenggelaman, pembakaran, dan penggunaan gelling agent.
Metode penanggulangan secara kimia antara lain seperti solidifikasi dan
ekstrasi kimia. Penanggulangan secara fisika dan kimia dari segi waktu
sangatlah efektif tetapi seringkali menyebabkan terjadinya pemindahan
kontaminan. Contohnya dengan pembakaran secara singkat dapat
mengeleminasi kontaminan,namun dapat mengakibatkan pencemaran udara dan
sisa hasil pembakaran memerlukan pengolahan lanjutan. Kelemahan lainnya
adalah biaya yang dikeluarkan untuk operasional relatif sangat mahal.
Dengan
menggunakan pengolahan secara biologi untuk mengatasi masalah
pencemaran merupakan alternatif yang efektif dari segi biaya dan relatif
tidak merusak lingkungan. Hal ini
dikarenakan senyawa organik mengalami mineralisasi dan menghasilkan
produk akhir yang stabil dan tidak beracun meskipun metode ini
memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan pengolahan secara fisika maupun kimia. Oleh karena itu
bioremediasi adalah pilihan yang efektif dan ramah terhadap lingkungan.
Bioremediasi
Bioremediasi
merupakan suatu sistem yang menggunakan organisme biologis untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan lingkungan seperti
pencemaran tanah dan air.
Baik makro- maupun mikro-organisme. Di lingkungan normal, mikro- dan
makro-organisme hidup dengan terus menerus memecah dan menyusun kembali
senyawa organik sebagai sumber energi ataupun untuk material pembangun
tubuhnya.
Apa yang terjadi ketika terjadi tumpahan polutan seperti minyak bumi ke lingkungan normal?
Kebanyakan
organisme mungkin akan mati dikarenakan perubahan lingkungan yang
begitu mendadak. Namun, beberapa organisme dapat hidup bahkan
memanfaatkan limbah organik tersebut untuk bertahan hidup. Bioremediasi
bekerja dengan memanfaatkan organisme pemakan limbah ini. Bioremediasi
merupakan salah satu contoh bioteknologi dimana pertumbuhan organisme
diatur sedemikian rupa sehingga organisme tersebut bisa memakan limbah
dengan lebih optimal.
Pada
dasarnya menurut PP No. 85 tahun 1999, tertera bahwa limbah minyak bumi
termasuk ke dalam limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Pencemaran
minyak bumi di tanah merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Pada
daerah-daerah yang mengandalkan air tanah sebagai sumber utama kebutuhan
air bersih dan air minum dapat menimbulkan efek serius, karena minyak
bumi yang mencemari tanah dapat mencapai lokasi air tanah, danau atau
sumber air yang menyediakan air bagi kebutuhan domestik maupun industri.
Pencemaran minyak bumi, meskipun dengan konsentrasi hidrokarbon yang
sangat rendah sangat mempengaruhi bau dan rasa air tanah (Nugroho,
2006).
Selain mengancam kesehatan manusia, cemaran minyak bumi juga dapat merugikan lingkungan. Hal
ini dikarenakan pencemaran tanah dapat memberikan dampak negatif
terhadap ekosistem. Sekalipun dosis cemaran rendah, hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme yang hidup di
sekitar lingkungan tersebut. Bahkan dapat mengakibatkan musnahnya
beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat
yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut.
Seluruh
prosedur kerja serta pelaksanaan bioremediasi mengacu pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tentang tata cara
dan persyaratan teknik pengelolaan limbah minyak dan tanah
terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis. Kandungan hidrokarbon
atau Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) pada Limbah yang akan diolah
dengan metode biologis harus dianalisis terlebih dulu. Batas konsentrasi
maksimum TPH awal sebelum proses pengolahan biologis adalah tidak lebih
dari 15%. Sedangkan nilai TPH akhir hasil pengolahan adalah di bawah
1%. Artinya hasil dari pengolahan lahan tercemar ini bertujuan untuk
mendekati sifat awal/normal lahan tersebut.
Bagaimana jika limbah memiliki kandungan TPH lebih dari 15%?
Sebelum memasuki proses bioremediasi limbah tersebut harus diolah dengan metode lain seperti remediasi fisika ataupun kimia.
Bioremediasi Berkelanjutan
Saat
terjadi pencemaran, keanekaragaman ekosistem akan mengalami penurunan.
Komponen ekosistem yang terdapat pada kondisi lingkungan tercemar sangat
terbatas, hanya komponen yang dapat beradaptasilah yang masih dapat
bertahan dengan kondisi aktual.
Komponen biotik yang ada (endogeneous) atau dengan memberikan komponen biotik dari luar (exogeneous) dapat melakukan pemulihan kondisi
lingkungan dengan merekayasa kondisi lingkungan tersebut dengan
menggunakan teknik bioremediasi. Agar kondisi kualitas lingkungan
menjadi lebih baik.
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan perpaduan antara dua kata yang kontradiktif yaitu pembangunan (development) yang menuntut perubahan dan pemanfaatan sumberdaya alam, dan berkelanjutan (sustainability) yang
berkonotasi tidak boleh mengubah di dalam proses pembangunan
berkelanjutan. Perpaduan antara kedua kepentingan ini pada dasarnya
mengembalikan developmentalis dan environmentalis dimana kepentingan
ekonomi dan lingkungan hidup disetarakan (Saragih & Sipayung, 2000).
Dalam
pembangunan berkelanjutan terdapat beberapa aspek besar yang penting
diperhatikan, yakni aspek ekologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pada
proses bioremediasi dapat dikatakan memenuhi ketiga aspek tersebut.
Salah satunya yaitu dikarenakan lahan bekas dan sekitarnya lebih
bermanfaat dibanding ketika saat lahan tercemar. Selain dapat
dimanfaatkan kembali, dalam proses remediasi ini disinyalir dapat
menekan angka cost recovery dibanding dengan proses remediasi lainnya.
Oleh
karena itu bioremediasi dikatakan berkelanjutan karena menggunakan
pandangan jangka panjang dan lintas generasi. Bioremediasi menjadi
sebuah solusi “wajib” yang harus dilaksanakan setiap pihak yang telah
mengekploitasi kekayaan alam. Dengan kata lain bioremediasi adalah
konsekuensi yang harus diambil sebagai tanggung jawab dari generasi
sekarang terhadap hak generasi mendatang. Agar dapat menjamin dan
meneruskan SDA yang dapat menyediakan hasil berkelanjutan secara ekonomi
dan jasa lingkungan termasuk keindahan alam.