Sistem mekanis pengomposan adalah pengolahan mekanis dalam tabung komposter dan dapat memperoleh kompos setiap hari dan tidak butuh lahan yang luas (100-150 m2). Mesin ini berkapasitas 2-3 ton/hari dapat mengolah sampah organik sebanyak 8-10 m3 perhari, kapasitas sedang dan kecil juga dapat dilayani dengan dibawah 1 ton/hari sampai 100 kg/hari. Kami tawarkan kerjasama [engelolaan atau dengan sistem beli putus bila tertarik, hub kami 081384588749 atau WA: 081218234570
Entri Populer
-
Feldspar dengan bahan kimia: Aluminium Silikat dengan rumus kimia kompleks (Na, K, Ca) AlSi3Og; SiO2 dengan kandungan 90-94% feldspar dan 6...
-
BEKASI (Pos Kota) – Warga Kota Bekasi, Jawa Barat siap-siap daerahnya menjadi lautan sampah selama setahun ke depan. Ini bakal terjadi apabi...
-
Di dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah, dikenal istila...
Selasa, 06 September 2011
PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN USU
NURZAINAH GINTING
NIP: 010228333
PENDAHULUAN
Pengolahan limbah ternak merupakan salah satu upaya yang memberi manfaat banyak.
Pada satu sisi, pengolahan limbah akan mengurangi dampak terhadap lingkungan. Disisi
lain, pengolahan limbah memberikan keuntungan finansial karena pengolahannya
menghasilkan produk yang mempunyai daya jual.
Limbah ternak merupakan sisa buangan dari kegiatan usaha pemeliharaan ternak, rumah
pemotongan ternak, serta pengolahan produk ternak. Limbah terdiri dari bagian padat dan
cair antara lain : feses, urin, sisa makanan, lemak, darah, kuku, bulu, tanduk, tulang, isi
rumen, embrio, kulit telur.
Dewasa ini, dengan meningkatnya populasi manusia, meningkatnya tingkat ekonomi
serta kesadaran akan manfaat komoditi peternakan terhadap kesehatan maka skala usaha
peternakan juga meningkat. Akibatnya limbah yang dihasilkan juga meningkat sehingga
apabila tidak diambil tindakan untuk mengolah limbah, maka masalah yang dapat
ditimbulkannya semakin besar.
Berbagai jenis pengolahan limbah ternak antara lain dapat disebutkan bulu, wool, kulit,
tulang, dan tanduk dapat dibuat barang kerajinan yang dapat menambah penghasilan para
peternak. Bulu, tulang dan kerabang telur yang telah dikeringkan dan digiling menjadi
tepung bisa digunakan sebagai sumber protein dan mineral pelengkap untuk ternak.
Feses, urin, dan sisa pakan bisa diolah menjadi energi biogas, pupuk organik padat dan
pupuk organik cair.
Buku penuntun praktikum ini dibuat dengan fokus kepada pengolahan limbah ternak
untuk menjadi kompos dan biogas mengingat kedua produk ini mempunyai daya jual
yang signifikan serta banyak dibutuhkan.
PENGOLAHAN ENERGI BIOGAS
LATAR BELAKANG
Energi biogas mengandung nilai kalori lebih dari bahan bakar lainnya, artinya akan
lebih banyak panas yang dihasilkan untuk memasak dan lebih cepat proses memasak
tersebut.
Dalam pemakaian biogas, bau kotoran ternak akan berkurang karena proses
penguraian bahan organik yang berlangsung. Selain itu pencemaran karena asap
seperti pada proses memasak dengan kayu sedikit saja terjadi.
Tabel 1. Nilai kalori biogas
Bahan Bakar Nilai Kalori (KJ/Kg)
Bio Gas 15.000
Kayu 2.400
Arang 7.000
Minyak Tanah 8.000
Prinsip Pembuatan Biogas
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebagian besar berupa
metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida.
Gas yang terbentuk disebut gas rawa atau biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu
oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses
fermentasi adalah 30 - 55?C. Pada suhu tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara
optimal merombak bahan-bahan organik.
Model Digester
Secara alami, kotoran ternak yang ditumpuk akan mengeluarkan gas metan. Gas
tersebut akan menguap habis, sehingga perlu suatu design untuk memanfaatkannya.
Berdasarkan cara pengisian, terdapat dua jenis digester (pengolah gas) yaitu batch
fedding dan continuous fedding.
Tahapan Pembangunan Instalasi
1. Menentukan lokasi
2. Membuat sumur digester
3. Memasang Konstruksi Bangunan
4. Membuat Kubah Penampung Gas
5. Memasang Pipa Instalasi Gas
Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Biogas
1. Kondisi Anaerob
2. Bahan baku isian
Bahan baku isian antara lain feses, urin, sisa makanan. Bahan isian harus
mengandung bahan kering sekitar 7-9 %. Keadaan ini dapat dicapai dengan
melakukan pengenceran menggunakan air yang perbandingannya 1 : 1-2.
3. Imbangan C/N
Imbangan Carbon dan Nitrogen dalam bahan baku sangat menentukan kehidupan
mikroorganisma. Imbangan C/N yang optimum adalah 25 -30. Feses dan urin sapi
perah mempunyai kandungan C/N 18, karena itu perlu ditambah dengan limbah
pertanian yang mempunyai imbangan C/N yang tinggi ( lebih dari 30 ).
4. Derajat Keasaman ( pH )
PH sangat mempengaruhi kehidupan mikroorganisma, pH optimum adalah 6,8-7,8.
Pada tahap awal fermentasi akan terbentuk asam sehingga pH turun. Oleh sebab itu
perlu ditambah larutan kapur ( CaOH2 ) atau kapur ( CaCO3 ).
5. Temperatur
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang
mendadak didalam reaktor. Upaya praktis untuk menstabilkan temperatur adalah
dengan menempatkan reaktor didalam tanah.
6. Starter
Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik menjadi
biogas bisa digunakan lumpur aktif organik atau cairan isi rumen.
TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah pemanfaatan limbah peternakan menjadi energi gas
MATERI DAN METODA
A. Materi
1. Digester
2. Ember
3. Kayu Pengaduk
4. Gayung
5. Corong
6. pH meter
7. Termometer
B. Bahan
1. Feses
2. Air
3. Kertas
4. Sisa Pakan/Sisa Pertanian
Metode
1. Persiapan alat dan bahan
2. Bahan dicacah sampai berukuran kecil, kemudian diadakan pencampuran agar
dicapai C/N 25
3. Campuran dimasukkan ke ember dan ditambah air dengan perbandingan 1:1 atau
1:2
4. Aduk merata kemudian dimasukkan ke digester
PARAMETER YANG DIAMATI
1. Suhu
2. PH
3. Bila gas mulai menyala
4. Produksi gas
Pengukuran parameter C/N ratio dilakukan di awal praktikum. pH, temperatur diukur
setiap hari.
PENGOLAHAN KOMPOS
LATAR BELAKANG
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa kotoran ternak/feses, sisa
pertanian, sisa makanan ternak dan sebagainya. Proses pelapukan dipercepat dengan
merangsang perkembangan bakteri untuk menghancurkanmenguraikan bahan-bahan
yang dikomposkan. Penguraian bahan dibantu dengan suhu 60? C. Proses penguraian
mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi senyawa
organik larut yang berguna bagi tanaman.
Kompos/Pupuk Organik menambah unsur hara makro dan mikro di dalam tanah. Selain
itu kompos juga memperbaiki struktur tanah sehingga dikatakan manfaat kompos adalah
perbaikan tanah yang berkekalan.
Manfaat kompos:
1. memperbaiki struktur tanah
2. menaikkan daya serap tanah terhadap air
3. menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah
4. sebagai sumber zat makanan bagi tanaman
TUJUAN
Memanfaatkan limbah peternakan dan pertanian menjadi pupuk kompos
MATERI DAN METODA
Materi
Ember, bak plastik, sekop, alat pengukur suhu, pH, kotoran ternak, sisa pertanian, sisa
makanan ternakndan tanah lapisan olah.
Metoda
1. Persiapan
2. Pencampuran semua bahan sehingga mendekati C/N 30
3. Campuran dimasukkan ke bak plastik per lapis, setiap lapis ditaburi tanah
4. Campuran diaduk setiap minggu
PENGAMATAN
1. Bobot Awal dan Bobot Akhir kompos
2. Perubahan fisik (tekstur, warna, bau)
3. Perubahan temperatur, pH
PENGINGKATAN MUTU KOMPOS
LATAR BELAKANG
Kandungan utama dengan kadar tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang
bermanfaat memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain bervariasi dengan kadar rendah
seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium.
Dikarenakan unsur lain yang rendah, maka bila hendak dikomersilkan, maka pada
kompos buatan perlu ditambahkan zat kimia seperti unsur N, P, K sehingga kadar NPK-
nya lebih tinggi.
TUJUAN
Tujuan kegiatan ini adalah memperkaya pupuk kompos buatan dengan bahan kaya NPK
dan makro mineral lain dengan harga murah
MATERI DAN METODA
MATERI
Sekop, ayakan, plastik packing, sealer, kompos buatan yang telah matang, zeolit, tepung
tulang, Kapur, Tepung Bulu, Tepung Darah, Abu Dapur
METODA
1. Persiapan
2. Kompos buatan digiling, diayak agar diperoleh butiran halus
13
3. Campurkan zeolit, tepung tulang, kapur, tepung bulu, tepung darah dan abu dapur
masing-masing sebanyak 2% dan diaduk rata
4. Setelah adukan rata, kompos dikemas dalam plastik dan siap untuk dipasarkan.
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS DENGAN MENGGUNAKAN INOKULAN
MIKROORGANISME (GREEN POSNKO)
LATAR BELAKANG
Pengomposan alami memerlukan masa penguraian yang lama yaitu sekitar 2 bulan.
Proses penguraian ini dapat dipercepat dengan menggunkan aktifator pengomposan yang
saat ini dijuak di pasaran dengan berbagai jenis, seperti EM4, stardex, green posnko, dll.
TUJUAN
Untuk mempercepat proses penguraian kompos dan mengurangi bau
MATERI DAN METODA
Materi
Ember plastik, sekop, alat pengukur suhu, timbangan, kotoran ternak, sisa makanan
ternak, sisa pertanian, tanah pelapis, green ponsko, gula merah
Metoda
1. Persiapan
2. Bahan diperkecil ukurannya 5-10 cm
3. Larutkan green ponsko sebelumnya semalaman, tambahkan gula merah
4. Bahan yang sudah diaduk diciprati selapis dengan green ponsko, tutup dengan
selapis tanah dan seterusnya sampai bahan habis
5. Tutup dengan goni 3-4 hari
6. Suhu dijaga antara 10 - 50?C, pemeriksaan suhu 2 hari sekali . Bila suhu naik,
tutup goni dibuka dan gundukan diolak alik, kemudian ditutup kembali
7. Apabila telah matang maka telah menjadi pupuk organik
PENGAMATAN
1. Diamati perubahan fisik dari bahan kompos: tekstur, warna, bau
2. Diamati perubahan temperatur, pH
PEMBUATAN PUPUK CAIR
LATAR BELAKANG
Pupuk cair mulai sering diaplikasikan dewasa ini terutama sejak berkembangnya tanaman
hidroponik. Sebenarnya, selain untuk hidroponik, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan
untuk tanaman cara bertani non hidroponik/biasa. Pupuk cair lebih mudah diformulasi
dan diracik sesuai dengan kebutuhan tanaman.
TUJUAN
Pembuatan pupuk cair yang dipercepat
MATERI DAN METODA
Materi
Jerigen, alat pengaduk, alat pengukur suhu, alat pengukur pH, gelas ukur, timbangan,
kotoran ternak, GreenPonsko, Dedak, Gula merah, urine ternak, kemasan botol, air.
Metoda
1. Persiapan
2. Pencampuran kotoran ternak dan air dengan merata
3. Penyaringan
4. Penambahan greenponsko, gula merah dan dedak
5. Penyaringan kembali
6. Pengukuran pH dan temperatur
7. Campuran bahan ini dimasukkan ke dalam jerigen dan dibiarkan selama 6 minggu
8. Bila sudah 6 minggu, dilakukan pengamatan terhadap warna, bau, temperatur dan
pH. Bila keadaannya baik, maka campuran bida dikemas ke dalam botol untuk
diaplikasikan ke tanaman.
PENGAMATAN
1. Lakukan pengamatan setiap minggu terhadap warna, bau, temperatur dan pH.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar