Kontan.co.id: by Dina Mirayanti Hutauruk -
Kamis, 26 Juni 2014
Pengelolaan sampah sering menjadi permasalahan, terutama di kota-kota
besar. Adalah Rudi Murodi dari Depok, Jawa Barat, salah satu orang yang
mampu melihat ini menjadi sebuah potensi bisnis yang menghasilkan uang.
Sejak tiga tahun yang lalu, ia mengolah limbah sampah yang ada di pasar
dan rumah-rumah makan untuk dijadikan pakan ikan dan kompos.
Usaha pengolahan sampah yang digeluti Rudi itu berawal saat ia
membudidayakan ikan. Kala itu, ia tidak punya cukup uang untuk membeli
pakan ikan. Lalu pria yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani
Bina Tenaga Inti Rakyat Depok ini mulai bereksperimen membuat pakan ikan
sendiri.
Rudi mulai mengumpulkan limbah-limbah seperti nasi, ikan, mi, roti,
dan lain-lain dari rumahmakan dan pasar-pasar di Depok. Kemudian dia
giling dengan mesin gilingan daging. Hasil olahan tersebut lantas dia
jadikan pakan ikan.
Namun, eksperimen awal tersebut ternyata gagal. Banyak ikannya mati
setelah diberikan pakan buatannya. Sebab, komposisi pakan tersebut tidak
tepat. Seiring berjalannya waktu, Rudi terus mencari komposisi yang pas
agar pakan ikan tersebut bisa dikonsumsi. Dia juga banyak mendapatkan
pengetahuan dari pelatihan dinas-dinas terkait untuk mengolah sampah.
Rudi lantas mendapatkan pengetahuan bahwa limbah tersebut terlebih
dahulu harus difermentasi selama tiga minggu untuk menghilangkan
bakteri. Selanjutnya, baru dicampur dan dijemur selama seminggu. Setelah
kering, limbah tersebut digiling menjadi tepung dan kemudian dicetak
menjadi pelet.
Sejak akhir tahun 2012, Rudi bekerjasama dengan PT Modern Putra
Indonesia yang memiliki ritel 7-Eleven untuk pengadaan bahan baku.
Setiap hari, ada sekitar 1 ton limbah dari gerai-gerai 7-Eleven yang
masuk ke pengolahan sampah milik Rudi. "Jadi saat ini, hanya 30% bahan
baku kita dari pasar, sisanya sudah dari 7-Eleven," kata Rudi.
Limbah minuman, buah-buahan, dan sayuran bisa diproses menjadi bahan
probiotik dan pupuk organik cair. Sedangkan limbah anorganik berupa
plastik, kardus, dan kertas dipilah untuk dijual kembali.
Dari situ, Rudi bisa memproduksi 500 kilogram (kg) pelet setiap hari
dan pupuk kompos sebanyak 3 ton per tiga bulan. Selain itu, juga
menghasilkan 2.000 liter probiotik setiap bulan. Pelet ikan dia jual ke
petani-petani ikan seharga Rp 4.000âRp 6.500 per kg. Sedangkan
kompos dan probiotik masih dia gunakan sendiri. "Probiotik digunakan
dalam proses fermentasi limbah pembuatan pelet," kata dia.
Dari pengolahan sampah ini, Rudi bisa meraup pendapatan hingga Rp 60 juta saban bulan.
Sistem mekanis pengomposan adalah pengolahan mekanis dalam tabung komposter dan dapat memperoleh kompos setiap hari dan tidak butuh lahan yang luas (100-150 m2). Mesin ini berkapasitas 2-3 ton/hari dapat mengolah sampah organik sebanyak 8-10 m3 perhari, kapasitas sedang dan kecil juga dapat dilayani dengan dibawah 1 ton/hari sampai 100 kg/hari. Kami tawarkan kerjasama [engelolaan atau dengan sistem beli putus bila tertarik, hub kami 081384588749 atau WA: 081218234570
Entri Populer
-
Feldspar dengan bahan kimia: Aluminium Silikat dengan rumus kimia kompleks (Na, K, Ca) AlSi3Og; SiO2 dengan kandungan 90-94% feldspar dan 6...
-
BEKASI (Pos Kota) – Warga Kota Bekasi, Jawa Barat siap-siap daerahnya menjadi lautan sampah selama setahun ke depan. Ini bakal terjadi apabi...
-
Di dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah, dikenal istila...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar