Entri Populer

Minggu, 01 Februari 2015

Mengubah limbah makanan menjadi bahan pakan ikan

Kontan.co.id: by  Dina Mirayanti Hutauruk -

Pengelolaan sampah sering menjadi permasalahan, terutama di kota-kota besar. Adalah Rudi Murodi dari Depok, Jawa Barat, salah satu orang yang mampu melihat ini menjadi sebuah potensi bisnis yang menghasilkan uang. Sejak tiga tahun yang lalu, ia mengolah limbah sampah yang ada di pasar dan rumah-rumah makan untuk dijadikan pakan ikan dan kompos.

Usaha pengolahan sampah yang digeluti Rudi itu berawal saat ia membudidayakan ikan. Kala itu, ia tidak punya cukup uang untuk membeli pakan ikan. Lalu pria yang juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Bina Tenaga Inti Rakyat Depok ini mulai bereksperimen membuat pakan ikan sendiri.
Rudi mulai mengumpulkan limbah-limbah seperti nasi, ikan, mi, roti, dan lain-lain dari rumahmakan dan pasar-pasar di Depok. Kemudian dia giling dengan mesin gilingan daging. Hasil olahan tersebut lantas dia jadikan pakan ikan.

Namun, eksperimen awal tersebut ternyata gagal. Banyak ikannya mati setelah diberikan pakan buatannya. Sebab, komposisi pakan tersebut tidak tepat. Seiring berjalannya waktu, Rudi terus mencari komposisi yang pas agar pakan ikan tersebut bisa dikonsumsi. Dia juga banyak mendapatkan pengetahuan dari pelatihan dinas-dinas terkait untuk mengolah sampah.
Rudi lantas mendapatkan pengetahuan bahwa limbah tersebut terlebih dahulu harus difermentasi selama tiga minggu untuk menghilangkan bakteri. Selanjutnya, baru dicampur dan dijemur selama seminggu. Setelah kering, limbah tersebut digiling menjadi tepung dan kemudian dicetak menjadi pelet.

Sejak akhir tahun 2012, Rudi bekerjasama dengan PT Modern Putra Indonesia yang memiliki ritel 7-Eleven untuk pengadaan bahan baku. Setiap hari, ada sekitar 1 ton limbah dari gerai-gerai 7-Eleven yang masuk ke pengolahan sampah milik Rudi. "Jadi saat ini, hanya 30% bahan baku kita dari pasar, sisanya sudah dari 7-Eleven," kata Rudi.
Limbah minuman, buah-buahan, dan sayuran bisa diproses menjadi bahan probiotik dan pupuk organik cair. Sedangkan limbah anorganik berupa plastik, kardus, dan kertas dipilah untuk dijual kembali.

Dari situ, Rudi bisa memproduksi 500 kilogram (kg) pelet setiap hari dan pupuk kompos sebanyak 3 ton per tiga bulan. Selain itu, juga menghasilkan 2.000 liter probiotik setiap bulan. Pelet ikan dia jual ke petani-petani ikan seharga  Rp 4.000–Rp 6.500 per kg. Sedangkan kompos dan probiotik masih dia gunakan sendiri. "Probiotik digunakan dalam proses fermentasi limbah pembuatan pelet," kata dia.

Dari pengolahan sampah ini, Rudi bisa meraup pendapatan hingga Rp 60 juta saban bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar