Entri Populer

Kamis, 12 Januari 2012

Ketua RT Sampah RT Peduli Award; Syaifudin Peraih Kategori Ketua RT Lingkungan

Jika kita diberikan pilihan antara menjadi katua RT dan pegawai, mungkin kebanyakan dari kita akan memilih untuk menjadi pegawai. Siapa yang tidak tergiur dengan gaji yang lumayan besar dengan kerja yang tidak menyita waktu 24 jam. Berbeda dengan menjadi RT yang harus bekerja selama 24 jam penuh. Namun dibalik ribuan warga yang memperubatkan untuk menjadi pegawai, tidak demikian dengan Syaifudin. Siapakan Syaifudin? AHMAD SOFI, Pontianak SEBAGIAN dari kita mungkin sudah kenal dengan sosok Syaifudin. Mungkin juga sebagian dari kita belum pernah mengenalnya. Syaifudin lahir pada 10 Juni 1963 di Pasuruan Jawa Timur. Dia menjadi mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi di Pontianak dan wisuda pada 1994 yang menyandang gelar Serjana Pertanian (SP).Sebelumnya dia sempat menjadi santri di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur. Setelah lulus dari bangku sekolah, Syaifudin hijrah ke Kalbar karena mendapat tugas dari pekerjaannya. Sesampainya di Kalbar, dia bertemu dengan Fini Rahayu dan mempersuntingnya. Dari hasil pernikahannya, Syaifudin dikarunia dua buah hati, Nada Aulia Finirsa dan Maura Aulia Finirsa. Saat ini Syaifudin menjabat sebagai ketua Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) pada Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Kalbar. Dia juga menjabat sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Namun meskipun kedua jabatan itu sudah dijabat tidak membuat dia bangga. Namun dia lebih bangga menjadi ketua RT. Menurut Syaifudin, menjadi ketua RT adalah profesi yang sangat mulia. Tidak semua orang mau menjabat profesi ini. Hanya orang yang berhati mulia lah yang mau benar-benar menjadi ketua RT. Itulah yang terjadi pada Syaifudin. Dia lebih senang jika dikenal sebagai ketua RT dibandingkan sebagai pegawai dan penyidik PNS. “Pak Walikota mengenal saya sebagai ketua RT sampah (ketua RT yang peduli terhadap sampah dan mengolahnya menjadi kompos), tapi saya senang meskipun Pak Walikota mengenal saya sebagai ketua RT daripada menjadi pegawai dan penyidik,” kata Syaifudin.Selain menjabat dua pekerjaan tersebut, Syaifudin juga menjabat sebagai ketua RT 05 RW 26 di Komplek Dwi Ratna III, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara. Pada tahun 2006, dia mulai menjadi ketua RT karena ditunjuk dan dipilih olah warga sekitar. Awalnya, menjadi ketua RT tidak pernah dia inginkan, mengingat beban yang dipikul sangat berat. Serta jika melihat dari perhatian dari pemerintah terhadap RT juga sangat kurang. Namun karena melihat kondisi komplek yang sangat banyak sampah serta kurang mendapat perhatian dari warga, hatinya tergugah untuk berbuat dan bertindak. “Meskipun ini bukanlah pilihanku sendiri, namun karena melihat kondisi komplek yang banyak sampah dan kurang terawat, hati saya tergugah. Sejenak saya berfikir, kalau bukan kita sendiri yang melakukan semua ini, siapa lagi,” ungkap katua RT yang pernah meraih juara Clean and Green City ini. Dari sejak dipilih menjadi ketua RT, Syaifudin merancang beberapa program untuk merubah dan memajukan komplek yang dia pimpin. Awalnya, dia mengaku sangat berat memimpin banyak orang apalagi menyatukan karakter dari latar belakang yang berbeda. Saat ini di RT 05 RW 26, ada 53 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 91 laki-laki dan 106 perempuan. Jumlah itu terdiri dari berbagai macam etnis serta perbedaan keyakinan. Untuk menyatukan karakter dari masing-masing enam etnis itu sangat berat; Melayu, Dayak, Bugis, China, Madura dan Jawa. Namun secara perlahan dia berhasil menyatukan karakter-karakter yang berbeda itu menjadi satu, yakni kebersamaan dan saling peduli. Setelah dia berhasil menyatukan karakter itu, kemudian mengajak warganya untuk merubah dan membangun kompleknya. Syaifudin tidak semerta-merta menyuruh warganya untuk berbuat dan bertindak. Namun terlebih dahulu dia sendiri yang mengerjakannya, sehingga warga mengikutinya. Salah satunya menjaga kebersihan lingkungan. Setiap habis Shalat Subuh, dia menyempatkan diri untuk bersih-bersih di lingkungan rumah. Kegiatan itu kemudian diikuti warga sekitar. Setelah warga ikut seperti apa yang dia lakukan, kemudian melanjutkan program lainnya yaitu, menghijaukan lingkungan. Kegiatan ini awalnya tidak didukung sepenuhnya oleh warga. Namun dengan memberdayakan anak-anak, dia berhasil mempengaruhi orang dewasa untuk menanam pohon di lingkungan rumahnya masing-masing.Tidak berhenti di situ. Syaifudin melanjutkan program berikutnya yaitu memberdayakan sampah menjadi berbagai souvenir yang bernilai ekonomis. Serta membuat kompos organik dari sampah. Program inilah yang akhirnya membuat RT ini menjadi juara lomba Clean and Green City pada tahun 2007. Itulah beberapa program yang telah dilaksanakan dan berhasil mengangkat RT 05 RW 26 Kelurahan Siantan Hulu. Tidak hanya itu, namun masih banyak lagi program-program lainnya. Membangun Posyandu, pembangunan rumah untuk warga kurang mampu, membentuk RT siaga dan masih banyak lagi program lainnya yang tidak dimiliki RT lainnya. Dia juga menyediakan majalah dinding untuk warganya. Dia mengklaim, kalau itu satu-satu mading yang dimiliki oleh RT yang ada di Kalbar, bahkan Indonesia. Dari keberhasilannya membangun dan merubah komplek yang awalnya kumuh dan sampah yang menumpuk, dia banyak menerima penghargaan di tingkat daerah dan nasional. Selain mendapat penghargaan karena menjadi juara clean and green city, juga menerima penghargaan dari Gubernur Kalbar Cornelis atas prestasinya.Selain itu, dia juga menjadi pegawai teladan nasional berkat daur ulang serta masih banyak lagi penghargaan lainnya. Bahkan belum genap dua bulan, tepatnya November 2011, dia mendapat penghargaan Satya Lencana 20 Tahun dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara berkat prestasinya. Syaifudin tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan penghargaan itu. Namun dia sangat bangga karena bisa merubah dan mengajak warga untuk membangun daerahnya sendiri. Selain program-program yang telah dilakukan, Syaifudin juga masih mempunyai keinginan untuk merubah persepsi orang-orang mengenai Pontianak Utara. “Dari prestasi dan penghargaan yang telah saya raih, saya ingin merubah persepsi orang-orang yang mengatakan ‘Siantan Texas-nya Pontianak’, kalau semua itu tidak benar. Namun itu hanya oknum saja, tidak semuanya,” harap Syaifudin.Selain itu, dia juga memperjuangkan perda dan payung hukum untuk ketua RT. Karena selama ini ketua RT kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Sehingga orang-orang banyak tidak mau menjadi ketua RT. Selama ini, jika RT yang berprestasi namun yang diberikan penghargaan malah lurahnya. Begitu juga dengan pejabat-pejabat lainnya. Syaifudin mengatakan, “Jika ingin menjadi pemimpin, terlebih dahulu jadilah ketua RT. Karena ketua RT mengetahui langsung apa yang terjadi pada warganya. Oleh karena itu, perhatikanlah para ketua RT,” tambah Syaifudin. Dia juga masih punya keinginan yang tidak lama ini akan direalisasikan, yaitu bank sampah. Bank sampah ini akan berfungsi untuk menampung dan memisahkan sampah. Sehingga tidak semua sampah bercampur. Untuk merangsang warga agar mendukung program ini, Syaifudin menghargai sampah yang dikumpulkan ke bank sampah. Sampah-sampah yang terkumpul akan dijadikan pupuk organik. Pupuk ini nantinya akan dijual dan dananya dijadikan uang kas RT. Semua yang dilakukan oleh Syaifudin ini semata-mata hanya karena ingin beribadah. “Tujuan saya menjadi ketua RT, semata-mata karena ingin beribadah. Tidak ada maksud yang lain,” jelas Syaifudin.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar