Sumber: http://tempointeraktif.com/ 14 Januari 2011
TEMPO Interaktif, Bandung -PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk., akan mengganti bahan bakarnya dari hasil pengolahan sampah milik PT Jasa Sarana. Bahan bakar alternatif itu sebagai pengganti batu bara.
Direktur Keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Christian Kartawijaya di Bandung, Jumat (14/1) mengatakan, hari ini kedua pihak meneken kerjasama dengan perusahaan daerah milik pemerintah Jawa Barat. ”Supaya kami bisa mempersiapkan studi kelayakan, bagaimana cara kerjasama dan pengeloalan sampah yang efisien,” kata Christian.
Kerjasama itu, bagian dari investasi perusahaan itu memakai teknologi CDM atau Clean Development Mechanism untuk mengurangi emisi karbon dalam produksi semennya. ”Indocement sudah punya fasilitas untuk membakar dan memanfaatkan pengolahan sampah tadi di pabrik kita, jadi kita bisa membuat Karbon Dioksida berkurang dengan cara sampah ini di convert supaya menjadi bahan bakar alternatif,” katanya.
Direktur Utama PT Jasa Sarana Soko Sandi Buwono memperkirakan studi kelayakan akan menelan biaya sekitar Rp 700 juta. Soal besarnya investasi termasuk pemilihan teknologi pemrosesan sampah itu akan dihitung lewat studi kelayakan itu. ”Kita sudah melakukan pertemuan 2-3 kali, persiapan untuk studi pendahuluan,” katanya.
Menurut Soko, hasil pembakaran sampah itu akan digunakan untuk memasok panas untuk Indocement. Adapun studi kelayakan dilakukan untuk menentukan teknologi yang digunakan. ”Ada yang jual panas, ada yang jual sampahnya, lagi dipilih yang tepat yang mana,” katanya.
Dia memperkirakan, pasokan sampah yang dibutuhkan untuk memasok panas untuk pabrik semen itu sekitar 3 ribu ton per hari. Sampah itu akan dikumpulkan dan diproses di lahan yang dipinjam-pakaikan Perhutani di Nambo, Kabupaten Bogor, seluas 100 hektare yang jaraknya hanya sekitar 3 kilometer dari pabrik semen Indocement di Cileungsi.
Gubernur Ahmad Heryawan mengatakan, fasilitas pemrosesan sampah regional di Nambo itu diperuntukkan untuk mengelola sampah asal Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor. Namun DKI Jakarta, Heryawan, juga tertarik memanfaatkannya. ”Jakarta dengan kapasitas penduduk sangat padat, sampah sangat banyak, belum tertampung utuh, jadi selain di Bantargebang, kita juga sediakan tampungannya (di Nambo),” katanya selepas menghadiri penandatangan kerjasama itu.
Heryawan mengatakan, pembangunan fasilitas pemrosesan sampah itu mengunakan skema PPP atau Public Private Partnership. PT Indocement, lanjutnya, akan menjadi pengguna dari hasil pemrosesan sampah fasilitas Nambo nantinya. Kerjasama Indocement dan Jasa Sarana ini, lanjutnya, untuk memastikan teknologi yang dipilih bisa dimanfaatkan produsen semen itu. ”Indocement akan beli (hasil pengolahan sampah itu) secara bisnis,” katanya.
Hasil studi kelayakan yang ditargetkan rampung 6 bulan lagi, papar Heryawan, akan diserahkan pada pemerintah provinsi sebagai bahan untuk mengumummkan tender untuk mencari investor yang berminat menggarapnya fasilitas pemrosesan sampah itu. Dia mensyaratkan, siapa pun investor yang memenangkan itu, Jasa Sarana sebagai perusahan daerah milik Jawa Barat punya saham di sana.
Sebelumnya dua perusahaan itu meneken kerjsama hari ini, Indocement juga sudah meneken kerjasama dengan Gubernur Jawa Barat, Bupati Bogor, dan Cibinong Center untuk membangun jalan akses sepanjang 5,5 kilometer menuju bakal lokasi tempat pemrosesan sampah regional di Nambo, Kabupaten Bogor. Jalan akses yang dibangun itu panjangnya 5,5 kilometer.
Heryawan mengatakan, jalan akses menuju Nambo akan dibangun tahun ini. Kabupaten Bogor dan Indocement kebagian tugas membebaskan lahan jalan akses itu. Indocement sendiri menggelontorkan Rp 153 miliar untuk pembebasan lahan itu. Sementara, pemerintah provinsi menggelontorkan Rp 50 miliar untuk membangun jalan akses itu. ”Biayanya cukup besar karena harus membangun jembatan sepanjang 30 meter, lebar jalannya sendiri 14 meter,” katanya.
AHMAD FIKRI
Sistem mekanis pengomposan adalah pengolahan mekanis dalam tabung komposter dan dapat memperoleh kompos setiap hari dan tidak butuh lahan yang luas (100-150 m2). Mesin ini berkapasitas 2-3 ton/hari dapat mengolah sampah organik sebanyak 8-10 m3 perhari, kapasitas sedang dan kecil juga dapat dilayani dengan dibawah 1 ton/hari sampai 100 kg/hari. Kami tawarkan kerjasama [engelolaan atau dengan sistem beli putus bila tertarik, hub kami 081384588749 atau WA: 081218234570
Entri Populer
-
Menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah , terdapat 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu: Pengurangan sampah (waste minimizatio...
-
JAKARTA (Suara Karya): Mengelola sampah warga DKI Jakarta saja sudah kewalahan, tetapi anehnya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Banta...
-
MENTERI Pertanian Suswono mengatakan, dengan kebijakan tersebut, diharapkan, penggunaan pupuk anorganik atau kimia oleh petani yang saat in...
-
GAMBIR (Pos Kota) – Pemprov DKI Jakarta mengajak Pemkot Tangerang dan Pemkot Tangsel bekerjasama mengolah sampah di tempat Pembuangan ...
-
Kebun Karinda 12 Desember 2010, pukul 9 pagi datang barisan sepeda motor dikendarai 40 karyawan “gardener” dari Mulia Group Property. Mereka...
-
Defenisi Kompos H asil penguraian dari campuran bahan-bahan organik oleh berbagai macam mikroba dengan kondisi lingkungan (temperatur ,...
-
FRANS AGUNG Sapi dimanfatkan betul kotorannya untuk pembuatan kompos organik, di daerah Desa Giri Mekar Kecamatan Cilengkrang, Bandung Jabar...
-
Tim peneliti dari University of Georgia berhasil mengembangkan cara baru memanfaatkan karbon dioksida di atmosfer dan mengubahnya me...
-
BUKU PANDUAN PROSEDUR PEMASANGAN, PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN MESIN KOMPOSTER RC-200 . ...
-
JAKARTA (KOMPAS) - Ribuan ton limbah plastik menggunung di Tempat Pembuangan Akhir Kota Madiun, Jawa Timur. Di tangan Tri Handoko, limbah p...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar