Entri Populer

Minggu, 11 Desember 2011

3 Proyek Olah Sampah Di DKI Perlu Diawasi Jika Gagal, Jakarta Terancam Banjir Besar Senin, 21 November 2011 , 08:55:00 WIB

Permasalahan sampah, merupakan salah satu persoalan yang masih melilit Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Banyak sungai yang berubah jadi tempat sampah raksasa. Kondisi ini makin diperparah dengan kebijakan pengadaan barang pengolahan sampah yang tidak transparan. Termasuk pada proses lelang kegiatan Jasa Pengolahan Sam­pah ITF Cakung Cilincing yang menelan biaya sebesar Rp 34 miliar. Anggaran ini, diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2011. Dana tersebut dialokasikan di Dinas Kebersihan Jakarta. Demikian penilaian yang diemukakan Ketua LSM Per­gerakan Transformasi (Patra), Prans Shaleh Gultom. Dia kha­watir, jika pe­ngelolaan sampah di Jakarta sudah bermasalah sejak dari awal. “Pelelangan yang dibuka Dinas Kebersihan DKI Jakarta jangan akal-akalan,” pinta Prans. Dia menyebut, aksi akal-akalan tender ini melanggar Undang Undang (UU) No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Seperti diketahui, Pemprov DKI mengembangkan program regionalisasi persampahan yang melibatkan daerah penyangga. Berkaitan hal ini, pemprov akan membangun pengolahan sampah dalam kota melalui tiga unit inter­mediate treatment facilities (ITF), atau tempat pengelolaan dalam kota. Yakni ITF Cakung Cilin­cing, ITF Marunda, dan ITF Sun­ter. Program ini amanat ren­cana pembangunan jangka me­nengah daerah (RPJMD) 2007-2012. Informasi yang diterima Rakyat Merdeka menyebutkan, ITF Cakung Cilincing diper­luas dari 4,5 hek­tare menjadi 7,5 hektar. Di­harapkan, ketika beroperasi pe­nuh pada 2012, ITF ini mampu me­ngolah sampah sebanyak 1.300 ton per hari. Sampah yang diolah menjadi kompos, bahan bakar pembangkit listrik berkapasitas 4,95 mega watt (MW) atau menghasilkan bahan bakar gas (BBG) sebesar 445.699 MMBTU. ITF Cakung Cilincing mene­rapkan teknologi mechanical biological treatment (MBT). Namun, proses pemba­ngunan­nya dilakukan secara bertahap. Per 1 Agustus 2011 sudah beroperasi mengolah sampah 450 ton per hari menjadi kompos. Per 1 Januari 2012 beroperasi me­ngolah sampah 600 ton per hari dengan teknologi MBT. Sampah tersebut diolah menjadi BBG per listrik, produk daur ulang dan kompos. Pada masa yang sama akan beroperasi pengolahan sampah 1.300 ton per hari dengan teknologi MBT. Sampah tersebut diolah menjadi BBG per listrik, produk daur ulang dan kompos. Sedangkan ITF Sunter yang berdiri di atas lahan 3,5 hektare, direncanakan mampu mengolah sampah sebanyak 1.200 ton per hari dengan teknologi waste to energy. Saat ini, ITF Sunter ber­operasi sebagai fasilitas pema­datan sampah stasiun peralihan antara Sunter (SPA Sunter). SPA Sunter berfungsi meng­efi­sienkan rotasi kendaraan angkut sampah, sehingga proses pengi­riman sampah ke Bantar Gebang, Bekasi tidak menambah macet jalanan Ibu Kota. Saat ini akan dilaksanakan tender yang lebih kurang me­makan waktu tiga bulan dengan skema Kerja sama pemerintah dan swasta (KPS) dalam penga­daan infrastruktur. Pola kerja samanya adalah build, operate, and transfer (BOT). Penan­datanganan kontrak direncanakan pada awal Januari 2012. [Harian Rayat Merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar