Entri Populer

Minggu, 11 Desember 2011

DKI dinilai perlu dorong industri pengelola limbah Oleh Nurudin Abdullah September 27, 2011 18:30

BISNIS INDONESIA-JAKARTA: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu mendorong pengembangan industri jasa pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun yang membutuhkan penanganan khusus karena sangat berbahaya jika menyebar ke lingkungan. Direktur Eksekutif The Indonesia Solid Waste Association Sri Bebassari mengatakan cukup besar jumlah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) padat mencapai 2% atau sekitar 130 ton per hari dari total sampah yang diproduksi Ibu Kota sebesar 6.500 ton per hari. “Kalau pemprov belum bisa sendiri mengelola limbah B3 padat, maka kami minta agar dapat memotivasi dan memfasilitasi siapa pun yang bersedia bergerak di bidang jasa pengolahan limbah tersebut,” katanya di Jakarta hari ini. Dia mengatakan hal itu seusai acara Penyerahan penghargaan pengelolaan lingkungan kategori baik dan sosialisasi program extended producer responsibility dalam pengendalian pencemaran limbah B3 yang digelar Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI. Menurut Bebasari kegiatan industri jasa pengelola limbah B3 seperti PT Arah Environmental Indonesia dan Pusat Pengolahan Limbah Industri B3, tidak hanya mengelola tetapi juga memberikan konsultasi tentang analisa mengenai dampak lingkungan. Dengan demikian, lanjutnya, keberadaan usaha jasa tersebut dapat membantu industri, farmasi dan gedung komersial dalam mengelola limbah yang bersifat berbahaya dan beracun yang diproduksi sehingga tidak membahakan lingkungan. “Sekarang pembakaran limbah B3 farmasi di lokasi klinik atau puskesmas masih ditolelir, tetapi harus benar-benar dikontrol, terutama emisi sisa pembakarannya. Lebih baik kalau diserahkan penanganannya kepada pihak yang lebih professional,” ujarnya. Sementara itu Business and Development Director PT Arah Environmental Indonesia Ahmad Liu mengatakan tengah mempersiapkan pengembangan usaha pengelolaan limbah B3 untuk memaksimal kapastias unit pengolahan sebesar 12 ton per hari yang kini baru terpakai 2 ton per hari. “Kapasitas unit pengolahan limbah B3 padat kami mencapai 12 ton per hari, tetapi sampai sekarang baru terpakai sekitar 2 ton per hari untuk limbah B3 farmasi dari 200 client kami di wilayah Jakarta dan daerah sekitar,” katanya. Ahmad mengatakan potensi bisnis jasa pengolahan limbah B3 padat di Ibu Kota cukup prospektif mengingat dari total produksi sampahnya 6.500 ton per hari sekitar 2% diantaranya mencapai 130 ton per hari merupakan limbah bersifat bahaya dan beracun tersebut. Apalagi, lanjutnya, di Jakarta masih banyak kegiatan usaha di Jakarta yang menghasilkan limbah B3 padat, yang menangani limbahnya sendiri dengan cara di bakar tanpa memperhatikan dampak emisi hasil pembakaran yang dapat mencemari lingkungan. “Seharunya pemerintah mendorong mereka agar tidak membakar sendiri limbahnya yang bersifat berbahaya dan beracun itu jika tidak mampu mengontrol tingkat pencemaran yang ditimbulkan oleh emisi hasil pembakaran itu,” katanya.(api)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar