Sistem mekanis pengomposan adalah pengolahan mekanis dalam tabung komposter dan dapat memperoleh kompos setiap hari dan tidak butuh lahan yang luas (100-150 m2). Mesin ini berkapasitas 2-3 ton/hari dapat mengolah sampah organik sebanyak 8-10 m3 perhari, kapasitas sedang dan kecil juga dapat dilayani dengan dibawah 1 ton/hari sampai 100 kg/hari. Kami tawarkan kerjasama [engelolaan atau dengan sistem beli putus bila tertarik, hub kami 081384588749 atau WA: 081218234570
Entri Populer
-
Feldspar dengan bahan kimia: Aluminium Silikat dengan rumus kimia kompleks (Na, K, Ca) AlSi3Og; SiO2 dengan kandungan 90-94% feldspar dan 6...
-
Kompos matang biasanya dilihat dari hasil uji rasio C/N. Namun uji ini harus dilakukandi laboratorium kimia. Sebenarnya ada cara yang se...
-
Saat ini telah tersedia mesin komposter yang dapat menghasilkan pupuk organik/kompos dengan kapasita...
-
by industri18jeny Judul: EFEKTIFITAS EFFECTIVE MICROORGANISME (EM) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK (October 7, 2011) Fi...
-
Jakarta 07/10/2011: - Guna mengurangi beban kerja TPST Bantar Gebang, Bekasi, akibat volume sampah yang semakin meningkat tiap hari, Pemerin...
-
BANDUNG - Tingginya animo publik terhadap mobil Esemka buatan pelajar SMK asal Solo, Jawa Tengah, membuat tim Cikal Institut Teknologi Bandu...
-
BANDUNG - Mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat mesin pencacah sampah organik. Hasil cacahan mesin ini bisa membua...
-
NURZAINAH GINTING NIP: 010228333 PENDAHULUAN Pengolahan limbah ternak merupakan salah satu upaya yang memberi manfaat banyak. Pad...
-
oleh Robert Adhi Ksp Sampah acapkali menjadi persoalan dalam sebuah kota. Namun jika kita pandai mengelolanya, sampah bukan lagi produ...
-
Menutup akhir tahun, kritik, refleksi, introspeksi dan lain sebagainya jamak dilakukan setiap insan bijaksana. Dengan begitu, di tahun y...
Kamis, 12 Januari 2012
Terhambat, Proyek Pengolahan Sampah di Bojong Jumat, 14 Mei 2010 - 16:31 WIB
BOGOR (Pos Kota) – Proyek pembagunan Tempat Pembuangan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Nambo, di Kecamatan Klapanunggal diprediksikan bakal menemui hambatan. Meski tak sekeras seperti Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terpadu (TPST) Bojong yang akhirnya gagal dibangun, tapi permasalahan di Desa Nambo jangan diangap enteng.
“Jujur saja, masih banyak warga yang menolak desanya dijadikan tempat pembuangan sampah, jika dibiarkan dikhawatirkan pihak-pihak tertentu akan memanfaatkan situasi ini seperti dirusaknya TSPS Bojong pada 2003 silam,” ungkap Camat Klapanunggal Agus Suherman, Jumat.
Untuk itulah, dia bersama Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Bogor akan kembali menggelar sosialisasi melibatkan tokoh masyarakat dari beberapa desa selain Nambo, di antaranya Desa Lulut, Bantar Jati dan Gunung Puteri. “Proyek ini apapun caranya harus sukses, karena ini salah satu solusi untuk mengatasi masalah sampah,” katanya.
Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Bogor Sumarli meminta dana sosialisasi Rp 500 juta yang dianggarkan Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PU dapat dimanfaatkan secara maksimal. “Meski pengelolaannya dananya diserahkan pihak ketiga, tapi bukan berarti DKP lepas tangan. Bagaimana DKP punya tanggungjawab mensukseskan TPPAS regional pertama di Jabar ini,” katanya.
la menegaskan gagalnya sosialisasi bakal berimbas tersendatnya pembangunan, padahal TPPAS ini kebutuhannya mendesak. Apalagi sejumlah TPA, seperti Galuga di Kecamatan Cibungbulang, Sukasirna di Kecamatan Jonggol dan Cipayung di Kota Depok tahun 2010 tidak lagi dijadikan TPA, sebab over kapasistas dan diprotes warga sekitar.
Sekedar untuk diketahui, luas TPPAS Nambo 100 Ha dan sebagian danaya disumbang ABPD Provinsi Jabar dan APBN. Pemkab Bogor menyiapkan anggaran Rp 13 miliar buat pembebasan lahan yang dijadikan jalan sepanjang 5,6 Km. Diproyeksikan beroperasi awal 2012 dengan daya tampung 350 ton sampah per hari yang berasal dari Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. (iwan/dms)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar