Entri Populer

Jumat, 12 Agustus 2011

PENIPISAN LAPISAN OZON, Adria Sukowati

PENIPISAN LAPISAN OZON

Sebab-sebab Penipisan Lapisan Ozon

Lapisan ozon menunjukkan adanya ozon di atmosfer. Stratosfer merupakan lapisan luar atmosfer dan terpisah dari troposfer (lapisan bawah) oleh tropopause. Karakteristik penting dari atmosfer adalah bahwa diseluruh troposfer, udara menjadi lebih dingin dengan semakin jauhnya jarak dari permukaan bumi. Gradien suhu ini berubah di tropopouse, dimana lapisan terbawah stratosfer lebih hangat dari daripada tingkat tertinggi troposfer. Kepentingan hubungan thermal ini adalah bahwa terdapat suatu lapisan lingkungan udara hangat diatas lapisan udara dingin. Karena udara panas naik, maka ada sedikit campuran udara di semua inversi suhu ini. Jika polutan masuk kedalam stratosfer, maka mereka cenderung tetap ada disana, sebagaimana mereka ada diatas hujan dan mekanisme-mekanisme lainnya yang dapat mengeluarkannya dari atmosfer. Gambar 6.1 memuat suatu diagram atmosfer, yang tidak di tarik menurut skalanya. Jika ditarik menurut skalanya maka tebal garis yang digunakan akan menutupi permukaan bumi.
Polutan yang paling merugikan mempengaruhi lapisan ozon adalah fluorocarbon, terutama yang mengandung chlorida/bromida. Bahan yang paling bertanggung jawab terhadap penipisan sebagian besar lapisan ozon adalah yang mengandung chlorida yaitu chlorofluorocarbon/CFC.
Bahan kimia ini menipiskan lapisan ozon dengan bertindak sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia yang merubah ozon (O3dan O1) menjadi oksigen (O2). Reaksi ini dipercepat dengan adanya kristal-kristal es di stratosfer yang merupakan salah satu dari sumber bagi kerugian besar ozon di Antartic( kehilangan sebesar 50-60%). Karena CFC bertindak sebagai katalis, maka mereka tidak dikonsumsi dalam reaksi yang merubah ozon menjadi oksigen, tetapi tetap ada di stratosfer dan terus menerus merusak ozon selama bertahun-tahun.

Akibat-akibat Penipisan Lapisan Ozon

Ozon di atmosfer bawah menyebabkan banyak kerugian berupa gangguan kesehatan, ekologi, dan pertanian. Berdasarkan hal itu bisa saja ada keheranan terhadap mengapa terdapat begitu banyak tanggapan tentang penipisan ozon stratosferik.
Perlu diketahui bahwa sementara ozon di atmosfer bawah yang menyebab kan kerusakan di atmosfer atas pendekatan ekonomi yang intensif Peter Bohm mengutarakan untuk menggunakan sistem deposit pembayaran kembali sebagai ganti penggunaan CFCs pada lemari es. Para ekonom lain berargumen bahwa CFCs mewakili masalah polusi udara, sehingga penggunaannya harus dilarang. Karena itu sebaiknya penggunaan CFCs harus diganti, sehingga eliminasi emisi relatif lebih rendah daripada kerusakan akibat emisi. Sebagai contoh penggantian CFCs harus dilakukan pada deodoran spray, sebagai bahan bakar, pada stick deodorant dan roll-on deodorant.
Gambar 6.2 adalah grafik nilai marginal pengurangan dan marginal kerusakann yang berhubungan dengan posisi harga dan keuntungan bagi emisi CFCs akibat penggunaan alat-alat semprot.
Jika biaya-biaya abatement yang disebabkan oleh tersedianya substitusi itu rendah, maka ini merupakan suatu kasus dimana tingkat emisi yang optimal dapat dicapai dengan insentif-insentif ekonomi.
Pada tahun 1970an dan 1980an tidak terlihat tingkat optimal emisi CFCs dari sumber lain (pelarut, pabrik, AC, kulkas) atau sama dengan nol. Tetapi salah satu hal yang menjadi semakin jelas adalah bahwa kebijakan tentang penipisan lapisan ozon tidak dapat dikembangkan lebih lanjut di USA saja. Karena penipisan lapisan ozon ini merupakan masalah global maka emisi-emisi CFCs dari negara-negara lain justru sama pentingnya dengan emisi-emisi di USA. Oleh karena itu kebijakan yang efektif harus dibuat dalam konteks kesepakatan internasional.
Penemuan lubang pada lapisan ozon diatas Antartic memacu penandatanganan kesepakatan internasional tentang bahan-bahan kimia yang mengikis lapisan ozon. Kesepakatan ini didasarkan atas keyakinan yang ditanggung bersama secara internasional bahwa emisi-emisi CFCs dan bahan-bahan lainnya menimbulkan kerugian lebih jauh secara berlebihan dari harga abatement , dengan tingkat optimal emisi harus sama dengan nol.
Tahun 1990 Montreal Protocol tentang bahan-bahan yang mengikis lapisan ozon ditandatangani, kesepakatan internasional ini menghendaki penghentian emisi CFCs pada tahun 2000 di negara-negara maju dan 2010 pada negara berkembang.
Penemuan-penemuan terakhir tentang parahnya masalah-masalah penipisan lapisan ozon telah membangkitkan dukungan untuk menegosiasikan Monteral Protocol agar memiliki batas waktu yang lebih cepat. Dupont Company, perusahaan terbesar didunia di bidang CFCs telah berkeinginan mengakhiri penjualan CFCs ke negara-negara maju tahun 1996. Kebijakan masa depan meliputi suatu penentuan tentang bagaimana secepatnya larangan CFCs ini dilakukan. Tapi sayang bahan-bahan lain yang ikut menipiskan ozon tidak diperhatikan..



Gas Rumah Kaca dan Iklim Global

Pemanasan global berhubungan dengan akumulasi berbagai gas yang ada di atmosfer. Gas-gas tersebut adalah carbon dioksida, methane, nitrogen oksida dan uap air, radiasi infra merah pada kondisi normal akan terhalang masuk ke bumi. Fenomena ini analog dengan rumah kaca buatan, karena kaca akan menghalangi masuknya sinar, tetapi penutupan permukaan tersebut dapat menimbulkan panas. Walaupun demikian , analog rumah kaca tersebut tidak dapat melukiskan apa yang sesungguhnya terjadi diatmosfer, seperti penyerpan panas diatmosfer. Gas rumah kaca yang ada saat ini di atmosfer bumi dan tidak adanya gas rumah kaca di bulan menyebabkan perbedaan temperatur antara di bumi dengan di bulan, walaupun jarak rata-rata ka matahari diantara keduanya adalah sama. Konsentrasi gas rumah kaca yang sangat tinggi di Venus dan tidak adanya gas rumah kaca di Mars juga menyebabkan perbedaan temperatur di Venus, Mars dan bumi.
Temperatur di bumi (di permukaan dan diatmosfer) selalu bergerak ke arah equilibrium. Jika equilibrium tidak tercapai antara jumlah panas yang masuk ke atmosfer dan yang meninggalkan atmosfer maka bumi akan selalu panas atau selalu dingin. Masuknya gas rumah kaca yang masuk ke atmosfer bumi berpengaruh terhadap keseimbangan (eqilibrium), karena molekul-molekul gas menyerap panas. Temperatur di permukaan bumi dan diatmosfer terus bertambah sampai mencapai keseimbangan baru. Jumlah panas yang masuk dan meninggalkan atmosfer tidak berubah, tetapi jumlah panas yang tersimpan di bumi dan diatmosfer terus meningkat. Kapasitas penyerapan panas diketahui dengan kekuatan radiasi dari gas tersebut. Jika gas rumah kaca berkurang maka kekuatan radiasi juga berkurang dan keseimbangan baru juga terbentuk pada suhu yang lebih rendah.
Perdebatan tentang pemanasan global seputar sumber emisi antropogenik dari gas-gas rumah kaca yang secara signifikan meningkatkan temperatur global, berbeda dengan suhu dari sumber-sumber alamiah.
Uap air penting sebagai gas rumah kaca di atmosfer bumi, kandungannya kira-kira 1% dari total gas. Karbon dioksida memiliki konsentrasi rata-rata 0,04%. Gas rumah kaca yang lain adalah methan, nitrogen oksida dan chloroflourcarbons (CFC-11 dan CFC-12). Gas-gas tersebut merupakan emisi antropogenik kecuali uap air.

Sumber-Sumber Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca dari emisi antropogenik berasal dari beberapa sumber. Untuk memahami emisi carbon dioksida yang penting bagi gas rumah kaca perlu memahami siklus karbon.
Siklus carbon menggambarkan pergerakan carbon dari atmosfer ke permukaan bumi. Di permukaan bumi, carbon disimpan dalam biomass pada setiap organisme. Carbon diokesida juga larut dalam air permukaan, hal ini juga terjadi pada laut. Carbon dioksida terkumpul sebagai carbon ketika tanaman tumbuh, dan carbon dioksida terkumpul sebagai carbon dalam jaringan tubuh tanaman. Contoh: sebuah tanaman kira-kira kira-kira mengandung carbon sebanyak 50% dari berat. Ketika hewan memakan tanaman, carbon tertransfer dari biomass tanaman menjadi biomass pada hewan. Ketika tanaman atau hewan mati, mereka akan terurai dimana kombinasi antara carbon dengan denganoksigen akan membentuk carbon dioksida, dimana CO2 akan kembali ke atmosfer, CO2 diserap pada tumbuhan baru berkembang.
Aktivitas antropogenik, seperti pembakaran bahan bakar atau hutan mempengaruhi keseimbangan siklus karbon, dan menyebabkan bertambahnya CO2 di atmosfer. Bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam berasal dari sisa fosil tanaman pada zaman pra sejarah. Bahan bakar tersebut menggambarkan kandungan karbon, dan pembakarannya mningkatkan kandungan CO2 diatmosfer. Begitupula ketika hutan di tebangi, tak terkecuali kandungan carbon yang terdapat pada produk kayu (furniture, kertas dll) akhirnya terbagi-bagi dan carbon dilepaskan ke atmosfer sebagai CO2. Kurang lebih 50% dari biomass pada tanaman menjadi kandungan dalam kayu atau produknya, perusakan hutan berupa penebangan dan pembakaran, maka semua carbon berubah menjadi CO2 dan efek rumah kaca semakin nyata. Ketika hutan ditanami kembali, CO2 diambil/dimanfaatkan kembali dari atmosfer. Implikasi ini merupakan tantangan yang signifikan bagi lingkungan dalam penggunaan bahan bakar biomass. Contohnya: jika membakar ethanol (yang dihasilkan oleh kayu atau sawah) daripada bensin, ini akan mereduksi secara signifikan emisi CO2. Walaupun pembakaran bahan bakar melepaskan CO2, pembakaran bensin menggambarkan pelepasan kandungan karbon. Saat pembakaran ethanol dari tanaman mempresentasikan siklus karbon. Walaupun hutan alam yang dewasa terdiri dari biomass yang lebih banyak per acre dibandingkan dengan hutan yang baru ditanami. Konversi dari hutan alam dewasa menjadi “energy plantation” disimpulkan dapat meningkatkan CO2 di atmosfer.
Penanaman hutan baru dapat mereduksi CO2 di atmosfer. Proses ini disebut dengan proses berkelanjutan dari carbon.
Methane (CH4) dihasilkan dari berbagai sumber alamiah dan antropogenik. Sumber alamiah termasuk wetlands, dan areal lainnya, dimana pembusukan bahan organik terjadi secara anaerob. Sumber antropogenik termasuk dari hewan yang mema,mah biak, emisi dari batubara dan minyak serta sumur gas alam. Peningkatan konsentrasi gas methan di atmosfer memungkinkan terjadinya perubahan kimia atmosfer.
Nitrogen oksigen (N2O) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan biomass, selain itu dihasilkan pula dari penyubur tanah.
Sumber chloroflourcarbons (CFCs) dan ozon depletion dibahas sebelumnya. Berkaitan dengan CFCs dan ozon, yang termasuk sumber penghasilnya adalah refigerator, AC dan pembuatan foam dan solvent.


Apakah Temperatur Global Meningkat ?

Pertanyaan tentang peningkatan iklim global merupakan pertanyaan yang kontroversial, karena tidak dapat dijawab semata-mata hanya berdasarkan data yang tercatat saja.
Hal ini dirasakan sulit untuk menyimpulkan data temperatur yang tercatat pada stasiun metereologi sejak abad ke 19. Alasannya adalah bahwa stasiun pemantau cuaca berlokasi di sekitar bumi bagian utara yang sebagian besar adalah laut. Sejak efek dari global warming dirasakan pada beberapa lokasi, sehingga dirasakan sangat penting untuk memasang alat pengukur suhu dibeberapa tempat. Badan meteorologi di kota-kota mempublikasikan peningkatan radiasi suhu di wilayah urban. Sebagai indikator dalan efek rumah kaca adalah peningkatan suhu pada daerah urban. Berdasarkan hasil konsensus bersama, menyatakan bahwa pemanasan sekitar 0,5oC disebabkan oleh emisi CO2 pada 100 tahun yang lalu, sehingga dirasakan sangat berpengaruh terhadap efek global warming.
model tentang iklim sering digunakan untuk memprediksi implikasi dari emisi gas rumah kaca. Prediksi ditekankan pada pemanasan akibat akumulasi emisi CO2 di atmosfer (dikenal dengan CO2-fertilizer effect). Carbon dilepaskan ke atmosfer baik didarat maupun di laut , dimana hal ini dapat meningkatkan efek rumah kaca dan berdampak pada global warming. Walaupun demikian para ahli belum mengetahui secara pasti role dari pelepasan carbon. Ada satu asumsi yang menyatakan bahwa efek terus menerus dan emisi CO2 dapat merusak terhadap fungsi pelepasan carbon. Untuk saat ini kapasitas pelepasan sampai dengan penyerapan karbon tidak diketahui.
Aktivitas antropogenik yang lain mungkin dapat meningkatkan efek dari global warming. Emisi dari partikulat, seperti aerosol sulfate (aerosol adalah partikulat yang sangat halus dari dari pada partikulat suspended di atmosfer). dapat menghalangi sinar matahari, dimana ini sangat berdampak pada pendinginan permukaan.
Keraguan tentang pendapat yang berkaitan dengan waktu pemanasan dan emisi carbon masih merupakan pertentangan. Kemungkinan peningkatan suhu dimulai sejak tahun 1940-an.
Salah satu studi tentang global warming dilakukan oleh National Research Councils Board of Atmosferic Science and Climete, dimana memprediksi (berdasarkan peningkatan duakali lipat CO2 di atmosfer) pemanasan mencapai (1,5-4,5) oC (NAS, 1991). Schneider (1991) memperdalam tentang prediksi perubahan iklim global dan predikasi keberadaannya. Schneider percaya bahwa prediksi global sangat kuat tetapi bagaimana terjadinya perubahan akan terdistribusi secara regional.
Studi lanjut oleh Wigley dan Rapier mengadopsi dugaan efek pemanasan. Mereka memprediksi pemanasan dari tahun 1990 sampai 2100 dengan peningkatan CO2 di atmosfer duakalinya akan meningkatkan suhu antara (1,7-3,8)oC. Prediksi ini berada diantara prediksi yang dilakukan oleh National Research Council, tetapi batas bawahnya lebih tinggi. Perbedaan utama dari ke dua studi ini adalah dalam studi yang dilakukan oleh Wigley dan Rapier menghitung juga total carbon yang bergabung dengan CO2 fertilization dari tanaman sedangkan dalam penelitian National Research Council tidak memasukkannya. Hal ini menjelaskan bahwa begitu banyak konsentrasi CO2 yang tidak terdeteksi jumlahnya.

Perubahan Lingkungan Global
Walaupun efek peningkaatan CO2 positif bagi tanaman, hal ini tidak Berarti peningkatanm jumlah panenan.Alasannya adalah tidak hanya pertumbuhan tanaman pangan yang meningkat dengan bertambahnya CO2, tetapi juga pertumbuhan tanaman pesaing (gulma). Percobaan terkendali yang mengukur respon pertumbuhan terhadap CO2 tidak menampilkan data efek yang berhubungan antara tanaman pangan terhadap gulma .Juga peningkatan suhu dan presipitasi mungkin meningkatkan populasi binatang penganggu, yang akan mempunyai efek negative pada panenan.
Contoh lain dari keadaan tidak sengaja kedua efek positive dan negative adalah pada rasa nyaman orang. Orang akan merasa kurang nyaman pada musim panas bukan hanya karena peningkatan suhu , tetapi karena jumlah dari lamanya gelombang panas yang diperkirakan akan meningkat. Meskipun demikian orang akan lebih nyaman opada musim dingin.Pemanasan global meningkatkan kebutuhan AC, tetapi menurunkan kebutuhan pemanas rumah.
Naiknya permukaan laut murni negative, dengan tanpa satupun efek posotif yang ada. Maka laut menyebabkan kehilangan pesisir walau kenaikan muka laut (10-100 cm) jauh berkurang daripada kenaikan sebesar 3 m yang diprediksikan 10 tahun yang lalu. Kominasi kenaikan muka laut dan peningkatan intensitas badai yang diprediksi berhubungan dengan pemanasan global akan menyebabkan kehilangan pesisir karena erosi, yang berarti kehilangan bangunan, pantai dan habitat rawa.

Konsekuensi Ekonomi dari Pemanasan Global

Banyak konsekuensi ekonomi dari pemanasan global yang diramalkan dengan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim, sejak efek perubahan iklim terjadi bertahap melewati lebih dari kurun waktu 100 tahun. Contohnya, ketika muka laut naik, bangunan terdekat dengan pantai dapat didepresiasi dan bangunan baru dapat dibangun lebih jauh ke darat. Pilihannya, bendungan atau tembok pantai dapat dibangun mengitari seluruh pulau. Seperti, strategi adaptif dalam pertanian. Lebih banyak tanaman jenis yang tahan panas dapat dikembangkan, dan tanaman lain dapt ditanam. Bila sebagian daerah menjadi tidak layak untuk pertanian, maka kegiatan pertanian dapat pindah ke daerah yang lebih cocok.
Strategi yang sama berlaku pada kehutanan.Jika iklim berubah maka spesies sebagian hutan tidak lagi sesuai untuk temperatur dan pola hujan, pohon dapat dipanen lebih awal dan lebih banyak spesies yang dapat ditanam. Meskipun panen dini dapat mengarah pada kehilangan keuntungan, tampaknya menjadi relative lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan total.
Beberapa studi diusakan untuk menghitung secara langsung efek pemanasan global dengan GDP atau pendapatan nasional. Contoh Nordhaus (1991) memperkirakan dampak tahunan dari peningkatan dua kali lipat CO2 atmsoferik terhadap perekonomian Amerika. Dia menemukan bahwa perkiraan rata-rata mendekati 6.2 miyar dollar (1981), yang merupakan 0.26 % pendapatan nasional. Penguraian sektoral dampak ini terdaftar pada tabel 6.3. Cline memprediksi dampak yang lebih besar yaitu 2 % pendapatan nasional, tapi hasil yang diperolehnya termasuk definisi dampak yang lebih luas, termasuk dampak non-pasar, mereka akan kira-kira konsisten dengan pekerjaan Cline.
Meskipun diskusi di atas dapat diinterpretasikan menerapkan konsekuensi pemanasan global tidak berat, keadaan ini sebaiknya tidak dibuat untuk berbagai alasan, termasuk pembatasan kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim dan kemungkinan „kejutan“. Seperti diperagakan di bawah, konsekuensi pemanasan global dapat lebih berat daripada pendapat yang diberikan.


Faktor-Faktor yang Mungkin Membuat Konsekuensi Ekonomi Pemanasan Global Lebih Berat

Diskusi sebelumnya menyarankan bahwa konsekuensi pemanasan global mungkin bisa diringankan dengan kemampuan adaptasi. Walaupun, sebab kerapatan populasi yang lebih besar, kurangnya akses terhadap teknologi baru, kepercayaan yang lebih besar terhadap produksi primer ( pertanian, kehutanan, dan lainnya) dan pengaruh luar lainnya, kemungkinan untuk adaptasi mungkin secara substantif kurang keberadaannya di negara berkembang.
Satu bagian aspek pemanasan global yang kelihatannya cukup mahal adalah efek kenaikan muka air laut pada Negara Dunia Ketiga. Banyak negara pulau mungkin kebanjiran secara penuh dibawah skenario kenaikan muka laut yang masuk akal. Tambahan pula, beberapa area dateran rendah yang padat penduduk , seperti delta sungai Bangladesh dan Mesir ( dihuni 10 juta orang) mungkin akan seluruhnya berada di bawah permukaan air. Cost bagi orang atas kehilangan tanah dan rumah akan menjadi sangat besar, sebagian karena disana adalah tanah yang sempit di negara Banglades dan Mesir. Negara berkembang sebagian tidak dapat menerima pengungsi dari negara dunia ketiga pada beberapa puluh tahun yang lalu, dengan berkembangnya isu kenaikan muka laut pengungsian akan terjadi. Penderitaan dari pengungsi nanti, efek penurunan kestabilan politik pada negara yang terkena dan tetangganya, dan cost relokasi pengungsi dapat menjadi biaya utama yang berhubungan dengan pemanasan global.
Hal lain yang adaptasinya sepertinya tidak mendapat pengurangan yang penting adalah sistem alam. Sementara langkah perubahan iklim global relativ lambat bagi standar manusia, itu sangat cepat bagi standar alam. Contoh, ketika suhu global berubah di Amerika Utara ( kemajuan glacier dan mundurnya), hutan berubah. Ketika suhu meningkat, hutan pinus di Selatan bergeser ke Utara dan ketika temperatur turun hutan tanaman keras di Utara berpindah secara bertahap ke Selatan. Perbahan ini dapat tergantikan karena perubahan temperatur relatif lebih lambat dibandignkan dengan tingkat pertumbuhan hutan. Binatang juga berpindah ke zona habitat dan ikilm yang lebih mereka pilih.
Perubahan iklim berhubungan dengan efek rumah kaca yang relatif lebih cepat. Efek utama akan tergantikan dalam masa hidup satu individu pohon. Hal ini langkah yang terlalu cepat bagi hutan untuk melakukan seleksi alamiah. Lagipula, migrasi spesies tanaman dan hewan dihalangi oleh jalan, tanah pertanian, kota, dan desa. Spesies yang tidak beruntung dengan pergantian iklim mungkin akan menghilang sebagaimana kemampuan mereka untuk menyesuaikan terhambat oleh penghalang.
Jesse Ausabel berpendapat bahwa kerusakan paling signifikan dari pemanasan global mungkin berada pada kerusakan sistem alami, terutama sistem alam yang mendapat tekanan dari interkasi terhadap sistem manusia. Sumber daya air merupakan contoh utama. Pemanasan global mungkin akan mengarah pada pengeringan California Selatan dengan berkurangnya hujan dan dari pengurangan salju musim dingin di pegunungan karena peningkatan temperatur. Sistem tata air di California Selatan sudah tertekan dengan pengambilan dan eksploitasi berlebihan. Stres selanjutnya dapat mengarah pada kerusakan yang menimpakan implikasi pada jutaan orang.

Pentingnya Kejutan

Salah satu alasan untuk menghindari sikap optimis tentang konsekuensi potensial perubahan iklim global adalah konsekuensi yang tidak terprediksi. Kejutan ini dapat datang kepada kita sebagai jawaban dari keberadaan yang mungkin dari efek awal.
Ada dua tipe permulaan dengan respek terhadap emisi pencemar. Tipe pertama adalah permulaan bila emisi tidak menimbulkan kerusakan sampai awal dilampaui dan kerusakan dimulai. Tipe kedua adalah awal dimana perubahan batas pada emisi mengarah kepada pertumbuhan kerusakan yang sedikit sampai peningkatan kerusakan yang sangat besar. Adalah yang terakhir yang mungkin relevan dengan pemanasan global, meskipun tipe yang pertama penting dalam beberapa situasi.
Satu contoh untuk type ambang yang terakhir adalah jika pemanasan global berjalan sampai pada titik dimana daerah tundra mencair. Bila hal ini terjadi, penguraian organic secara anaerobic akan melepaskan metana yang , yang akan menambah intensifikasi pemanasan global.
Kemungkinan kedua akan muncul jika temperature berubah menjadi cukup kuat untuk melelehkan es penutup kutub . Tidak hanya akan menjadi peningkatan muka laut , tapi juga tenggelamnya es akan mengurangi jumlah cahaya yang direfleksikan dari bumi. Pengurangan refleksi akan menjadi peningkatan absorpsi panas yang dapat meningkatkan pemanasan global.
Baik pelelehan tundra dan tenggelamnya puncak es di kutub dapat diklasifikasikan sebagai umpan balik positif. Umpan balik positif Berarti efek tidak langsung dari perubahan yang menintensifkan efek langsung perubahan.
Tipe lain dari efek ambang dibicarakan oleh Gore, akan muncul bila iklim berubah akamn merubah arus laut. Jika arus teluk berhenti mengalir dan memindahkan air hangat di Selatan ke daerah yang lebih dingin di Utara, sebagian besar Eropa akan mengalami suhu yang lebih dingin daripada tempat lain pada daerah lintang Utara yang sama. Contohnya, iklim di Inggris, akan lebih mirip dengan Newfoundland, dengan kemungkinan periode panjang tutupan es di Atalantik, Laut Utara, dan pelabuhan-pelabuhan laut Norwegia.
Efek ambang dari tipe pertama ( tidak ada kerusakan sampai batas tertentu terlampaui) mungkin akan muncul dalam contoh sebuah lingkungan green house. Sebagai contoh, pemanasan global mungkin meningkatkan suhu musim panas pada beberapa daerah dealam beberapa derajat. Hal ini dengan sendirinya merupakan efek yang berbahaya bagi pohon dan tanaman lain. Meskipun, penambahan sedikit rata-rata temperatur mungkin dihubungkan dengan peningkatan panjang atau frekuensi datangnya musim panas, yang akan menyebabkan stress dan mematikan tanaman yang sensitif terhadap panas.


Kebijakan Pemanasan Global

Ada banyak karakteristik masalah pemanasan global yang membuatnya secara substantif berbeda dengan masalah lingkungan lainnya. Hal ini
temasuk :
1. Perlunya kesepakatan dengan banyak polutan berbeda ( semua gas rumah kaca) secara simultan
2. Pemisahan sementara antara emisi dan kerusakan
3. Ketidakpastian tingkat tinggi berada pada baik pengertian secara kelimuan atau dampak fisik dan pengertian ekonomis tentang cost dan benefit.
4. Kepentingan relative dari isu yang setara, baik lintas generasi dan lintas Negara.
5. Kebutuhan untuk mencapai kerjasama internasional.

Keterkaitan dengan Banyak Polutan yang Berlainan

Walaupun penyebab utama efek rumah kaca adalah CO2, kebijakan tidak harus hanya focus kepada CO2. Sebagai contoh, adalah lebih murah untuk memperhatikan konsentrat pada penurunan emisi CFC ( terutama karena masalah penipisan ozon) tau emisi metana. Pada batasny, orang ingin mengurangi gas rumah kaca yang paling rendah biayanya untuk dikurangi. Walaupun, orang dapat melihat pada biaya penurunan emisi 1 kg CO2 dibandingkan dengan biaya mereduksi N2O atau CFC-11 atau CH4. Alasan untuk ini adalah setiap gas rumah kaca mempunyai tingkat kekuatan radioaktif yang berbeda. Dan setiap gas rumah kaca mempunyai umur di amtomsfer.
Dalam rangka mencoba mengukur ekivalen dari gas-gas rumah kaca yang berbeda, IPCC ( Intergoverment Panel on Climate Change) mngembangkan konsep global warming potential index (GWPI). Konsep ini dengan GWPI adalah membandingkan daya radiasi pada waktu hidup atmosferik suatu gas dengan daya radiasi untuk 1 kilogram CO2 sebagai patokan. Perbandingan ini dalam bentuk rasio dimana CO2 sebagai denominator. Didefinisikan GWPI CO2 sama dengan 1. Potensi pemanasan global oleh gas rumah kaca berkurang karena meluruhnya gas di atmosfer. Gambar 6.3 memperlihatkan waktu tempuh gas rumah kaca yang hipotetis. Gas ini lebih mudah penggambarannya dibanding yang lain, dan membutuhkan pembicaraan tentang kimia atmosfer. Total gas potensi pemanasan global digambar berada dibawah garis waktu tempuh (integral waktu tempuh). Indek potensi pemanasan global suatu gas hipotetis sama dengan integral waktu tempuh untuk suatu gas dibagi dengan integral waktu tempuh CO2.
Penggunaan indeks yang berdasarkan integral masih diperdebatkan, saat indeks ini dipakai untuk suatu daya radiasi pada titik waktu tertentu ia akan identik dengan daya radiasi pada titik waktu lainnya. Karena gas-gas yang berbeda memiliki ukuran waktu tempuh yang berbeda maka penentuan waktu menjadi penting. Bahkan saat tingkat social discount sama dengan nol, pengukuran waktu menjadi sangat penting.
Sebagai contoh, setiap satu kilogram methan berkaitan dengan efek panas yang lebih tinggi daripada CO2, tapi CO2 berada di atmosfer lebih lama. Dampak pemanasan global adalah fungsi dari kemampuan menentukan perubahan, semakin panas maka akan semakin banyak kerusakannya. Dua gas mungkin punya total daya radiasi yang sama tapi mempunyai waktu tempuh yang berbeda.
Pada gambar 6.4 Gas A adalah gas dengan waktu hidup lebih singkat dengan efek panas yang kuat, seperti methan. Sedangkan gas B adalah gas dengan efek panas yang lemah. Meskipun memiliki total potensi panas yang sama, panas gas A terjadi lebih awal dan menghasilkan kerusakan yang lebih luas dibanding gas B. Indeks potensi pemanasan global tidak bisa menentukan ekivalensi antar semua gas rumah kaca, karena kesukan yang ditimbulkan tidak sama tetapi hanya total panas yang sama sepanjang waktunya.
Pembagian kerusakan yang terkait dengan tingkat pemanasan global yang telah ditetapkan merupakan fungsi waktu saat pemanasan terjadi dan kerapatan pemanasan global, ini masih butuh pembicaraan lebih lanjut. Ketergantungan waktu dan kerusakan yang ditimbulkan dipengaruhi oleh faktor: pertumbuhan penduduk, perkembangan teknologi, perubahan dan pertumbuhan ekonomi, perubahan nilai dan gaya hidup. Tingkat pemanasan global suatu negara terkait dengan tingkat kerusakan yang berbeda dengan tingkat permanasan global di negara yang berbeda. Kesukan juga berupa fungsi kecepatan saat pemanasan global terjadi, karena kemampuan untuk beradaptasi tergantung padanya.
Meskipun indeks potensi pemanasan global dibuat untuk mengukur efek relatif gas-gas rumah kaca yang berbeda, tapi tidaklah terkait dengan penentuan waktu karena tidak ditujukan untuk mengukur kerusakan sosial akibat emisi.
Indeks ini dinyatakan sebagai perkiraan efek rumah kaca relatif untuk gas-gas yang berbeda. Saat ini belum saatnya untuk menggunakan sistem komputasi terintegrasi pajak atau mengizinkan penggunaan gas rumah kaca.
Bagaimanapun sejak GWPI memberikan indikasi relatif gas-gas berbda yang penting, tabel 6.4 berisi 1992 GWPI untuk gas rumah kaca utama.
Tiga perbedaan ditampilkan pada table 6.4. Mereka untuk 50,100,dan 500 tahun, ketika jumlah tahun sesuai dengan periode waktu dengan total kekuatan radiokatif dijumlahkan. Contohnya, jika total kekuatan radiasi 50 tahun, setiap kilogram methane mempunyai 20 tahun dampak pemanasan . Bila dampak diukur melebihi 500 tahun, index yang sesuai adalah 4. Perhatikan bahwa pemanasan glonal relative berkaitan dengan gas peluruh ozon ( CFC, HFCFC, HFC,CCl4). Juga perhatikan bahwa GWPI sebuah gas meningkat sejalan dengan waktu, gas tersebut mempunyai waktu hidup yang lebih lama dibanding CO2. Jika GWPI turun dengan meingkatnya pertambahan waktu, waktu hidup gas di atmosfer lebih rendah dari CO2.

Konvensi Perubahan Iklim

Pada Mei dan Juni 1992, sejumlah pertemuan global tentang lingkungan dilakukan di Rio de Jainero yang dikenal dengan Rio Summit. Diantara hasilnya adalah perstujuan internasional tentang perubahan iklim global disebut Konvensi Perubahan Iklim yang salah satu penenda tangannya adalah USA. Keputusan utama konvensi ini adalah kesepakatan penstabilan emisi pada level 1990 dengan target pelaksanaan pada masing-masing negara. US tidak menetapkan batas waktu pelaksanaan meskipun negara berkembang menetapkan untuk tahun 2000. Fakta-fakta penting tentang kesepakatan ini: pertama, pembentukan Konferensi Peserta (COP=Conference of Parties) sebagai badan tempat melaporkan rencana pengurangan emisi gas rumah kaca. Kedua, peralatan untuk mengurangi gas rumah kaca akan dikembangkan di semua negara. Ketiga, ketidaktentuan ilmiah tidak sebagai alasan untuk mengurangi rencana emisi, yang butuh diskusi lebih lanjut. Konvensi ini tidak lah mengabaikan ketidaktentuan ilmiah ini tapi kebijakan harus dikembangkan pada hal ini di masa mendatang. Ini hal yang penting karena semakin lama masa hidup CO2 di atmosfer dan gas rumah kaca serta perubahan dasar akibat pemanasan global menyebabkan perubahan lingkungan yang tidahk terbalikan. Hal ini harus menjadi perhatian dalam menghadapi ketidaktentuan dan kesalahan dalam penurunan emisi. Penurunan emisi dengan drastis tidaklah terlalu penting, tapi usaha penurunan emisi terkait pemanasan global haruslah segera dilakukan untuk mengatasi segala permasalahan yang diperkirakan oleh para ahli. Jika dalam perkembangannya nanti permasalahan berkurang maka kita mengurangi batasan emisi. Sedangkan jika permasalahan semakin rumit maka kita harus mencegah gas-gas rumah kaca diemisikan ke atmosfer.
Walau konvensi ini menghasilkan tentang tingkat emisi tapi tidak berdasarkan pada pertimbangan cost dan benefit dibandingkan kepentingan politik peserta. Meskipun stabilisasi pada tingkat 1990 pada tahap awal, penurunan hingga di bawahnya kedepan dapat dijamin dan informasi terkini akan dibutuhkan sehingga usaha penurunan emisi akan lebih mudah.

Alat-alat Kebijakan untuk Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Alat ini diperlukan untuk memenuhi kondisi berikut:
1. Kerusakan yang sama akibat emisi untuk setiap gas rumah kaca.
2. Biaya abatement yang sama dalam usaha pengurangan kerusakan akibat setiap gas rumah kaca.
3. Biaya abatement sama untuk setiap penghasil polutan
4. Biaya pengurangan kerusakan akibat pemanasan global sebanding dengan kerusakan yang dikurangi.
Ini menjamin bahwa kita punya banyak kesempatan untuk menurunkan biaya dalam menghadapi pemanasan global. Tapi hal ini masih belum jadi perhatian kita dibandingkan dengan emisi SO2 yang disebabkan masih kurangnya kebijakan yang mendukung kondisi ini.
Kondisi 1 akan sulit dipenuhi karena masih kurangnya pengetahuan tentang ukuran kerusakan yang terjadi dan ketergantungannya akan waktu. Sama susahnya membuat indeks potensi pemanasan global. Untuk kondisi ke-2 juga begitu jika kita mengetahui efek rumah kaca terhadap kesejahteraan masyarakat kita akan sangat mudah untuk menetapkan pajak pencemaran atau izin pemasaran bahan bebas polusi. Dan penggunaan biaya tersebut akan menjamin terpenuhinya kondisi ke-3. Dan kondisi ke-4 tidak akan bisa terpenuhi jika kondisi-kondisi sebelumnya tidak terpenuhi.
Pengembangan kebijakan dalam pemanasan global yang efisien tergantung kepada pengetahuan yang lebih tentang fungsi kerusakan yang tidak sementara.
Meskipun efisiennya kebijakan tergantung pada informasi yang tersedia, bukan berarti kita tidak bisa berbuat sesuatupun sampai informasi didapatkan. Para ahli ekonomi berpendapat bahwa pengendalian emisi gas rumah kaca harus sesegera mungkin dilakukan karena kecendrungan fenomena tidak terbalikan dan luasnya kerusakan pemanasan global. Nordhaus (1991) membuat daftar beberapa kebijakan yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Meningkatkan pengetahuan dan kepahaman kita tentang penyebab dan dampak pemanasan global, termasuk dampak ekonomi, sehingga kita dapat kebijakan yang cocok untuk diterapkan.
2. Melakukan penelitian untuk menemukan teknologi baru yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, dulunya hal ini jarang dilakukan oleh investor karena keuntungan dari teknologi tersebut lebih sedikit dibandingkan jika hasil penelitian dimanfaatkan pihak lain yang tidak berinvestasi dalam hal ini, dan karena tidak adanya pengahargaan dari pasar bagi produk yang kurang emisi gas rumah kacanya.
3. Memulai kebijakan ‘no regret’, yaitu tidak ada penyesalan jika seandainya pemanasan global yang kita khawatirkan tidaklah terjadi seperti yang kita perkirakan.
Nordhaus mengatakan bahwa 3 langkah ini sudah cukup untuk dilakukan saat ini, tapi mungkin saja hal yang lebih buruk terjadi terkait dengan perubahan iklim. Jika ini terjadi maka sebaiknya diterapkan pajak bagi setiap emisi gas rumah kaca yang diekivalenkan dengan emisi CO2. Hal ini akan menyebabkan harga bahan bakar akan turun dan tidak menimbulkan efek yang luas, bahkan penetapan pajak ini akan memberikan keuntungan jaringan utnuk ekonomi global meskipun hanya keci sekali.
Jika kesepakatan internasional menuntut penngurangan emisi yang ketat, maka harus ada sejumlah izin dalam pemasaran harus ditetapkan. Hal ini didasarkan pada; izin pemasaran akan memungkinkan perdagangan antar negara untuk mendapatkan keuntungan yang berarti; Juga sebagai mekanisme kompensasi bagi negara berkembang yang ikut merreduksi emisi. Pemberian izin dibatasi pemberiannya kepada negara-negara dunia ketiga yang dapat menjualnya kepada negara berkembang dan negara berkembang aka mendapatkan biaya penyerapan karbon melalui reboisasi.

Kesimpulan

Pemanasan global dan pengikisan lapisan ozon merupakan masalah lingkungan yang penting yang berbeda dari masalah polusi konvensional karena jauhnya jarak waktu antara emisi dan dampaknya, masa hidup polutan yang lama di atmosfer, dan kompleksitas hubungan ilmiah membutuhkan pengembangan kebijakan untuk menjawab pertanyaan yang rumit.
Sebagai masayarakat global kita menghadapi bahaya pengikisan ozon oleh bahan kimia daibanding gas rumah kaca. Kesepakatan internasional menyerukan pelarangan penggunaan bahan kimia tertentu penyebab pengikisan ozon. Kesepakatan internasional tentang pemanasan global dengan tingakat emisi stabilisasi 1990 tidak menetapkan waktu berlakunya. Perbedaan pendekatan kesepakatan internasional ini dipengaruhi oleh hasil perkiraan dampak akibat pengikisan lapisan ozon lebih besar. Tapi meskipun keuntungan pengontrolan pemanasan global lebih kecil, tapi banyak pendapat yang menyarankan adanya kebijakan pengontrolan emisi gas rumah kaca sesegera mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar