Entri Populer

Kamis, 28 April 2011

KOMPOSISI SAMPAH OLEH UI

DINAS-KEBERSIHAN Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (PSTL FTUI) menyerahkan hasil penelitian mengenai timbulan dan komposisi sampah warga Jakarta di TPST Bantargebang. Riset yang dimulai pelaksanaannya pada akhir bulan Juli hingga Agustus lalu itu kini telah rampung dan dipaparkan dihadapan Kepala serta para penjabat di lingkungan Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Kamis (4/11).

Koordinator Tim Peneliti, Evi Novita, mengharapkan, hasil riset ini dapat melengkapi database sektor persampahan di Jakarta. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa komposisi jenis sampah di TPST Bantargebang terdiri dari sampah organik 67%, plastik 17%, kertas 6%, logam 0,4%, karet 1,5%, tekstil 7%, kaca 0,9%, dan lain-lain 0,5%.

Evi menjelaskan, dibandingkan data penelitian terakhir tahun 2005 lalu, komposisi sampah organik tahun 2010 kali ini naik sekitar 2%. Namun, trend peningkatan yang signifikan justru ada pada jenis sampah plastik. Pada riset tahun 2005, sampah plastik di TPST Bt.gebang hanya sebesar 13,3%, tapi kini telah mencapai 17%. “Kurang lebih 1.250 ton sampah yang masuk ke TPST Bantargebang setiap harinya adalah plastik. Ini merupakan jenis sampah yang membutuhkan waktu lama untuk terurai,” papar Evi lagi.

Evi menambahkan, perlu adanya upaya penggunaan bahan plastik yang mudah teroksidasi atau terurai dengan proses alami. “Terutama untuk plastik kresek yang jumlahnya cukup tinggi,” tuturnya. Evi juga menekankan perlunya adanya peningkatan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi sampah dan memanfaatkan sampah yang masih dapat didaur ulang. Pemilahan sampah, terang Evi, juga sebaiknya dilakukan di sumber sehingga dapat mempertahankan kualitas material yang masih dapat didaur ulang.

Mencermati perubahan trend komposisi sampah ini, Pengamat Lingkungan Perkotaan, Iwan H. Wardhana, mengungkapkan, kenaikan kuantitas sampah plastik di TPST Bantargebang sebesar hampir 4% adalah sebagai indikasi adanya perubahan perilaku dan pola konsumsi warga masyarakat kota Jakarta yang cenderung lebih memilih penggunaan plastik dibandingkan media berbahan lain yang lebih ramah lingkungan.

Sedangkan dominannya komposisi sampah organik di DKI Jakarta yang mencapai 67%, Iwan menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta hendaknya segera mensikapinya dengan memanfaatkan sampah organik melalui fasilitas teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan untuk dibangun di dalam kota, seperti teknologi Mechanical Bio Treatment (MBT) maupun Bio-Methanisasi.

Sampah organik tersebut diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga nantinya hanya sisa buangan hasil olahan sampah (residu) yang dikirim ke lokasi akhir. Pembangunan fasilitas pengolahan sampah di dalam kota Jakarta tentunya nantinya akan membantu meringankan beban volume sampah di lokasi akhir secara signifikan.

Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kebersihan, Eko Bharuna, mengatakan, Dinas Kebersihan sangat mengapresiasi penelitian yang dilakukan PSTL UI. Laporan ini, kata Eko, dapat menjadi salah-satu bahan naskah akademis penyusunan Perda Masterplan Kebersihan Jakarta. “Namun, tentu penelitiannya harus dilanjutkan dan diperdalam. Tidak hanya mengukur komposisi sampah di hilir saja, tetapi juga di hulu,” katanya.

Eko juga memaparkan, Pemprov DKI Jakarta sudah menyiapkan draft Perda dan Pergub mengenai pengelolaan sampah di Ibukota, sebagai petunjuk teknis dan petunjuk pelaksaaan UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. “Karena Peraturan Pemerintah (PP)-nya belum selesai disusun Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), proses ini terhambat. Kami tidak mau nanti hasilnya bertentangan,” terangnya.
Terkait penanggulangan sampah plastik, Eko menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta juga berupaya mengurangi penggunaan plastik tidak ramah lingkungan dengan mengkampanyekan penggunaan plastik Biodegradable. Atau, plastik yang mudah terurai melalui proses alami.

Salah-satu programnya, lanjut Eko, dengan memberikan penghargaan kepada pengusaha ritel yang telah menggunakan kantong belanja ramah lingkungan. Pada kesempatan Hari Peduli Sampah Nasional 2010, kata Eko, Pemprov berkerjasama dengan INSWA (Indonesia Solid Waste Association) memberikan penghargaan kepada 23 pengusaha ritel. “Tahun depan kita targetkan 40 peritel yang menggunakan kantong belanja ramah lingkungan,” katanya. Bahkan, lanjut dia, kedepan DKI Jakarta akan membuat Peraturan Gubernur tentang pembatasan penggunaan plastik tidak ramah lingkungan.

PSTL UI dalam melakukan penelitian komposisi sampah di TPST Bantargebang ini didukung oleh 6 (enam) perusahaan yang tergabung dalam Partnership on Packaging Waste dimana Indonesia Business Links (IBL) berperan sebagai fasilitator. Perusahaan-perusahaan yang bergabung dalam kemitraan ini adalah Unilever Indonesia, Indofood Sukses Makmur, Danone Indonesia, Coca Cola Indonesia, Tetra Pak dan Nestle Indonesia.

Sementara itu, Andrew Jansen dari IBL, mengatakan IBL dalam hal ini berupaya membangun kemitraan multi pihak, antara lembaga swadaya masyarakat (LSM), perguruan tinggi, pemerintah, dan dunia usaha di Indonesia. “Kita fokus membangun kesadaran akan bisnis yang beretika, termasuk juga membangun kepedulian dunia bisnis terhadap kelestarian lingkungan,” tambahnya.

IBL merupakan organisasi nirlaba dimana di dalamnya bergabung perusahaan-perusahan besar kelas dunia yang memiliki kepedulian akan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan hidup dalam menjalankan kegiatan usahanya. Organisasi ini didirikan tahun 1998 sebagai bentuk kepedulian dunia usaha saat itu agar terbentuk dunia usaha yang bersih dan bertanggung jawab dalam menjalankan usahanya di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar