Entri Populer

Kamis, 28 April 2011

MENGOLAH SAMPAH MENJADI BERKAH

Setiap hari rumahtangga kita menghasilkan sampah, baik organik, anorganik maupun B3. Akankah sampah ini menjadi lawan yang menimbulkan masalah, ataukah kita jadikan kawan yang memberikan manfaat bagi kehidupan?  

  Umumnya orang beranggapan bahwa sampah merupakan benda kotor, bau dan menjijikkan. Karena itu harus segera dibuang jauh-jauh agar tidak mengotori halaman kita. Di antara kita pun belum banyak yang menyadari bahwa sampah jika dikelola dengan tepat bisa menjadi berkah. Atau setidaknya dapat menjadi ungkapan terima kasih kita pada bumi yang telah banyak memberi.

  Sebagai khalifah Allah di muka bumi kita mengemban tugas menjaga dan memelihara kesuburan bumi. Sayang, tak sedikit di antara kita yang tanpa disadari justru berbuat sebaliknya: merusak dan mencemari bumi. Setelah menikmati hasil yang disuguhkan oleh bumi, kita membuang sisanya dalam bentuk sampah secara semena-mena. Ada yang mencoba menyelesaikan sampahnya dengan membuangnya ke sungai. Dalam waktu sekejap, sungai penuh dengan sampah. Pada musim penghujan penumpukan sampah di sungai ini segera  mendatangkan musibah banjir dengan segala dampak ikutannya, seperti munculnya berbagai penyakit yang disebarkan oleh serangga dan binatang pengerat.

  Untuk membantu mengatasi permasalahan sampah yang merupakan masalah kita bersama tiada lain adalah dengan mengubah pola pikir dan perilaku kita. Bukan saja dengan tidak membuang atau memusnahkan sampah secara sembarangan, melainkan dengan mengelola sampah di rumah kita sendiri. Namun mengubah perilaku yang selanjutnya menjadi kebiasaan sehari-hari tidak mudah, perlu waktu dan kesabaran. Dorongan dan pendampingan  perlu dilakukan secara terus menerus tanpa mengenal lelah.

  Saya dan suami – Bapak Djamaludin Suryohadikusumo – berupaya mencari langkah penyelesaian masalah sampah rumahtangga.  Bersyukur di samping halaman rumah kami, ada lahan tidur seluas ± 300 m2 yang dipinjamkan oleh pengembang perumahan tempat tinggal kami di Perumahan Bumi Karang Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Lahan ini kami olah menjadi Kebun Karinda (singkatan dari Karang Indah), sarana pelatihan pembibitan dan pengomposan.   

  Di kebun ini ada:
-   Saung seluas 60 m2  untuk penyuluhan yang dapat memuat 40-50 peserta.
-   Rumah kompos seluas 40 m2 , terdapat berbagai model wadah pengomposan untuk sampah dapur dan sampah halaman.
-   Taman bunga, petak-petak contoh tanaman obat, sayuran
-   Pembibitan tanaman pelindung, tanaman hias, sayuran dan tanaman obat.  

  Sejak berdirinya tanggal 28 Januari 2006 sampai akhir tahun 2009 Kebun Karinda sudah dikunjungi lebih dari 8000 orang yang mengikuti penyuluhan atau sekedar studi banding. Selain dari DKI, Banten, Jabar, Jateng, DIY dan Jatim, mereka juga berasal antara lain dari NAD, Kalteng, Kaltim, Bali, Sulsel dan Papua. Tidak hanya  dari Kelurahan /RW/RT, PKK, LSM, pemerintahan, pesantren, kelompok pengajian, jemaat gereja tetapi juga dari institusi pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMU dan mahasiswa.

  Agar kegiatan pengelolaan sampah khususnya pengomposan berkelanjutan, kami memelihara jaringan komunikasi dengan mereka melalui telepon, SMS maupun email. Harapan kami masyarakat yang melakukan pengelolaan sampah di sumbernya makin bertambah.  

Bagaimana masyarakat berperanserta?
  Dengan disahkannya Undang Undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, payung hukum sudah ada. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Paragdima lama dalam pengelolaan sampah adalah: Kumpul – angkut – buang. Paradigma baru sesuai dengan UU No. 18/2008 diubah menjadi Pilah – kumpul – kelola.
 
  Memilah di rumah adalah langkah awal bahkan kunci sukses mengolah sampah. Memilah adalah mengelompokkan dan memisah sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. Rumahtangga adalah sumber sampah, di DKI komposisi sampah organik sekitar 65%, sampah anorganik 25-30% dan Bahan Berbahaya Beracun (B3) 5-10%.

  Sampah organik yang segar dan lunak (sisa sayuran yang tidak layak dimasak, kulit buah-buahan) bisa dibuat kompos dengan komposter rumahtangga. Sampah anorganik yang masih bisa didaur ulang akan diambil pemulung, sisanya oleh petugas kebersihan diangkut ke TPS.  

Membuat kompos tidak sulit dan mengasyikkan
  Membuat kompos tidak sulit. Salah satu model komposter rumahtangga yang praktis adalah keranjang takakura. Keranjang cucian bagian bawahnya dilubangi beberapa buah, diberi alas bantalan yang dibuat dari jaring plastik dan diisi sabut kelapa, bagian tepi diberi kardus untuk menyerap air dan mempertahankan kehangatan, dan diisi aktivator yaitu kompos yang setengah matang. Sampah organik yang sudah dicacah dimasukkan ke dalamnya, dan diaduk merata. Kemudian ditutup dengan bantalan serupa. Setiap hari ditambahkan sampah organik yang baru dan diaduk merata. Setelah 1 bulan adonan akan menjadi kompos yang bagus.

  Komposnya kami gunakan untuk memupuk berbagai tanaman di halaman. Wah, hasilnya sungguh menakjubkan. Berkat kompos tanaman tumbuh subur dan lingkungan menjadi lebih asri. Bunga-bunga bermekaran, mengundang kupu-kupu beterbangan yang membuat pemandangan lebih indah. Udara menjadi lebih segar karena oksigen yang dihasilkan oleh pohon-pohonan pelindung.

  Kegiatan mendaur ulang sampah organik ini juga mengasyikkan. Mengamati proses perubahan sampah menjadi kompos membuat kita mengagumi kebesaran Allah. Inilah salah satu cara kita mensyukuri nikmatNya. Dengan mengolah sampah menjadi kompos kita mengembalikan lagi pada bumi apa-apa yang telah kita nikmati. Kita mendapatkan berkah berupa kenikmatan yang dapat diukur hasilnya adalah sekian kg kompos. Atau penghematan uang untuk membeli sayuran atau obat karena menanam sayuran dan tanaman obat dengan dipupuk kompos.

  Dengan demikian manfaat pengelolaan sampah rumah tangga berupa aspek:
-  Sosial yaitu tambahan penghasilan, penghematan dan lapangan kerja.
-  Ekonomi, menjadikan sampah sebagai sumberdaya menghasilkan pupuk organik.
-  Lingkungan yaitu berperanserta membantu Pemerintah mangatasi persoalan sampah dan lingkungan.  

Model Pengelolaan Sampah Organik di Perumahan
  Pemanfaatan lahan tidur di kompleks perumahan untuk dijadikan taman interaktif sosial yang dilengkapi dengan Rumah Kompos dapat mengatasi masalah sampah di perumahan. Sampah yang dipilah di setiap rumah, jika warga tidak bersedia mengolah sampah organiknya menjadi kompos, diangkut oleh petugas kebersihan ke tempat pengomposan komunal. Tentu saja gerobak sampahnya harus diberi sekat. Dengan pemilahan di sumbernya, di taman ini tidak ada timbunan sampah organik yang berbau maupun sampah anorganik yang berserakan. Sampah organik pada hari yang sama langsung dibuat kompos, sedangkan sisa (residu) sampah anorganik dan sampah B3 diangkut ke TPS.

  Sarana pengomposan yang dikelola oleh Komite Lingkungan RT  dapat menambah penghasilan petugas kebersihan, dan mengisi kas RT. Peranan Pengurus RT/RW, tokoh masyarakat dan PKK sangat besar untuk memotivasi warga dan memberikan keteladanan agar kegiatan ini berkelanjutan.

  Pembaca yang memerlukan penjelasan teknis pengomposan dapat melakukan penelusuran di internet melalui kata pencarian: kebun karinda atau djamaludin kompos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar