ITF merupakan teknologi pembakaran sampah modern yang menghasilkan asap sangat ramah lingkungan.
Untuk mengurangi beban Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, yang menampung sampah hingga 6.500 ton per hari, Pemprov DKI berupaya membangun tempat pengolahan sampah terpadu di dalam kota dalam bentuk Intermediate Treatment Facility (ITF).
Untuk mengurangi beban Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, yang menampung sampah hingga 6.500 ton per hari, Pemprov DKI berupaya membangun tempat pengolahan sampah terpadu di dalam kota dalam bentuk Intermediate Treatment Facility (ITF).
Direncanakan dibangun tiga ITF di dalam kota yaitu ITF Sunter, ITF
Cakung Cilincing dan ITF Marunda. Khusus, ITF Sunter ditargetkan bisa
mereduksi sampah hingga 95 persen.
Dari pembangunan tiga ITF tersebut, baru ITF Sunter yang memasuki proses lelang. Sedangkan dua ITF lainnya masih sedang dalam tahap pengkajian. Ketiganya akan dibangun dengan teknologi yang ramah lingkungan dan mengurangi residu cukup banyak sehingga lingkungan sekitar tetap sehat.
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo (Foke) dalam kunjungan kerja ke lokasi ITF Sunter, Jakarta Utara, Jumat (6/7) mengatakan teknologi di ITF Sunter adalah teknologi incinerator. Teknologi pembakaran sampah dengan teknologi modern yang tidak menghasilkan asap beracun, melainkan sangat ramah lingkungan.
“Mengapa bakar sampah saja musti ruwet banget? Karena kita tidak ingin bakar sampah begitu saja dilakukan di pemukiman warga. Selain asap yang mengganggu pernapasan warga, juga tidak ramah lingkungan. Karena residu yang dihasilkan masih banyak dan menghasilkan gas beracun,” kata Foke.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna mengatakan teknologi incenarator merupakan teknologi dinilai lebih tepat dengan pertimbangan luas lahan yang tersedia hanya 3,05 hektar. Incinerator dinilai memiliki beberapa kelebihan seperti kemampuan mereduksi sampah mencapai 95 persen, kemampuan menghasilkan listrik yang tinggi dan berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan serta sudah teruji dibanyak negara Eropa dan Asia.
“Saat ini sedang dilaksanakan tender dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta dalam pengadaan infrastruktur. Pola kerjasamanya build, operate, and transfer (BOT). Kami akan lakukan tender ini secara transparan dan akuntabel,” kata Eko.
Dalam kunjungan tersebut, Foke melihat presentasi cara kerja teknologi incenarator dalam mengolah sampah dengan membakar sampah tersebut.
Presentasi yang disampaikan Planner Dinas Kebersihan DKI, Yogi Ikhwan, menyatakan di dalam ITF Sunter ada tiga komponen utama dalam pengolahan sampah. Ketiga komponen tersebut adalah incinerator, environmental control equiptment dan powerplant.
“Sampah yang disimpan kemudian dimasukkan ke dalam ruangan yang panasnya hingga 1.000 derajat celcius. Sampah yang terbakar akan menyisakan abu dan logam. Kemudian gas yang dihasilkan dari pembakaran sampah disaring lagi untuk pemisahan partikel-partikel berbahaya. Setelah disaring, maka gas yang sudah aman dan tidak beracun itu akan dikeluarkan dari tabung setinggi 25 meter,” kata Yogi.
Yogi menjelaskan, teknologi incinerator merupakan teknologi yang mengubah sampah menjadi energy. Antara lain mampu mereduksi sampah hingga 95 persen, sisa sampah atau residu dapat digunakan untuk reklamasi lahan atau bahan baku paving block dan memiliki efek pengurangan gas rumah kaca, juga mampu menghasilkan energy listrik sekitar 10 megawatt.
Dari pembangunan tiga ITF tersebut, baru ITF Sunter yang memasuki proses lelang. Sedangkan dua ITF lainnya masih sedang dalam tahap pengkajian. Ketiganya akan dibangun dengan teknologi yang ramah lingkungan dan mengurangi residu cukup banyak sehingga lingkungan sekitar tetap sehat.
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo (Foke) dalam kunjungan kerja ke lokasi ITF Sunter, Jakarta Utara, Jumat (6/7) mengatakan teknologi di ITF Sunter adalah teknologi incinerator. Teknologi pembakaran sampah dengan teknologi modern yang tidak menghasilkan asap beracun, melainkan sangat ramah lingkungan.
“Mengapa bakar sampah saja musti ruwet banget? Karena kita tidak ingin bakar sampah begitu saja dilakukan di pemukiman warga. Selain asap yang mengganggu pernapasan warga, juga tidak ramah lingkungan. Karena residu yang dihasilkan masih banyak dan menghasilkan gas beracun,” kata Foke.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna mengatakan teknologi incenarator merupakan teknologi dinilai lebih tepat dengan pertimbangan luas lahan yang tersedia hanya 3,05 hektar. Incinerator dinilai memiliki beberapa kelebihan seperti kemampuan mereduksi sampah mencapai 95 persen, kemampuan menghasilkan listrik yang tinggi dan berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan serta sudah teruji dibanyak negara Eropa dan Asia.
“Saat ini sedang dilaksanakan tender dengan skema kerja sama pemerintah dan swasta dalam pengadaan infrastruktur. Pola kerjasamanya build, operate, and transfer (BOT). Kami akan lakukan tender ini secara transparan dan akuntabel,” kata Eko.
Dalam kunjungan tersebut, Foke melihat presentasi cara kerja teknologi incenarator dalam mengolah sampah dengan membakar sampah tersebut.
Presentasi yang disampaikan Planner Dinas Kebersihan DKI, Yogi Ikhwan, menyatakan di dalam ITF Sunter ada tiga komponen utama dalam pengolahan sampah. Ketiga komponen tersebut adalah incinerator, environmental control equiptment dan powerplant.
“Sampah yang disimpan kemudian dimasukkan ke dalam ruangan yang panasnya hingga 1.000 derajat celcius. Sampah yang terbakar akan menyisakan abu dan logam. Kemudian gas yang dihasilkan dari pembakaran sampah disaring lagi untuk pemisahan partikel-partikel berbahaya. Setelah disaring, maka gas yang sudah aman dan tidak beracun itu akan dikeluarkan dari tabung setinggi 25 meter,” kata Yogi.
Yogi menjelaskan, teknologi incinerator merupakan teknologi yang mengubah sampah menjadi energy. Antara lain mampu mereduksi sampah hingga 95 persen, sisa sampah atau residu dapat digunakan untuk reklamasi lahan atau bahan baku paving block dan memiliki efek pengurangan gas rumah kaca, juga mampu menghasilkan energy listrik sekitar 10 megawatt.
Penulis: Lenny Tristia Tambun/ Murizal Hamzah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar