JAKARTA – Rata-rata volume sampah yang dihasilkan warga DKI Jakarta
setiap hari mencapai 6.525 ton atau 29.344 meter kubik. Dari volume itu,
sebagian besar merupakan sampah organik (55,37 persen). Sedangkan
sampah non organik 44,63 persen.
Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, dan daun-daun kering. Sedangkan sampah non organik, misalnya
kaleng, plastik, dan besi.
Sedangkan sumber sampah, sektor yang menjadi penyumbang terbesar
berasal dari pemukiman, yakni 52,9 persen. Disusul perkantoran sebesar
27,35 persen, industri sebesar 8,97 persen, sekolah sebesar 5,32 persen,
pasar sebesar 4 persen, dan sektor lainnya seperti sampah di jalan atau
di sungai mencapai 1,4 persen.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna
mengatakan pemerintah terus berupaya menangani masalah sampah.
Program pengelolaan sampah melalui konsep 3R yaitu reduce
(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (memanfaatkan
kembali) yang digalakkan Pemprov DKI Jakarta dinilai mulai membuahkan
hasil.
Sebab, sejak diterapkan tahun 2007, cara ini berhasil mereduksi
sampah sebesar 7 persen dari total volume sampah DKI sebesar 29.344
meter kubik per hari atau 6.525 ton per hari.
Meski demikian, penurunan volume sampah yang tertimbun per hari itu
masih belum memenuhi target yang ditetapkan. Sebab, dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2007-2012, pengurangan sampah
harus dapat mencapai 12-15 persen.
“Masih kurang sekitar 5 hingga 8 persen lagi untuk mencapai target
hingga 2012 mendatang. Masih ada waktu tiga tahun lagi untuk mencapai
target itu,” kata Eko Bharuna.
Sedangkan Kepala Departemen Pemberdayaan Regional Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (Walhi) Erwin Usman menilai Pemprov DKI telah gagal
dalam mengimplementasikan UU Nomor 18/2008 tentang pengelolaan sampah.
Erwin menilai sosialisasi konsep reduce, reuse, dan recycle tidak efektif di tingkat masyarakat. (VIVA
Sistem mekanis pengomposan adalah pengolahan mekanis dalam tabung komposter dan dapat memperoleh kompos setiap hari dan tidak butuh lahan yang luas (100-150 m2). Mesin ini berkapasitas 2-3 ton/hari dapat mengolah sampah organik sebanyak 8-10 m3 perhari, kapasitas sedang dan kecil juga dapat dilayani dengan dibawah 1 ton/hari sampai 100 kg/hari. Kami tawarkan kerjasama [engelolaan atau dengan sistem beli putus bila tertarik, hub kami 081384588749 atau WA: 081218234570
Entri Populer
-
JAKARTA. Meski pupuk organik disinyalir bisa meningkatkan kualitas produksi pertanian, namun hingga saat ini penggunaan pupuk organik di tin...
-
Menggerakkan masyarakat untuk melakukan sesuatu aksi atau tindakan disebut kampanye. Mengajak mengolah sampah organik menjadi kompos tidak m...
-
Tim peneliti dari University of Georgia berhasil mengembangkan cara baru memanfaatkan karbon dioksida di atmosfer dan mengubahnya me...
-
BUKU PANDUAN PROSEDUR PEMASANGAN, PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN MESIN KOMPOSTER RC-200 . ...
-
Menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah , terdapat 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu: Pengurangan sampah (waste minimizatio...
-
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan melekat dalam sanubari, apakah itu kebiasaan baik maupun buruk. Mendaur ulang sampah organik ruma...
-
KOMPAS/RATIH P SUDARSONO Darul (26), salah seorang dari tiga pekerja di instalasi pengolahan sampah Pasar Cisarua tengah memasukan pupuk org...
-
JAKARTA (Suara Karya): Mengelola sampah warga DKI Jakarta saja sudah kewalahan, tetapi anehnya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Banta...
-
MENTERI Pertanian Suswono mengatakan, dengan kebijakan tersebut, diharapkan, penggunaan pupuk anorganik atau kimia oleh petani yang saat in...
-
GAMBIR (Pos Kota) – Pemprov DKI Jakarta mengajak Pemkot Tangerang dan Pemkot Tangsel bekerjasama mengolah sampah di tempat Pembuangan ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar