Selain membangun berbagai fasilitas pengolahan
sampah berbasis teknologi modern, Pemprov DKI Jakarta juga giat
mengembangkan pengolahan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce,
reuse, dan recycle). Hal ini sesuai amanat UU 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, Pasal 12 dan 13 yang mengatur ketentuan kewajiban
menyediakan fasilitas pemilahan sampah.
Ketua TP PKK DKI Jakarta,
Tatiek Fauzi Bowo mengatakan, untuk mengatasi persoalan sampah di ibu
kota memang menuntut keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, termasuk
masyarakat. "Salah satunya, penyediaan fasilitas pemilahan sampah (3R).
Aktifitas ini bertujuan mengambil manfaat ekonomi dari sampah.
Implementasinya dapat dikelola dalam bentuk bank sampah di lingkungan
sekitar tempat tinggal warga," ujar Tatiek, Selasa (22/5).
Senada
dengan Tatiek, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna
menuturkan, pengolahan sampah secanggih apapun di tempat pengolahan
akhir (TPA) akan berkurang efektifitasnya, jika sampah tidak dikelola
sejak dari sumber. "Melalui Program 3R kita budayakan warga untuk
melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah, sehingga kandungan sampah
yang masih mempunyai nilai manfaat dapat didayagunakan," kataEko.
Pasal
22 UU 18/2008, dikatakan Eko, secara tegas, mengamanatkan kegiatan
penanganan sampah melalui Program 3R, yang terdiri dari pengurangan
sampah (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan pendaur ulangan sampah (recycle).
Saat ini, sambungnya, Pemprov DKI dan Badan Legislasi Daerah (Balegda)
DPRD DKI Jakarta tengah membahas Raperda Pengelolaan Sampah. Nantinya,
perda ini akan mengatur secara teknis mengenai pengelolaan sampah di ibu
kota, termasuk juga ketentuan pengelolaan sampah di sumber.
Salah
satu langkah yang ditempuh Dinas Kebersihan untuk meningkatkan kegiatan
3R dan bank sampah, lanjut Eko, pihaknya secara rutin mengelar
pelatihan-pelatihan dan penyuluhan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
dengan modul yang telah disiapkan Dinas Kebersihan. Pelatihan ini
diberikan antara lain kepada warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat
Peduli Lingkungan (Formapel), Persatuan Wanita Betawi (PWB), dan
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Kader Kebersihan tersebut
akan menjadi fasilitator dan motivator aktifitas 3R di lingkungan
masing-masing. "Diharapkan Kader Kebersihan ini akan menjadi
perpanjangan tangan Dinas Kebersihan DKI di tingkat RW untuk menggalakan
program penanganan sampah berbasis masyarakat. Mereka secara
operasional menjadi bagian dari Lembaga Masyarakat Kelurahan (LMK) serta
PKK di tingkat RW masing-masing," tandas Eko.
Di Jakarta, saat
ini tersebar puluhan bank sampah atau bank daur ulang sampah. Sebagai
contoh di RW 12, Kelurahan Kebayoranlama, Jakarta Selatan. Dikatakan
Ngasimun, ketua RW setempat sekaligus penanggungjawab Bank Sampah Soka
12 mengatakan, kegiatan bank sampah-nya mampu mereduksi hingga 30 persen
sampah yang dihasilkan warga. "Saat ini terdapat 98 anggota aktif bank
sampah kita, mereka secara swadaya mengantarkan sampahnya ke Bank
Sampah. Setelah kita timbang, kita catatkan di buku tabungan. Per tiga
bulan, baru kita bayarkan," kata Ngasimun.
Sampah-sampah
tersebut, kata Ngasimun, diolah sesuai jenisnya. Untuk sampah organik
dilakukan komposting dengan mesin ataupun manual. "Ibu-ibu kader
kebersihan juga giat membina warga untuk membuat kompos di rumah
masing-masing," kata dia. Sedangkan untuk sampah anorganik, diolah
menjadi bahan kerajinan tangan seperti tas, dompet, dan hiasan dinding.
"Khusus sampah ban bekas dari bengkel-bengkel di sekitar sini, kita buat
jadi pot bunga. Itu yang kita jejerkan di sepanjang jalan lingkungan
untuk penghijauan, pupuknya pun dari kompos yang kita hasilkan," tambah
Ngasimun.
Selain di lingkungan, kegiatan 3R juga digalakan di
sekolah-sekolah. Salah satunya di SMAN 12 Jakarta. Di sekolah ini,
kegiatan 3R masuk dalam kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Lingkungan Hidup.
Guru Mata Pelajajaran Mulok Lingkungan Hidup SMAN 12, Teti Suryati
menuturkan, salah satu standar kompetensi yang diajarkan ke siswanya
adalah memahami tehnik pengelolaan limbah padat. "Seperti praktek
membuat kompos, lubang biopori, daur ulang kertas dan mengubah plastik
kemasan menjadi berbagai jenis kerajinan. Prakteknya pun tidak hanya di
sekolah, tapi juga di rumah siswa masing-masing, sehingga turut
mengedukasi keluarganya," ucapnya.
Bahkan, kata Teti, kurikulum
Mulok Lingkungan Hidup di sekolahnya akan dijadikan percontohan oleh
UNESCO untuk diterapkan di beberapa negara. "Agustus tahun ini, saya
diundang UNESCO untuk memberikan paparan di Jepang mengenai silabus dan
materi ajar Mulok Lingkungan Hidup dalam acara Regional Workshop for
Green School Action in East Asia on Theacher Capacity Building in
Climate Change Education," katanya.
Reporter : erik | Editor : erik
Sistem mekanis pengomposan adalah pengolahan mekanis dalam tabung komposter dan dapat memperoleh kompos setiap hari dan tidak butuh lahan yang luas (100-150 m2). Mesin ini berkapasitas 2-3 ton/hari dapat mengolah sampah organik sebanyak 8-10 m3 perhari, kapasitas sedang dan kecil juga dapat dilayani dengan dibawah 1 ton/hari sampai 100 kg/hari. Kami tawarkan kerjasama [engelolaan atau dengan sistem beli putus bila tertarik, hub kami 081384588749 atau WA: 081218234570
Entri Populer
-
Feldspar dengan bahan kimia: Aluminium Silikat dengan rumus kimia kompleks (Na, K, Ca) AlSi3Og; SiO2 dengan kandungan 90-94% feldspar dan 6...
-
BEKASI (Pos Kota) – Warga Kota Bekasi, Jawa Barat siap-siap daerahnya menjadi lautan sampah selama setahun ke depan. Ini bakal terjadi apabi...
-
Di dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/SR.130/5/2009 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah, dikenal istila...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar