FRANS AGUNG
Sapi dimanfatkan betul kotorannya untuk pembuatan kompos organik, di daerah Desa Giri Mekar Kecamatan Cilengkrang, Bandung Jabar (14/8). Ini guna menyambut tahun 2014 Kabupaten Bandung sebagai sentra pertanian organik.
TEMANGGUNG, KOMPAS.com - Pembuatan kompos dengan memanfaatkan sampah organik dapat mengurangi sekitar 58 persen sampah yang selalu menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA).
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Temanggung, Hardyat Heru Santosa di Temanggung, Rabu (4/11), mengatakan berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup, komposisi sampah di Indonesia sebanyak 58 persen merupakan sampah makanan. "Apabila sampah makanan atau organik itu diolah menjadi kompos, jumlah sampah akan berkurang sebanyak 58 persen," katanya pada temu remaja se-Kabupaten Temanggung di Pendapa Pengayoman.
Menurut dia, masyarakat perlu mengubah paradigma, sampah yang biasa menjadi limbah bisa diubah menjadi sumberdaya. Jika biasanya sampah hanya dikumpulkan untuk diangkut kemudian dibuang, diubah dengan tindakan memilah-milah untuk dilakukan daur ulang. "Perlakuan demikian, membuang sampah yang semula perlu biaya, dengan mengubah cara pandang akan menjadi tambahan pendapatan," katanya.
Selain mengurangi jumlah sampah, katanya, jika sampah organik atau sampah yang mudah diuraikan secara proses alami itu dibuat menjadi kompos dapat berguna sebagai pupuk.
Ia mengatakan, pemilahan sampah dibedakan antara sampah organik dan anorganik yang keduanya dapat dimanfaatkan. "Sampah anorganik dapat didaur ulang dan sampah organik bisa dibuat kompos," katanya.
Menurut dia, pembuatan kompos untuk skala rumah tangga sangat mudah, dengan menyediakan wadah dan bahan yang akan dipakai membuat kompos. Wadah tersebut dapat berupa drum pot atau ember yang dilubangi bagian bawah dan wadah harus tertutup agar suhu tetap terjaga. "Proses pembuatan kompos, bahan organik yang sudah dicacah dimasukkan ke wadah ditambah pasir, tanah, kotoran hewan, dan kapur," katanya.
Selain dengan ember, katanya, pembuatan kompos dapat dilakukan di halaman rumah dengan membuat lubang berkedalaman 30-50 cm dan lebar sesuai kebutuhan. Setelah sampah organik dicacah dan dicampur dengan tanah kemudian tinggal ditutup dengan tanah. "Setelah beberapa bulan, kompos bisa dimanfaatkan," katanya.
Ia mengatakan, selain menjadi alternatif pengganti pupuk kimia dengan harga lebih murah, berkualitas, dan ramah lingkungan dengan mengelola sampah organik menjadi kompos akan mengurangi berbagai permasalahan, antara lain memperpanjang umur TPA, mengurangi banjir, mencegah timbulnya penyakit menular, penurunan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Temanggung, Hardyat Heru Santosa di Temanggung, Rabu (4/11), mengatakan berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup, komposisi sampah di Indonesia sebanyak 58 persen merupakan sampah makanan. "Apabila sampah makanan atau organik itu diolah menjadi kompos, jumlah sampah akan berkurang sebanyak 58 persen," katanya pada temu remaja se-Kabupaten Temanggung di Pendapa Pengayoman.
Menurut dia, masyarakat perlu mengubah paradigma, sampah yang biasa menjadi limbah bisa diubah menjadi sumberdaya. Jika biasanya sampah hanya dikumpulkan untuk diangkut kemudian dibuang, diubah dengan tindakan memilah-milah untuk dilakukan daur ulang. "Perlakuan demikian, membuang sampah yang semula perlu biaya, dengan mengubah cara pandang akan menjadi tambahan pendapatan," katanya.
Selain mengurangi jumlah sampah, katanya, jika sampah organik atau sampah yang mudah diuraikan secara proses alami itu dibuat menjadi kompos dapat berguna sebagai pupuk.
Ia mengatakan, pemilahan sampah dibedakan antara sampah organik dan anorganik yang keduanya dapat dimanfaatkan. "Sampah anorganik dapat didaur ulang dan sampah organik bisa dibuat kompos," katanya.
Menurut dia, pembuatan kompos untuk skala rumah tangga sangat mudah, dengan menyediakan wadah dan bahan yang akan dipakai membuat kompos. Wadah tersebut dapat berupa drum pot atau ember yang dilubangi bagian bawah dan wadah harus tertutup agar suhu tetap terjaga. "Proses pembuatan kompos, bahan organik yang sudah dicacah dimasukkan ke wadah ditambah pasir, tanah, kotoran hewan, dan kapur," katanya.
Selain dengan ember, katanya, pembuatan kompos dapat dilakukan di halaman rumah dengan membuat lubang berkedalaman 30-50 cm dan lebar sesuai kebutuhan. Setelah sampah organik dicacah dan dicampur dengan tanah kemudian tinggal ditutup dengan tanah. "Setelah beberapa bulan, kompos bisa dimanfaatkan," katanya.
Ia mengatakan, selain menjadi alternatif pengganti pupuk kimia dengan harga lebih murah, berkualitas, dan ramah lingkungan dengan mengelola sampah organik menjadi kompos akan mengurangi berbagai permasalahan, antara lain memperpanjang umur TPA, mengurangi banjir, mencegah timbulnya penyakit menular, penurunan sumber daya alam, pencemaran lingkungan, dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar