BANTUL -Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berhasil membangun dan memproduksi pabrik pupuk organik di Dusun Karanganyar, Desa Gadingharjo, Kecamatan Sanden dengan total investasi Rp 2,5 miliar.
Pabrik pupuk organik yang diklaim merupakan pabrik pupuk organik pertama kali di DIY ini dalam satu harinya mampu mengolah 7,6 ton pupuk organik siap pakai. Bahan baku yang dipakai untuk pupuk organik adalah kotoran sapi, kerbau dan ayam petelur milik penduduk lokal Kabupaten Bantul.
? Pembuatan pabrik pupuk organik itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik yang
diprogramkan Departemen Pertanian,? Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Disperhut) Kabupaten Bantul, Edy Suhariyanta, Sabtu (10/10/2009)
Mengenai potensi bahan pupuk organik, di Kabupaten Bantul setiap harinya ada 500 ton kotoran ternak basah, atau sekitar 300 ton kotoran kering. Selama ini yang rutin terserap baru 10 ton kotoran kering saja.
Dijelaskannya, pabrik pupuk organik tersebut dibawah Unit Pelayanan Terpadu
(UPT) Pupuk Organik dan pendiriannya berkat kerjasama dengan PT Petrokimia Gresik.
"Secara resmi UPT Pupuk Organik ini berdiri sejak 9 Oktober 2009 dan pembangunannya menghabiskan Rp 2,5 miliar,"ujarnya
Edy mengungkapkan, pupuk organik tersebut akan dibeli semuanya oleh PT Petrokimia dengan harga Rp 1.200 per kilogram, dan kemudian pupuk tersebut dijual oleh PT Petrokimia kepada Departemen Pertanian dengan harga Rp 1.500 per kilogram setelah dilakukan pengepakan ulang.
"Untuk mendukung pengolahan pupuk organik itu saat ini pemerintah Kabupaten Bantul sedang menggodok peraturan daerah tentang pelarangan penjualan pupuk kandang ke luar daerah. Peraturan itu dibutuhkan karena selama ini kotoran ternak di Bantul dijual ke luar daerah seperti Wonosobo dan Temanggung"tandasnya.
Kepala Desa Gadingharjo, Simadiyana, mengungkapkan, pihaknya sangat senang dengan berdirinya pabrik pupuk organik itu. Diharapkan, dengan adanya pabrik pupuk organik itu bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
"Paling tidak peternak di lingkungan sekitar bisa menjual kotoran ternaknya ke pabrik pupuk organik itu. Kotoran ternak itu dihargai Rp 250 per kilogram (untuk kotoran sapi) dan Rp 300 per kilogram (untuk kotoran ayam)" pungkasnya (daruwaskita/trijaya)
? Pembuatan pabrik pupuk organik itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik yang
diprogramkan Departemen Pertanian,? Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Disperhut) Kabupaten Bantul, Edy Suhariyanta, Sabtu (10/10/2009)
Mengenai potensi bahan pupuk organik, di Kabupaten Bantul setiap harinya ada 500 ton kotoran ternak basah, atau sekitar 300 ton kotoran kering. Selama ini yang rutin terserap baru 10 ton kotoran kering saja.
Dijelaskannya, pabrik pupuk organik tersebut dibawah Unit Pelayanan Terpadu
(UPT) Pupuk Organik dan pendiriannya berkat kerjasama dengan PT Petrokimia Gresik.
"Secara resmi UPT Pupuk Organik ini berdiri sejak 9 Oktober 2009 dan pembangunannya menghabiskan Rp 2,5 miliar,"ujarnya
Edy mengungkapkan, pupuk organik tersebut akan dibeli semuanya oleh PT Petrokimia dengan harga Rp 1.200 per kilogram, dan kemudian pupuk tersebut dijual oleh PT Petrokimia kepada Departemen Pertanian dengan harga Rp 1.500 per kilogram setelah dilakukan pengepakan ulang.
"Untuk mendukung pengolahan pupuk organik itu saat ini pemerintah Kabupaten Bantul sedang menggodok peraturan daerah tentang pelarangan penjualan pupuk kandang ke luar daerah. Peraturan itu dibutuhkan karena selama ini kotoran ternak di Bantul dijual ke luar daerah seperti Wonosobo dan Temanggung"tandasnya.
Kepala Desa Gadingharjo, Simadiyana, mengungkapkan, pihaknya sangat senang dengan berdirinya pabrik pupuk organik itu. Diharapkan, dengan adanya pabrik pupuk organik itu bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
"Paling tidak peternak di lingkungan sekitar bisa menjual kotoran ternaknya ke pabrik pupuk organik itu. Kotoran ternak itu dihargai Rp 250 per kilogram (untuk kotoran sapi) dan Rp 300 per kilogram (untuk kotoran ayam)" pungkasnya (daruwaskita/trijaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar