KOMPAS/LUKAS ADI PRASETYA
Pabrik pupuk organik di Dusun Karanganyar, Gadingharjo, Sanden Bantul ini, siap beroperasi awal Juli. Kapasitas pabrik pupuk organik pertama di DIY ini, 50 ton per bulan. Pabrik ini dibangun untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia oleh petani.
TERKAIT:
- Pelaku UKM Jadi Penjual Produk Impor
- Strategi Puaskan Pelanggan ala Toyota
- Kotoran Sapi Pun Menjadi Duit
- PT Sido Muncul Paling Dibanggakan
- Untung dari Boneka "Custom" untuk Maskot
BANTUL, KOMPAS.com - Tingginya kebutuhan pupuk serta kenaikan harga eceran ter tinggi pupuk kimia menjadi peluang bagi pupuk organik sebagai pupuk alternatif. Di Bantul produsen pupuk organik semakin bertambah banyak karena permintaan pasar yang cenderung naik.
Suyoto, Ketua Kelompok Ngudi Mandiri, salah satu produsen pupuk organik, Senin (20/12/2010) mengatakan proses produksi pupuk organik butuh waktu 1-3 bulan. Tiap bulan produksinya mencapai 50 ton. Bahan bakunya berupa kotoran ternak dibeli seharga Rp 600.000 per truk.
"Kami yakin permintaan pupuk organik akan terus naik seiring dengan kesadaran petani. Disamping itu naiknya harga eceran tertinggi atau HET akan menjadi pertimbangan petani untuk menggunakan pupuk kimia," katanya.
Kelompok Ngudi Mandiri mulai memproduksi pupuk tahun 2007 setelah mendapatkan pelatihan dari mahasiswa pertanian Universitas Gadjah Mada. Pada awalnya, bahan baku pupuk menggunakan sampah dari pasar Bantul. Produksinya juga masih dalam skala kecil yaitu 50 kg sampai 400 kg.
Mulanya pupuk yang dihasilkan belum dikomersilkan, tetapi diberikan secara gratis kepada petani. Langkah tersebut dimaksudkan sebagai promosi untuk mengenalkan produk mereka kepada petani dan sekaligus uji kualitas pupuk yang dihasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar