Jakarta, Kompas - Masalah sampah yang membelenggu Kota Tangerang Selatan tidak terlepas dari menjamurnya perumahan di kawasan ini. Nyaris di setiap ruas jalan di kota ini memiliki kawasan-kawasan perumahan. Mulai dari kompleks kecil hanya dengan empat sampai belasan rumah, hingga kluster besar seperti di Bumi Serpong Damai dan Alam Sutera.
”Kawasan perumahan besar rata-rata telah memiliki sistem pengangkutan dan pengolahan sampah sendiri. Terbukti, sampai hari ini masalah tumpukan sampah rata-rata ditemukan di kawasan nonperumahan besar,” kata pengamat perkotaan Yayat Supriyatna, Selasa (28/12).
Tumpukan sampah memang terlihat di tempat-tempat di sekitar perumahan, tetapi tidak di dalam kompleks perumahan. Di kawasan Pondok Betung, misalnya, muncul tempat pembuangan sampah sementara yang akhirnya menjadi pilihan warga sekitar sebagai tempat pembuangan tetap.
”Kami membuang sampah di sini setiap hari. Di sini paling dipunguti apa yang masih berharga oleh pemulung, selebihnya dibiarkan atau dibakar,” kata Widia (42), warga Jalan Sate, Pondok Betung, saat ditemui di lokasi pembuangan sampah dekat sungai kecil yang mengaliri kawasan ini.
Hendri (40), pengembang perumahan di Pondok Aren, mengatakan, pihak pengembang biasanya hanya menghubungkan warga perumahan baru dengan aparat kelurahan setempat untuk koordinasi masalah pengangkutan sampah.
”Kalau membuat pengolahan sampah sendiri hanya untuk 20- 30 rumah, sepertinya belum bisa secara finansial,” kata Henri.
Untuk itu, Yayat meminta peran Pemerintah Kota Tangerang Selatan agar mengoordinasikan kerja sama pengelolaan dan pengolahan sampah antara pengembang besar dan pengembang kecil.
”Mumpung ini adalah pemerintahan baru, maka segala sesuatunya bisa diterapkan dari awal. Dengan memanfaatkan dan memaksimalkan sistem pengolahan sampah di pengembang besar, pemerintah kota bisa melengkapi atau membangun fasilitas baru agar lebih efektif,” kata Yayat lagi.
Lahan terbatas
Kota Depok juga menghadapi masalah sampah. Rahmat Hidayat, Kepala Bidang Kebersihan, Dinas Kebersihan Kota Depok, mengatakan, saat ini persoalan sampah adalah keterbatasan lahan pembuangan. Pemkot Depok sedang menggalakkan gerakan ”warga memilah”, yaitu warga memilah sendiri sampahnya sehingga mudah untuk diurai.
Pemkot Depok berupaya memaksimalkan unit pengolah sampah (UPS). Selama 2007 sampai 2011, Pemkot Depok menargetkan pembangunan 60 UPS di seluruh Depok. Namun hingga kini, baru terbangun 31 UPS dan baru 19 UPS di antaranya yang dapat beroperasi. ”Sebagian UPS yang tidak beroperasi itu karena penolakan warga,” katanya.
Persoalan lain adalah keterbatasan armada pengangkut sampah. Saat ini, di Depok baru terdapat 56 truk pengangkut sampah dari 150 truk yang dibutuhkan. (NEL/NDY)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar