Entri Populer

Selasa, 21 Agustus 2012

Andai Koruptor Mau JUJUR Seperti Ikan Mas oleh DIDOWARDAH


13418945171411273687
DIDOWARDAH- Memasuki era Millennium rumah industri dan pabrik-pabrik berlimbah kian menggeliat menjejali Indonesia, dari sekedar industri rumahan hingga pabrik besar yang memayungi ribuan karyawan bahkan jutaan. Sebagaimana yan kita ketahui, aktivitas pabrik dan industri selalu berhubungan dengan masalah limbah buangan. Dan selama ini, masaah mengelola limbah belum mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah maupun perorangan. Sehingga dalam pembuangannya seringkali harus mengorbankan lingkungan sekitar. Diantaranya adalah dengan mengotori badan sungai. Dus, tidak mengherankan jika hampir semua sungai di Indonesia menjadi keruh, dengan warna air coklat kehitaman, lalu ceceran sampah disana-sini dan aroma khas yang tidak bersahabat. Tercemar.
Padahal, selama ini kita sangat mafhum jika sebagaian masyarakat masih memanfaatkan sungai sebagai sarana aktivitas mereka. Mulai dari mencuci, MCK, hingga sebagai sumber air minum. Miris sekali bukan? Seharusnya kita secara individu harus mulai aware dengan masalah pencemaran air. Selain merusak pemandangan, pencemaran air kerapkali membawa masalah. Diantaranya menyebabkan timbulnya wabah karena pemanfaatan air sungai, juga berdampak buruk pada ekosistem lain seperti biota yang ada di laut karena semua sungai pasti bermuara ke laut. Seperti yang dikatakan Prof Ir Lieke Riadi PhD dalam sebuah artikel yang sempat kubaca, dikatakan bahwa “Contoh Indikasi bahwa sungai telah  tercemar ditandai dengan banyaknya ikan yang mati di sungai tersebut.” Untuk mencegah masalah ini agar tidak berkepanjangan, memang seyogianya memang harus ada peran dan partisipasi dari semua pihak seperti warga, pihak industri, dan pemerintah.
Yang lebih memprihatinkan, pencemaran sungai kini tidak lagi menjadi masalah eklusif milik warga kota. Melainkan sudah mulai bergeser ke desa-desa dan pelosok pedalaman. Sebagaimana berita yang dirilis KOMPAS pada April lalu (05/04/2012) mewartakan bahwa Papua yang pada 2009 menduduki peringkat pertama untuk indeks kualitas lingkungan hidup turun peringkat dua, salah satunya disebabkan karena meningkatnya pencemaran air sungai. Sungai yang tercemar di Papua yaitu Sungai Mamberamo dan Danau Sentani. Masih dari sumber yang sama, selama ini pemerintah berkonsentrasi memperbaiki indeks kualitas air sungai-sungai yang berada di Pulau Jawa. Namun kenyataanya di wilayah timur ada kecenderungan pencemaran meningkat. Meningkatnya pencemaran air sungai tersebut, merupakan indikasi semakin banyaknya kegiatan yang membebani media air sungai, dan makin padatnya jumlah penduduk, sehingga mendesak untuk membuka pemukiman baru hingga ke daerah aliran sungai.
Realita ini hendaknya menjadi perhatian serius kita semua karena pencemaran air sungai bisa berdampak fatal dan cukup signifikan. Di Indonesia misalnya, setiap tahun lebih dari 3.500.000 anak-anak dibawah umur 3 tahun di serang oleh berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah kematian sekitar 105.000 orang. Jumlah tersebut akan meningkat lebih banyak pada daerah/tempat yang keadaan sanitasi lingkungannya berada pada tingkat rendah. Salah satu solusi dalam masalah ini, disebutkan bahwa Untuk menghindari kerusakan terhadap ekosistem perairan sebagai akibat dari pencemaran, haruslah dilakukan pemantauan atau monitoring, baik monitoring secara fisika, kimia maupun biologi (Amnan, 1994).
Sementara itu, dewasa ini monitoring pencemaran air secara secara Biologi dengan hewan air sudah diterapkan di Surabaya. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Surabaya biasa memantau kesehatan air aliran sungai dengan memanfaatkan ikan sebagai alat uji hayati. Ikan yang dipilih adalah jenis ikan mas (Cyprinus carpio L) yang disinyalir sangat peka terhadap penurunan kualitas air. Ikan Mas dikenal sebagai ikan pemakan segala (omnivora) yang antaralain memakan serangga kecil, siput cacing, sampah dapur, potongan ikan, dan lain-lain (Asmawi,1986).
Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993). Ikan ini layak digunakan sebagai indikator biologis karena memenuhi syarat yang ditetapkan American Public Health Association (APHA), sebagai jenis ikan yang sensitf terhadap material racun dan perubahan lingkungan, penyebarannya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak, mempunyai arti ekonomis, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara daerah maupun nasional, mudah dipelihara dalam laboratorium, mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit dan sesuai untuk kepentingan uji hayati.
Karena itu, pemantauan polusi air bisa dilakukan dengan digalakannya kampanye ikan mas yang tentunya dapat berfungsi ganda, baik itu sebagai lahan income sampingan yang bernilai ekonomis, juga sebagai pemonitor keamanan kita untuk memanfaatkan air sungai. Prakteknya bisa dengan memasang karamba berisi ikan, terutama di aliran sungai yang dekat dengan pabrik dan rumah industri yang rawan membuang limbahnya ke sungai. Jika ada keganjalan terkait dengan perilaku ikan, misalnya gerakan mabuk atau mati, pemilik ikan bisa lapor ke BLH untuk penyelidikan lebih lanjut. Dan sebagai pemonitor, tidak seperti para elite koruptor yang mencla-mencle dan selalu berkelit, seekor ikan jelas tidak akan berbohong.
Pemantauan saja tidak cukup, karena pada hakekatnya masalah utamanya adalah pada kualitas air itu sendiri yang seharusnya kita jaga kebersihan dan keamanannya untuk dimanfaatkan. Karena itu, penyuluhan tentang pentingnya mencegah polusi air sungai terus digiatkan dan digalakan oleh pemerintah. Alangkah baiknya kalau memang setiap personal warga Indonesia menyadari dan peduli terhadap masalah ini. Untuk itu pengetahuan mengenai pelestarian lingkungan juga menjadi mutlak untuk dimiliki. Berikut ini cara mengatasi pelestarian aliran sungai yang bisa kita lakukan bersama-sama maupun secara individual.
  • · Melestarikan Hutan Di Hulu Sungai: upaya ini sangat penting karena menghindari erosi tanah disekitar hulu sungai. Sebagai warga yang bijak dan aware lingkungan, sebaiknya kita tidak menebang apalagi menggunduli pepohonan disekitar sungai untuk menyulapnya menjadi areal pemukiman. Sebab dengan adanya erosi otomatis akan berdampak pada dasar sungai yang menjadi dangkal dikarenakan tanah dan pasir yang longsor.
  • · Tidak Membuang Sampah Di Sungai: Sampah selalu menjadi sumber masalah jika dikelola dengan serampangan. Begitu juga ketika kita membuangnya secara sembarangan ke sungai-sungai. Sehingga tidak hanya mengotori aliran sungai dan membuatnya terkontaminasi, tapi juga merusak pemandangan dan memantik bau yang tidak sedap. Selain itu bisa menyebabkan aliran air di sungai terhambat. Juga menyebabkan sungai cepat dangkal dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan.
  • · Tidak Membuang Air Di Sungai: Membuang air disini dalam tanda petik, yang maksudnya air kecil maupun besar. Buang air baik kecil maupun besar secara sembarangan adalah perbuatan salah. Sekedar buang air kecil yang terpaksa dilakukan di aliran sungai yang deras mungkin bisa ditolerir dan dimaafkan. Tapi lain ceritanya jika menjadi rutinitas dan kebiasaan untuk melakukan ritual ini di sungai, bahkan di areal sungai yang tenang tanpa arus. Kesannya pasti sangat menjijikan. Tidak hanya sampai disitu, buang air di sungai menjadi lahan efektif untuk berkembangnya penyakit dari yang ringan sampai yang akut. Sebab itu, sudah saatnya kita berkampanye menyadarkan mereka yang masih belum juga peduli dengan masalah ini.
  • · Tidak Membuang Limbah Rumah Tangga Dan Industri Di Sungai: Selama ini sungai menjadi tempat paling favorit untuk membuang limbah pabrik dan industri. Kebiasaan ini bahkan sudah mengakar sejak dulu, aku masih ingat ketika semasa SD dulu. Saat belajar dikelas seringkali tersiksa dengan bau menyengat dari limbah pabrik tahu yang dibuang sembarangan di sungai. Kebetulan sungai tersebut terletak tepat selemparan batu di belakang gedung sekolah. Sudah pasti, air sungai yang dulu tak bermasalah berubah warna menjadi keruh kehitaman dan menjijikan.
  • · Tidak Menggunakan Pupuk Atau Pestisida Secara Berlebihan: Para petani hendaknya tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan. Yang terjadi di lapangan, sebagian besar petani mengalirkan air sawah mereka ke sungai tanpa melalui proses pengolahan. Maka dari itu, jika memang mereka enggan mengolah terlebih dahulu, penggunaan pupuk dan pestisida harus seminimal mungkin agar tidak menimbulkan pencemaran yang serius.
Seandainya enam poin diatas secara kontinyu digalakan dan dipraktekan, kedepannya masalah polusi sungai pasti perlahan bisa teratasi. Realitanya memang pencemaran sungai ini tidak mudah untuk diatasi. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pihak yang menyalahgunakan fungsi sungai tersebut sehingga membawa dampak yang buruk. Karena itu yang dibutuhkan hanyalah kesadaran dan kerjasama yang baik dari semua pihak.
Lebih baik lagi, jika siapapun warga masyarakat, pengusaha hotel, pabrik dan rumah sakit yang membuang sampah maupun limbah di Sungai itu harus diproses secara hukum. Kita bisa mengacu pada UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dimana seharusnya bisa ditegakkan dengan seadil-adilnya dan tidak ada pilih kasih. Dan sebenaranya ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja,masalah pencemaran dan pengrusakan lingkungan telah menjelma menjadi sebuah isu global yang diyakini secara Internasional. Karena itu, sepatutnya kita mendukung penuh gerakan peduli lingkungan. Salah satunya adalah menggalakan program sungai bebas polusi. Jika saja masalah pencemaran sungai bisa diminimalisir dengan baik atau bahkan berjalan dengan sukses. Tentu kita tidak perlu iri lagi untuk melirik sungai-sungai indah di Eropa ataupun Amerika yang masih jernih dan terjaga ekosistemnya. Semoga ini tidak sekedar wacana. Well, let’s start from now on!! :D
1341894723707701843
ROSSI KEBANJIRAN: Nah lho dampak sungai meluap adalah BANJIR.. dan Valentino Rossi jadi gak bisa balapan! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar