Entri Populer

Jumat, 24 Agustus 2012

Jakarta Segera Miliki Pengolah Sampah Canggih by Viva News

VIVAnews - Setelah sempat terkatung-katung, rekomendasi Panitia Khusus (pansus) DPRD DKI mengenai proses pembangunan pengolahan sampah terpadu Intermediate Treatment Facilities (ITF) Sunter, Jakarta Utara, akhirnya dikeluarkan. Kini ITF segera masuk proses lelang atau beauty contest untuk memilih perusahaan pelaksana proyek.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna menjelaskan, dari 14 perusahaan peserta prakualifikasi, hanya tiga perusahaan yang lolos dan berhak mengikuti lelang.
"Jadi ketiga perusahaan itu saling memaparkan proposal mereka untuk membangun dan mengoperasikan ITF, sedangakan 11 perusahaan tidak lolos administrasi," ujar Eko Bharuna Rabu, 20 Juni 2012.
Eko mengatakan, yang mengikuti tender adalah tiga perusahaan asing yang bekerjasama dengan perusahaan lokal atau joint operation (JO). Mereka harus memiliki modal minimal 30 persen dari biaya total pembangunan ITF.

"Perusahaan yang ikut tender ITF harus mempunyai modal untuk memulai pembangunan, syarat ini sudah kami sepakati bersama Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) dan anggota dewan," tuturnya.
Menurut Eko, 30 persen dari total perkiraan nilai investasi berarti Rp400 miliar. Sedangkan Rp900 miliar sisanya atau 70 persen bisa pinjaman dari bank. Tiga perusahaan yang merupakan konsorsium asing dan lokal tersebut adalah PT Wira Gulfindo Sarana yang menggandeng PT Ramky dari India, PT Jakarta Green Iniciative bersama Hitachi dari Jepang, dan PT Phoenix Pembangunan Indonesia bersama dengan Keppel Seghers dari Singapura.

Kepala Bidang Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Kota (TPST), Iwan Wardhana, menambahkan, ketiga perusahaan tersebut bakal diundang dan diberikan dokumen pemilihan. "Kami hanya memberikan dokumen itu kepada tiga perusahaan, mereka akan mempelajari selama sekitar sebulan," ujarnya.
Setelah itu mereka akan proses lelang yang akan digelar dengan transparan dan dihadiri sejumlah ahli lingkungan, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), dan akademisi dari UI, Pemenang akan memperoleh hak konsesi Bangun, Guna, Serah (Build, Operate, and Transfer/BOT) selama jangka waktu 25 tahun, setelah berakhirnya masa konsesi, fasilitas yang terbangun menjadi milik Pemprov DKI Jakarta.

Dengan kemampuan pengolahan sampah sekitar 1.200 ton sampah per hari, maka Pemprov DKI akan membayar biaya pengolahan sampah ditetapkan maksimal sebesar Rp400.000 per ton.
"Itu harga maksimal, karena kami pakai teknologi medium, di sejumlah negara lain, yang teknologi lebih tinggi, ada yang mencapai Rp 1 juta per ton, itulah mengapa kami buka lelang dengan peserta dari luar negeri yang sudah berpengalaman dengan teknologi ITF ini, bukan perusahaan sembarangan," terangnya.
Berbeda dengan pengolahan sampah sanitary landfill di Bantar Gebang, yang tipping feenya hanya Rp 103.000 per ton. "Kami bisa olah sampah dalam area tiga hektar, dan tidak ditumpuk tapi diolah menjadi listrik, sisanya hanya 5 persen berupa abu," ungkapnya.
Selain itu, tonase sampah dan biaya angkut ke Bantargebang juga akan menurun, dan anggarannya bisa dialihkan ke ITF Sunter.

Nantinya, dalam kontrak juga disebutkan bahwa pemenang harus segera membangun ITF. Jika dalam waktu satu tahun pemenang tidak memulai, bisa dicabut kontraknya, atau dinilai gagal. Kontrak juga mencantumkan bahwa ITF harus terus menerus beroperasi,
"Jadi minimal itu ada dua jalur pengolahan, kalau satunya sedang dalam perawatan, satunya harus beroperasi terus, jika berhenti, mereka akan kena sanksi," katanya.

Untuk listrik yang dihasilkan dari ITF, akan dibeli oleh PLN dan keuntungannya menjadi milik operator. ITF Sunter didesain mampu mengolah sampah minimal 1.000 ton/hari. Fasilitas berteknologi tinggi ini akan dibangun di atas lokasi SPA Sunter saat ini.
Pembangunan ITF Sunter ini sudah mendapatkan rekomendasi dari Clinton Climate Initiative (CCI). Organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang penyelamatan lingkungan asal Amerika Serikat ini merekomendasikan teknologi incinerator yang diterapkan di ITF Sunter.

Incinerator dipilih dengan pertimbangan teknologi ini hanya menyisakan residu sekitar 10 persen dari total sampah yang diolah, selain itu Incinerator mampu menghasilkan listrik yang tinggi (14 MW per 1.000 ton sampah), berpotensi mengurangi emisi Gas Rumah Kaca secara signifikan dan telah teruji di banyak kota-kota besar Eropa dan Asia.
sumber: vivanews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar