Entri Populer

Minggu, 26 Agustus 2012

DKI Tingkatkan Program Daur Ulang Sampah 22/5/2012 19:06 WIB

Selain membangun berbagai fasilitas pengolahan sampah berbasis teknologi modern, Pemprov DKI Jakarta juga giat mengembangkan pengolahan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce, reuse, dan recycle). Hal ini sesuai amanat UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Pasal 12 dan 13 yang mengatur ketentuan kewajiban menyediakan fasilitas pemilahan sampah.

Image Unavailable


Ketua TP PKK DKI Jakarta, Tatiek Fauzi Bowo mengatakan, untuk mengatasi persoalan sampah di ibu kota memang menuntut keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat. "Salah satunya, penyediaan fasilitas pemilahan sampah (3R). Aktifitas ini bertujuan mengambil manfaat ekonomi dari sampah. Implementasinya dapat dikelola dalam bentuk bank sampah di lingkungan sekitar tempat tinggal warga," ujar Tatiek, Selasa (22/5).

Senada dengan Tatiek, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Eko Bharuna menuturkan, pengolahan sampah secanggih apapun di tempat pengolahan akhir (TPA) akan berkurang efektifitasnya, jika sampah tidak dikelola sejak dari sumber. "Melalui Program 3R kita budayakan warga untuk melakukan pemilahan dan pengumpulan sampah, sehingga kandungan sampah yang masih mempunyai nilai manfaat dapat didayagunakan," kataEko.

Pasal 22 UU 18/2008, dikatakan Eko, secara tegas, mengamanatkan kegiatan penanganan sampah melalui Program 3R, yang terdiri dari pengurangan sampah (reduce), penggunaan kembali (reuse), dan pendaur ulangan sampah (recycle). Saat ini, sambungnya, Pemprov DKI dan Badan Legislasi Daerah (Balegda) DPRD DKI Jakarta tengah membahas Raperda Pengelolaan Sampah. Nantinya, perda ini akan mengatur secara teknis mengenai pengelolaan sampah di ibu kota, termasuk juga ketentuan pengelolaan sampah di sumber.

Salah satu langkah yang ditempuh Dinas Kebersihan untuk meningkatkan kegiatan 3R dan bank sampah, lanjut Eko, pihaknya secara rutin mengelar pelatihan-pelatihan dan penyuluhan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) dengan modul yang telah disiapkan Dinas Kebersihan. Pelatihan ini diberikan antara lain kepada warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (Formapel), Persatuan Wanita Betawi (PWB), dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Kader Kebersihan tersebut akan menjadi fasilitator dan motivator aktifitas 3R di lingkungan masing-masing. "Diharapkan Kader Kebersihan ini akan menjadi perpanjangan tangan Dinas Kebersihan DKI di tingkat RW untuk menggalakan program penanganan sampah berbasis masyarakat. Mereka secara operasional menjadi bagian dari Lembaga Masyarakat Kelurahan (LMK) serta PKK di tingkat RW masing-masing," tandas Eko.

Di Jakarta, saat ini tersebar puluhan bank sampah atau bank daur ulang sampah. Sebagai contoh di RW 12, Kelurahan Kebayoranlama, Jakarta Selatan. Dikatakan Ngasimun, ketua RW setempat sekaligus penanggungjawab Bank Sampah Soka 12 mengatakan, kegiatan bank sampah-nya mampu mereduksi hingga 30 persen sampah yang dihasilkan warga. "Saat ini terdapat 98 anggota aktif bank sampah kita, mereka secara swadaya mengantarkan sampahnya ke Bank Sampah. Setelah kita timbang, kita catatkan di buku tabungan. Per tiga bulan, baru kita bayarkan," kata Ngasimun.

Sampah-sampah tersebut, kata Ngasimun, diolah sesuai jenisnya. Untuk sampah organik dilakukan komposting dengan mesin ataupun manual. "Ibu-ibu kader kebersihan juga giat membina warga untuk membuat kompos di rumah masing-masing," kata dia. Sedangkan untuk sampah anorganik, diolah menjadi bahan kerajinan tangan seperti tas, dompet, dan hiasan dinding. "Khusus sampah ban bekas dari bengkel-bengkel di sekitar sini, kita buat jadi pot bunga. Itu yang kita jejerkan di sepanjang jalan lingkungan untuk penghijauan, pupuknya pun dari kompos yang kita hasilkan," tambah Ngasimun.

Selain di lingkungan, kegiatan 3R juga digalakan di sekolah-sekolah. Salah satunya di SMAN 12 Jakarta. Di sekolah ini, kegiatan 3R masuk dalam kurikulum Muatan Lokal (Mulok) Lingkungan Hidup. Guru Mata Pelajajaran Mulok Lingkungan Hidup SMAN 12, Teti Suryati menuturkan, salah satu standar kompetensi yang diajarkan ke siswanya adalah memahami tehnik pengelolaan limbah padat. "Seperti praktek membuat kompos, lubang biopori, daur ulang kertas dan mengubah plastik kemasan menjadi berbagai jenis kerajinan. Prakteknya pun tidak hanya di sekolah, tapi juga di rumah siswa masing-masing, sehingga turut mengedukasi keluarganya," ucapnya.

Bahkan, kata Teti, kurikulum Mulok Lingkungan Hidup di sekolahnya akan dijadikan percontohan oleh UNESCO untuk diterapkan di beberapa negara. "Agustus tahun ini, saya diundang UNESCO untuk memberikan paparan di Jepang mengenai silabus dan materi ajar Mulok Lingkungan Hidup dalam acara Regional Workshop for Green School Action in East Asia on Theacher Capacity Building in Climate Change Education," katanya.
Reporter : erik | Editor : erik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar