Entri Populer

Jumat, 24 Agustus 2012

DKI Dinilai Berhasil Kelola Sampah, Oktober 2011

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama empat tahun kepemimpinan Fauzi Bowo-Prijanto telah banyak membawa kemajuan dan prestasi membanggakan bagi Kota Jakarta. Salah satunya, memfokuskan pengolahan sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi warga Jakarta dengan mengolah sampah menjadi listrik, kompos, dan barang bernilai ekonomis tinggi.

 
 
 Petugas Kebersihan membersihkan sampah sisa malam takbiran di ruas Jalan Bekasi Barat, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (10/9/2010). 
 
Buktinya, residu sampah yang dihasilkan pun bisa berkurang. Tidak hanya itu, sampah bisa langsung ditangani di dalam kota, tanpa harus dikirim ke Bantar Gebang.

Pengolahan sampah yang berhasil mengurangi nilai residu sampah ini dilakukan melalui pengembangan Intermediate Treatment Facility (ITF) dan Sentra 3R (reuse, reduce, and recycle). Kedua langkah ini mendapat apresiasi dari banyak kalangan termasuk dunia internasional. Atas keberhasilannya itu, tak jarang Gubernur DKI Fauzi Bowo diminta untuk mempresentasikannya di berbagai seminar internasional terkait lingkungan hidup.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Dwi Rio Sambodo, menilai, selama empat tahun kepemimpinan Fauzi Bowo-Prijanto, Pemprov DKI berhasil dalam meningkatkan pengolahan sampah terpadu, baik melalui tempat pengolahan sampah terpadu yang disediakan Pemprov DKI maupun pengolahan sampah yang melibatkan masyarakat.
“Buktinya, residu sampah yang dihasilkan pun bisa berkurang. Tidak hanya itu, sampah bisa langsung ditangani di dalam kota, tanpa harus dikirim ke Bantar Gebang. Akibatnya, mengurangi beban arus lalu lintas ke Bekasi dan menghemat biaya bahan bakar,” ujar Dwi, Selasa (4/10/2011).
Untuk itu, dirinya berharap, pola penanganan sampah terpadu melalui ITF dapat direalisasikan dengan segera membangun dua ITF lainnya yang masih dalam tahap perencanaan kemudian membangun sentra-sentra 3R di lima wilayah kotamadya agar semakin meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melakukan 3R untuk sampah domestik rumah tangga.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Eko Bharuna mengatakan, pihaknya juga mulai memfokuskan pengolahan sampah di dalam kota untuk mempercepat pengolahan sampah dan mengurangi volume sampah ke TPST Bantar Gebang.
“Membangun pengolahan sampah dalam kota melalui tiga unit ITF di dalam kota, yakni ITF Cakung Cilincing, ITF Marunda, dan ITF Sunter yang merupakan amanat RPJMD 2007-2012,” katanya.
ITF Cakung Cilincing, ujarnya, diperluas dari awalnya hanya 4,5 hektar menjadi seluas 7,5 hektar. Diharapkan, ketika beroperasi penuh pada tahun 2012 mampu mengolah sampah sebanyak 1.300 ton per hari. Sampah itu diolah menjadi kompos, bahan bakar pembangkit listrik berkapasitas 4,95 MW atau menghasilkan bahan bakar gas (BBG) sebesar 445.699 MMBTU. ITF Cakung Cilincing menerapkan teknologi mechanical biological treatment (MBT).
Namun, proses pembangunannya dilakukan secara bertahap, yaitu per 1 Agustus 2011 sudah beroperasi mengolah sampah 450 ton per hari menjadi kompos. Per 1 Januari 2012 beroperasi mengolah sampah 600 ton per hari dengan teknologi MBT. Sampah tersebut diolah menjadi BBG per listrik, produk daur ulang dan kompos. Per 1 Juli 2012 beroperasi mengolah sampah 1.300 ton per hari dengan teknologi MBT. Sampah tersebut diolah menjadi BBG per listrik, produk daur ulang dan kompos.
Lalu, ITF Sunter yang berdiri di atas lahan 3,5 hektar direncanakan mampu mengolah sampah sebanyak 1.200 ton per hari dengan teknologi waste to energy. Saat ini, ITF Sunter beroperasi sebagai fasilitas pemadatan sampah Stasiun Peralihan Antara Sunter (SPA Sunter).
SPA Sunter berfungsi untuk mengefisienkan ritasi kendaraan angkut sampah sehingga proses pengiriman sampah ke TPST Bantar Gebang tidak menambah potensi kemacetan di jalanan Ibu Kota. Saat ini akan dilaksanakan tender yang lebih kurang memakan waktu tiga bulan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Swasta (KPS) dalam Pengadaan Infrastruktur. Pola kerja samanya Build, Operate, and Transfer ( BOT). Penandatanganan kontrak direncanakan pada awal Januari 2012.
Pengolahan sampah di dalam kota, dikatakan Eko, tidak hanya tergantung pada ITF saja, tetapi juga dilakukan pengurangan sampah di sumber sampah melalui program 3R. Dinas Kebersihan juga berupaya mengurangi sampah warga Ibu Kota sejak dari sumber sampah. Program tersebut di antaranya membangun lokasi 3R di permukiman masyarakat yang saat ini terdapat 94 titik 3R tersebar di lima wilayah dan mampu mereduksi 350 ton per hari atau 5 persen dari total sampah Jakarta.
“Ke depan, dalam Raperda tentang Pengelolaan Persampahan di DKI, semua pengembang kawasan diwajibkan membangun pengolahan sampahnya sendiri,” jelasnya.
Di antara pengembang kawasan yang sudah berkomitmen membangun Sentra 3R adalah pengembang Pantai Indah Kapuk (PIK). Di lokasi Fasos dan Fasum PIK akan dibuat proyek percontohan Sentra 3R dengan menggandeng Investor dan Yayasan Buddha Tzu Chi. Di sana akan dibangun fasilitas pengolahan sampah dengan teknologi Integrated Dry Anaerobic Digestion and Composting. Sampah di sini akan diolah menjadi listrik dan kompos. Namun bedanya dengan ITF, Sentra 3R kapasitasnya lebih kecil, sekitar 200 ton per hari.
Sentra 3R juga direncanakan dibangun di lokasi Asrama Dinas Kebersihan Pesanggrahan Jakarta Selatan bekerja sama dengan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum (PLP PU) dengan kapasitas 200 ton per hari yang saat ini sedang dalam proses pembangunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar