Entri Populer

Jumat, 24 Agustus 2012

Pembangunan Pengolahan Sampah Terpadu Sudah Tepat by Kompas

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar sampah Enri Damanhuri menyatakan, kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun tiga tempat pengolahan sampah terpadu atau Intermediate Treatment Facility (ITF) sangat tepat karena dapat mengurangi ketergantungan pada daerah lain serta menghemat biaya transportasi.
  
"ITF adalah konsep yang sudah sejak lama direncanakan untuk Jakarta. Studi JICA tahun 1997 telah mengindikasikan hal tersebut," kata Damanhuri di Jakarta, Sabtu (7/7/2012) pagi.

Pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan, Pemprov DKI Jakarta sebaiknya berkaca kepada Singapura soal teknologi insinerator (waste-to-energy) karena saat ini Singapura mempunyai empat insinerator modern yang hampir seluruh sampah dan limbah padatnya melalui proses ini.

Enri menambahkan Singapura secara efektif menggunakan teknologi ini. Perhatian pemerintah Singapura terhadap lingkungan sangat tinggi sehingga teknologi insinerator yang digunakan di sana adalah bukan sekedar insinerator sederhana. Aspek lingkungan sudah sangat diperhatikan secara ketat.  

Menurut dia, insinerator modern seperti yang ada di Singapura membutuhkan biaya investasi dan operasi atau pemeliharaan yang tinggi.

Sebagai contoh, per-ton sampah yang diproses di fasilitas Singapura membutuhkan biaya sekitar Rp350.000, bandingkan dengan biaya untuk menimbun sampah di Bantar Gebang sebesar  Rp110.000/ ton, belum termasuk ongkos angkut ke sana yang saya kira lebih dari Rp. 50.000 per-ton.
 
Sebelumnya Pemprov DKI Jakarta akan membangun tiga Intermediate Treatment Facility (ITF) berteknologi modern yang ramah lingkungan. Ketiga pengolahan sampah itu yang rencanannya akan dibangun secara bertahap mulai bukan Agustus 2012 ini antara lain di Sunter, Cakung Cilincing, dan Marunda dengan dana dari investor masing-masing senilai Rp1,3 triliun.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo baru-baru ini mengatakan, tujuan pembangunan tiga ITF ini adalah untuk melengkapi kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang. Ini dilakukan karena tempat pembuang yang selama ini digunakan belum memadai dan belum didukung teknologi mutakhir.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna menambahkan, dalam pembangunan ITF ini memang pihaknya menggunakan teknologi tinggi seperti yang banyak dipakai negara-negara luar. "Pengolahan sampah seperti ini baru pertama kali di Indonesia. Ini karena investasinya cukup mahal. Meski begitu kita mengharapkan biaya untuk membangun ini bukan dana APBD, tapi investor. Sekarang masih dalam proses lelang dan kita pilih investor yang berminat dan cocok dengan teknologi itu," kata Eko Bharuna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar